Beberapa ekor kelelawar yang berasal dari Hutan Bialowieza, hutan yang terletak seratus empat puluh lima mil sebelah timur Warsawa dan berbatasan dengan Belarus, tampak sedang memburu dan menyerang manusia.
Pemandangan yang samapun tidak hanya terlihat di sana, namun juga hampir di seluruh belahan dunia. Kecuali hanya di daerah kutub dan gurun ekstrim, sebagai satu-satunya tempat yang paling aman saat ini.
Di mana kelelawar-kelelawar itu, memiliki ukuran yang sedikit lebih besar dari banyak kelelawar pada umumnya. Selain itu, mereka yang biasanya hanya memakan nektar, serangga, buah-buahan, katak, ikan dan kadal atau darah untuk jenis kelelawar vampir. Mereka semua sekarang hanya menyerang para manusia, terutama anak-anak dan para remaja.
Semua orang yang berada di luar rumah, terpaksa berlarian ke sana kemari mencari tempat agar bisa menyelamatkan diri mereka dari kelelawar yang sudah membuas itu.
Tidak terkecuali Refanka beserta adik-adiknya, yang sore itu hendak menuju Ninfeo Villa Litta, dengan menggunakan transportasi umum. Beruntung mereka masih berada di dalam bus, yang sudah menutup seluruh pintu dan kaca jendela serta menguncinya.
Kemudian mereka semua termasuk sopir dan penumpang yang masih berada di dalam bus, mereka berlindung di bawah bangku dan tidak berani bersuara sedikitpun, setelah sang sopir menunjukkan gesture menutup bibirnya menggunakan jari telunjuknya sendiri.
"Jangan bersuara, sepertinya mereka peka terhadap suara"
Refanka terpaksa mengeluarkan ponselnya lalu mengetik beberapa kata, kemudian menunjukkan layar ponselnya pada adik-adiknya, agar mereka bisa membaca serta mengerti maksudnya.
"Aku paham, tapi mereka berasal dari mana?"
"Entah. Dan sepertinya kita harus menunggu di sini sampai pagi, biasanya kelelawar tidak keluar di siang hari"
"Jadi kita di sini sampai besok?"
"Ya"
"Aku juga dari Polandia, jadi aku bisa mengerti maksud kalian berenam. Dan memang lebih baik kita diam di sini saja untuk malam ini, semoga para kelelawar itu pergi saat matahari terbit"
Di saat itu, sopir bus yang juga peka pada komunikasi yang ke enam pemuda itu lakukan, akhirnya ikut membuka ponselnya dan mengetik beberapa kalimat di sana.
"Semoga saja. Dan tolong matikan mesinnya juga ingatkan penumpang yang lain. Karena kami tidak mengerti bahasa Italia. Terima kasih, pak"
Kemudian pria itu mengangkat ibu jarinya, sebagai tanda dia mengerti maksud tulisan yang dia baca pada layar ponsel Refanka. Lalu kembali mengetik beberapa kata dan segera menunjukkan kalimat itu pada para penumpangnya.
Sebagian hanya terdiam dan tidak memberi respon apapun, serta menghela nafas dalam-dalam. Sebagian lain hampir menangis terutama anak-anak, yang memang sudah merasa ketakutan sejak penyerangan itu terjadi.
Mereka merasakan kengerian yang teramat sangat, ketika mencoba memberanikan diri melongokkan kepala melalui jendela kaca di kiri kanan bus itu.
Di mana banyak kelelawar tengah menghisap darah mangsanya, lalu meninggalkannya begitu saja saat kelelawar itu sudah menghabiskan darah pada tubuh yang sudah tidak lagi bernyawa.
"Kalian dimana? Usahakan jangan keluar. Diam saja di tempat kalian sekarang. Besok papa jemput"
"Iya, pa. Tapi sebenarnya ada apa?"
"Papa juga tidak tahu, Vio. Kami bertiga tidak berani keluar villa. Tapi kami melihat berita di internet, dan ini tidak hanya terjadi di sini. Tapi di seluruh dunia juga"
"Di seluruh dunia? Mama?"
"Tenang, sayang. Mereka baik-baik saja. Karena mereka juga sedang di rumah"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Or Not To Be
FantasyPerjalanan mencari jati diri dari enam ksatria bulan yang di hapus ingatannya dan buang oleh dewi bulan ke bumi menjadi enam manusia biasa, karena kemarahan sang dewi atas kesalahan yang tidak mereka mengerti dari titah sang dewi. Mereka harus menca...