Eidothea

31 7 0
                                    

"Kita ke mana dulu, agar sementara kita bisa menghindari kelelawar itu?"

Setelah beberapa menit kemudian, mereka sampai di pelataran area parkir dari Villa Arconati.

"Maksud Kak Sheya? Bukankah kita bisa menghadapi mereka?"

"Sebaiknya kita menghindari mereka lebih dulu, Shiryu. Igor tidak boleh mengetahui keberadaan kita, sebelum kita tahu cara mengatasi masalah ini atau keberadaan iblis itu"

"Aku sependapat sama Kak Sheya, karena dia pasti akan menyerang kita tanpa peduli kita siap atau tidak dengan serangannya"

"Jadi kita tidak boleh membantu, ketika kita tahu mereka menyerang manusia? Bukankah kita semua bertugas menjaga  keselamatan mereka, Kak Kelby?"

"Untuk saat ini sebaiknya jangan, Hyuga. Karena jika kita keluar sekarang, maka kita sendiri yang hancur, sebelum mengetahui titik lemah iblis itu. Dia telah menjadi roh jahat, bukan raja kegelapan seperti dulu"

"Jika dulu kita bisa melukai tubuhnya, tapi sekarang kita bahkan tidak tahu dia berada dalam tubuh manusia yang mana. Dan kita tidak tahu apa yang dia lakukan selama ini, aku hanya merasa kekuatannya sekarang berbeda dengan yang dulu"

"Baiklah, aku mengerti. Lalu kita sekarang harus ke mana, karena dua jam lagi gelap?"

"Pergilah kalian menuju Danau Annone"

Sebuah suara mereka dengar dengan jelas di telinga mereka, namun itu bukan suara Sang Luna. Bukan. Karena suara itu tidak berasal dari langit, tapi berasal dari area di sekitar mereka berdiri.

Suara yang sudah mereka kenal di negara itu, suara wanita yang kemarin sore telah datang bersama putranya lalu meminta bantuan mereka. Namun, mereka hanya melihat seekor serigala yang tiba-tiba saja datang menghampiri mereka.

"Dengarkan aku. Aku tidak bisa menemui kalian dengan wujud asliku. Saat ini juga, kalian harus pergi ke Danau Annone"

"Kenapa kami harus ke sana?"

"Jangan banyak bertanya. Pergilah cepat!"

Maka, sesuai dengan perintah dewi air. Ke enam pemuda itu segera bergegas, dengan Josiah yang melajukan kemudi kendaraan itu dengan kecepatan sedikit lebih tinggi. Hingga hanya beberapa menit kemudian, mereka telah tiba di Danau Annone.

"Sekarang apa?"

Tanya Linardy, yang memang sejak tadi dia hanya diam mendengarkan pembicaraan ke lima saudaranya. Dia sungguh merasa kebingungan dengan apa yang di katakan wanita itu, apa alasan menyuruh mereka mendatangi tempat ini.

"Mandilah kalian, di dalam Danau Annone"

"Kenapa harus di danau, dewi?"

"Aku sudah bilang, kalian jangan banyak bertanya. Cepatlah. Waktu kita tidak banyak"

Hingga mulut mereka terkatup rapat, serta tidak berani kembali bertanya pada wanita itu, dan segera berlari menuju ke arah air danau sesuai apa yang telah di perintahkan oleh sang dewi air.

Sesuatu kemudian juga telah mendorong mereka masuk ke dalam danau yang saat ini terlihat begitu tenang, ketika mereka baru sampai di bibir danau hendak sekedar melepas setelan yang mereka kenakan agar tidak ikut basah terkena air.

Air Danau Annone yang kemudian telah membuat mereka menampakkan wujud asli mereka, tanpa bisa sedikitpun mereka tahan, lalu wujud asli mereka bergerak dengan sendirinya. Wujud itu naik menuju langit, lalu kembali menukik ke arah danau hingga berulang kali.

Wujud dari makhluk cantik, dengan kulit seputih susu yang selalu terlihat segar dan juga lembab. Juga netra mereka yang telah menyala merah, mengganti kuning terang yang tadi terlihat begitu indah.

To Be Or Not To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang