Tak terasa, hari begitu cepat. Hari ini Senin menyapa dirinya dengan suhu yang dingin
Subuh-subuh Belva dan Embun sudah nangkring di rumah Veena, bagaimana mereka bisa masuk? Tentu saja dengan bantuan Laili. Dan syukurlah sebelum kembali ke kamarnya Laili sempat memberikan sandwich untuk Belva dan Embun sarapan
"Dimana?" tanya Veena yang sudah siap dengan seragam sekolahnya
"Belakang sekolah" jawab Belva
"Cabut!".
Suara derum motor terdengar keras
Jalanan Jakarta masih terlihat sepi, ada beberapa kendaraan namun tentu saja tak sebanyak itu
Veena memimpin di depan dengan sisi kanannya ada Belva dan sisi kirinya ada Embun, Veena benar benar melajukan motornya dengan cepat, hawa dingin terasa mencoba masuk melewati tebalnya jaket yang Veena pakai
Hingga mereka sampai di belakang sekolah, motor mereka di parkiran di Warmaja Veena sudah izin dengan Mak Ijah, dan Mak Ijah setuju dengan itu tanpa tau alasan sebenarnya
Veena mengeratkan jaketnya, dia terlihat menggigil. "Lo gapapa Vee?" tanya Belva khawatir
Embun menatap Veena yang bibirnya terlihat pucat, "Lo sakit ya" sahut Embun
Veena menghentikan langkahnya, dia mengeluarkan liptint dari saku jaketnya dan memakainya sedikit
"Gimana cantik ngga?" tanyanya riang
Belva tertawa kecil lalu mengangguk, "Iya cantik. Lo beneran gapapa?" tanyanya pasti
Veena mengangguk, "Kalau Lo ngerasa gaena badan mending gausa ikut. Biar gue sama Belva aja" ucap Embun
"Gue gapapa Mbun" ucapnya menenangkan
Embun mengangguk, "Yaudah ayo lanjut"
Mereka melanjutkan perjalanannya, hingga sampai di lapangan kosong yang berada di belakang sekolah mereka
"Lo yakin dia ada disini Mbun"
Embun mengangguk pasti, "Iya gue yakin. Lagipula dia sendiri yang bilang"
Tak lama terdengar suara kaki melangkah, Embun bersiul keras dia bisa lihat bayangan Nindi yang berjalan mengarah kepadanya
Kening Belva mengkerut, dia bilang tak boleh membawa orang yang bersangkutan, tapi kenapa ada dua orang laki-laki berbadan besar di belakang mereka
Belva diam diam mengambil ponselnya, dia mengabari Januar diam diam. Untung saja penerangan cahayanya tak terlalu terang.
━━━━━━━━━━━━━━
Di sisi lain Januar menatap aneh ponselnya, ia baru saja membuka ponselnya setelah selesai bersiap siap
"Kenapa Lo?" tanya Javier yang tiba-tiba datang dengan tangan yang memegang roti selai
"Ini loh. Belva chat gue, dia Embun sama Veena ada di belakang sekolah" ucap Januar
"Veena? Maksud Lo?" sahut Jauza
"Gue di belakang sekolah. Motor kita parkiran di Warmaja. Nindi minta Embun buat ketemuan, sama kita subuh subuh. Tapi gue lihat di belakang Nindi ada dua cowo badannya besar, gue curiga dia mau lakuin hal aneh-aneh. Apalagi daritadi wajah Veena pucat" ucap Belva sambil melirik Veena
Motor Jauza melenggang laju, Nindi sialan! Jauza tak akan mengampuninya jika berani menyentuh Veena
Bodohnya mereka baru keluar dari rumah 30 menit setelah Belva mengirimkan pesan pada Januar, tapi Jauza tak menyalahkan Januar karna dia baru saja membuka ponselnya
Dan sialnya lagi Jakarta sepagi ini sudah terlihat ramai, dia tak yakin bisa sampai secepat itu.
Sementara itu di Warmaja Embun diobati lukanya dengan Mak Ijah, sedaritadi Mak Ijah tak berhenti menangis karna melihat luka lengan Embun yanh cukup lebar
Meskipun Mak Ijah sudah meminta Embun untuk di bawa di rumah sakit namun Embun bersikeras untuk tetap diobati Mak Ijah saja
Tak lama terdengar suara helm yang terlempar, manik mata Jauza mencari keberadaan Veena namun tak ada
Dapat Jauza lihat bahwa Embun sedang diobati Mak Ijah, dan Belva yang mengobati dirinya sendiri, jantung Jauza berdetak lebih kencang takut terjadi sesuatu kepada Veena
"VEENA!!" teriaknya
"Iya apa?" sahut Veena memiringkan kepalanya
Jauza dapat melihat Veena duduk dengan Kevin di hadapannya? Hah Kevin? Mata Jauza melebar , bisa bisanya dia baru sadar bahwa ada Kevin disini
Jauza menghampiri Veena dan mendorong Kevin yang berdiri menghadapnya
Dia bisa melihat luka di bibir Veena, Jauza menggeram. Nindi! Akan Jauza pastikan dia mendapatkan balasannya!
"Jauza? Kok disini?" tanya Veena bingung
Jauza menunduk dan memeluk Veena, "Siapa yang bua kamu kaya gini Vee" ucap Jauza
Veena tau bahwa Jauza khawatir, namun luka akibat pukulan di pundaknya terasa sakit saat dagu Jauza menyentuhnya
Veena meringis, Jauza segera melepas pelukannya menatap Veena khawatir, "Kenapa Vee? Mana yang sakit mana" tanya Jauza khawatir
"Pundak Veena Za. Mending Lo bawa Veena pulang ke rumah. Gue mau obatin tadi tapi Lo keburu datang" sahut Kevin
Jauza menatap Kevin tajam, "Jangan berani berani Lo sentuh dia!" desisnya
Veena mengelus tangan Jauza , "Kevin ngga akan senekat itu Za. Udah ayo balik, tubuhku cape semua" eluhnya
Veena lalu berdiri dibantu Jauza, Veena menatap Kevin. "Makasih udah bantuin" ucapnya dengan tersenyum manis
Kevin mengusap rambut Veena, "Iya Vee. Hati-hati pulangnya, kalo butuh apa apa bilang gue" ucapnya
Veena mengangguk, "Gue balik dulu"
"Iya"
Veena berjalan dulu meninggalkan Jauza, "Vano! Nindi punya hubungan sama Vano!" ucap Kevin serius
"Kumpulin anak anak, gue antar Veena dulu" titah Jauza
Setelah selesai berpamitan Jauza memberi kode untuk mengantar Belva dan Embun pulang, sementara Kevin membantu Mak Ijah beres beres warung sekalian menunggu anggota Vajavi datang.
Jauza.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAUZA END
Fanfiction(CERITA INI DIBUAT UNTUK DIBACA BUKAN BUAT DI LIHAT LALU DI SALIN KEMBALI) Hanya sekedar cerita biasa tentang kepercayaan. Selesai revisi, alur cerita dirubah sepenuhnya. Baca aja dulu, siapa tau suka. Sebelum baca jgn lpa buat follow dan vote