Hari ini menurut Veena pelajaran nya begitu santai, hanya ada fisika dan biologi. Tapi sepertinya pelajaran itu tak begitu santai bagi kedua temannya terutama Embun
Sejak tadi dia terus diam melihay ke bawah, untung Embun mempunyai teman baik seperti Veena dan Belva yang mendorong Veena secara bergantian ketika ada jalan mereka berdua berhadapan
Hingga sampai duduk di kantin pun Embun terus diam, membuat Veena berfikir. Embun sedaritadi diam bukan karna dia masih memikirkan soal ujian fisika dadakan tadi kan?
Veena mengguncang tubuh Embun, "Embun sadar!" teriak Veena di depan muka Embun
Embun tertawa lirih, matanya menatap Veena sedih. "Vee. Ujian gue kali ini nilainya bagus kan" ucapnya dengan muka yang...umm tertekan
Veena meringis, lalu mengangguk. "Iya Embun. Gue yakin nilai ujian Lo bagus" yakinnya
Embun menggeleng, "Gue ga bisa berfikir positif Vee!. Bayangin aja, Pak Totok masuk kelas terus tiba tiba kasih kertas ujian. Meskipun hal itu udah biasa buat kita, tapi buat gue yang tiba tiba lihat Lo tempat duduknya di pindah jauh."
"Buat gue ga sanggup Vee. Gue butuh temen pinter gue di saat-saat kritis kaya gitu. Tapi Pak Totok , malah singkirin elo dari gue. Sakit hati gue Vee" jelas Embun
Veena tak tau harus ikut sedih atau tertawa mendengar cerita Embunm Veena menepuk pundak Embun pelan, dia mengangguk
"Sabar Embun. Gapapa!. Gue yakin lo kuat!" ucapnya dramatis
Belva yang melihat tingkah kedua temannya tertawa pelan, sebenarnya dia juga kesusahan tadi. Tapi Belva bukan Embun yang terus meratapi nasibnya, bagaimanapun nilainya dia akan menerimanya. Meskipun dia harus kena marah Mama nya nanti, yang terpenting nilai itu adalah hasil kerja keras dirinya sendiri.
Iya sip. Gue emang harus tetap terima berapapun nilainya. Batin Belva semangat.
━━━━━━━━━━━━━
Saat ini di Warmaja terlihat ramai, tapi itu sebelum Jauza dkk datang. Suasana mulai berbuah serius
"Kevin ikut gue masuk, sementara sebagian jaga depan" tegas Jauza
Semuanya mengangguk, "Oke sepertinya kalian udah paham. Kita pergi sekarang" ucap Javier
Mereka semua keluar dari Warmaja, Jauza mulai menyalakan motornya. Suara derum motor terdengar keras, semenjak Veena kembali ke Jakarta, Jauza sudah tak menggunakan motornya
Motor Jauza melaju terlebih dahulu di ikuti Javier di sisi kanan dan Januar di sisi kiri
Tigaa jam Jauza dkkhabiskan untuk perjalanan, itu saja mereka tidak berhenti-henti. Bagaimana jadinya nanti jika mereka menuruti Kevin yang ingin berhenti karena ingin memakai sunscreen
Hingga jalanan yang Jauza lewati terlihat sepi. Pepohonan yang rindang mulai menyambutnya, jalanan yang terlihat seperti hutan itu terlihat sangat cantik saat sore hari. Itu artinya mereka akan segera sampai, jalanan ini hanya terkhususkan oleh sekelompok orang penting dan sudah terpastikan tak ada yang mengetahuinya
KAMU SEDANG MEMBACA
JAUZA END
Fanfiction(CERITA INI DIBUAT UNTUK DIBACA BUKAN BUAT DI LIHAT LALU DI SALIN KEMBALI) Hanya sekedar cerita biasa tentang kepercayaan. Selesai revisi, alur cerita dirubah sepenuhnya. Baca aja dulu, siapa tau suka. Sebelum baca jgn lpa buat follow dan vote