Tuhan, saat ini aku sedang bersamanya, biarkan hari ini menjadi hari yang paling istimewa bagiku dan baginya.
Bagaimana kabarnya? Apakah dia baik-baik? Apa dia makan secara teratur? Apa saja yang ia lakukan sekarang?Banyak sekali pertanyaan yang bersarang di otak Veena. Ia benar-benar mulai putus asa
Ucapan Laili selalu terdengar di telinganya, seolah ia sedang berada di samping Veena dan mengatakannya saat itu juga
Namun itu hanyalah khayalan semata.
Veena meminum coklat hangat yang dibuatkan Veera, ia menikmati derasnya hujan yang mengguyur kota
Kali ini Veena hanya memandangi hujan itu lewat jendela, ia tak ingin kena marah Veera dan Laili lagi
Sudah cukup waktu itu mereka marah dan mendiami Veena, memang tak lama namun sama saja Veena tak ingin hal itu terulang lagi
Ia mengeluarkan tangannya di balik jendela, membiarkan tangannya terguyur hujan
Senyumnya merekah , rasanya sangat menenangkan
Tak lama suara ketukan pintu terdengar, Veena menoleh, keningnya mengkerut, matanya melirik jam di sebelahnya
Sudah jam 22.00 malam, Veera tak pernah ke kamarnya semalam ini
"Buka!" teriaknya. Ia memposisikan tubuhnya membelakangi pintu
Entah kenapa jantungnya berdetak kencang saat terdengar suara pintu terbuka
Harum mint tercium, keningnya mengkerut lagi, Veera tak pernah pakai parfum mint tapi kenapa Veena mencium aroma mint
Saat mencoba mencerna keadaan, tubuhnya dibuat menegang oleh pelukan erat dan kecupan basah di telinganya
Suara berat itu terdengar lagi di telinga Veena, namun kali ini ia mendengar terdapat nada putus asa disana
Ia tetap diam hingga tetesan air mengalir di pundaknya, Isak tangis yang pilu terdengar
Veena ingin memeluknya , namun ada sesuatu yang mengganjal dihatinya yang membuat dirinya tak bisa melakukan itu
Padahal biasanya semarah apapun dirinya pada Jauza, ia akan tetap kalah dengan Isak tangisnya
Namun entah kenapa kali ini berbeda, Veena benar-benar dibuat tak bisa berkutik. Tangannya ingin membalas pelukan itu, namun hatinya terasa sangat sakit seolah melarangnya untuk melakukan itu
Hingga suara Isak tangis itu menghilang, Veena membalikan tubuhnya
Dilihatnya mata, hidung, dan pipi Jauza yang terlihat memerah. Ia tak tega, pertahanannya runtuh. Tangannya merentang, senyumnya menghangat
Jauza melihat Veena dengan rindu, bahkan rasa sakit di hatinya seketika menghilang, dia benar-benar sudah lelah dengan semua ini
Dipeluknya tubuh hangat Veena dengan nyaman, ia mengutarakan betapa melelahkannya hari-hari yang ia lalui tak bersama Veena
Tangisnya begitu sesak, bahkan nafasnya mulai tak beraturan. Veena menepuk punggung Jauza perlahan
Ia menikmati betapa nyamannya dirinya saat dipeluk Jauza, bahkan rasa nyaman itu mampu menghilangkan rasa kecewa Veena pada Jauza.
Iya dia Jauza. Laki-laki yang membuat Veena benar-benar diambang menyerah pada keadaan, Jauza benar-benar membuat Veena terus memikirkannya, bahkan saat disekolah pun ia terus memikirkan Jauza
Dan sekarang laki-laki itu sudah dihadapannya, ia menangis dengan tersedu-sedu di pelukannya.
Jauza andai kamu tau aku benar-benar merindukanmu dan juga membencimu secara bersamaan. Dan andai kamu tau, betapa melelahkannya diriku menunggu kabar darimu. Aku memang membencimu, namun benci ku akan hilang ketika kamu berada di hadapan ku.
Tulis Veena di buku hariannya. Ia menatap Jauza yang tengah tertidur di kasurnya, Veena menutup bukunya. Langkahnya mengarah ke jendela lalu menutupnya
Setelah selesai Veena ikut berbaring di sebelah Jauza, matanya terlihat sembab. Pipi Jauza terlihat sedikit tirus, tangannya mulai mengusap pipi Jauza
"Kamu pasti ngga makan teratur Za" ucapnya pelan
"Aku ngga akan pernah bisa makan teratur kalau ngga ada kamu Vee" balas Jauza, matanya perlahan terbuka. Tatapan mata mereka bertemu
"Aku kangen" ucapnya dengar suara yang bergetar
Veena tersenyum, matanya menelusuri wajah Jauza "Aku selalu Za. Aku selalu kangen" balasnya
Kali ini Jauza yang memeluknya, Veena mencari kenyamanan di dada bidang Jauza. Sementara tangan Jauza mengusap punggung Veena perlahan
"Kamu tau Vee. Bulan tak pernah datang jika belum waktunya, dia memang tetap ada tapi dia tak akan pernah merebut waktu matahari untuk membuatnya segera tergantikan"
"Ia tetap menunggu dan melihat waktu. Jika sudah waktunya ia akan muncul. Namun jika dirinya memaksa untuk segera muncul, maka bumi akan menggelap. Cahaya matahari akan kalah dengan sinar bulan. Maka disitu kita bisa tau bahwa apapun yang terjadi bulan harus tetap menunggu waktunya, namun ada waktunya juga dia akan menggantikan cahaya matahari dengan sinar bulannya"
"Tapi kamu ngga perlu takut Vee. Karna hal itu akan terjadi sebentar saja. Matahari tak akan membiarkan sinar bulan terus menerus membuat bumi menjadi gelap. Matahari akan tetap bersinar sesuai waktunya, ia akan sebisa mungkin membuat bumi menjadi terang dengan cahayanya yang terik".
Veena hanya mendengarkan, ia tak paham dengan maksud Jauza. Namun ia yakin bahwa hal ini akan berkaitan dengan dirinya dan juga kepergian Jauza.
Jauza mengeratkan pelukannya, ia mencium kening Veena , "Good night Vee . I love you"
Veena hanya diam, ia tak membalasnya. Hatinya masih bimbang.
Jauza
KAMU SEDANG MEMBACA
JAUZA END
Fanfiction(CERITA INI DIBUAT UNTUK DIBACA BUKAN BUAT DI LIHAT LALU DI SALIN KEMBALI) Hanya sekedar cerita biasa tentang kepercayaan. Selesai revisi, alur cerita dirubah sepenuhnya. Baca aja dulu, siapa tau suka. Sebelum baca jgn lpa buat follow dan vote