Apakabar dunia tipu-tipu

24 2 0
                                    

Tatapan matanya terlihat kosong, genangan air mata yang tersisa terlihat kering, tangan nya menggenggam tangkai mawar yang berduri tanpa memperdulikan banyaknya darah yang menetes.

Ingatannya kembali pada saat dirinya dilamar oleh Jauza hari itu. Sangat menyakitkan.

Gemuruh petir terdengar keras seakan mengguncang bumi, pertanda hujan semakin dekat terlihat dengan awan yang semakin menghitam.

Gadis itu hanya diam, melihat makam yang ditaburi bunga segar. Semuanya terlihat sangat cepat berlalu. Rasanya menyakitkan.

Hingga tiba-tiba sebuah pelukan datang dari sampingnya, tangannya meraih tangkai mawar yang tajam lalu membuangnya. Dia hanya diam, dia menyamankan dirinya pada tubuh hangat Veena.

Tak ada respon apapun dari pemilik tubuh hangat itu, hingga membuat dirinya mencium lembut kening Veena.

Air mata yang semula kering menjadi kembali basah. Isakannya terdengar memilukan, tangan penuh darah itu tak kuasa menahan sakitnya.

Veena. Gadis malang itu menangis dengan tersedu-sedu, jantungnya seolah berhenti waktu bundanya dikabarkan telah tiada.

Veena yang saat itu sedang berada di luar negeri menjadi buru-buru kembali, dirinya sangat berharap bahwa berita itu hanya tipuan semata.

Namun ternyata kenyataan yang Veena pikir tak benar menjadi sebuah fakta bahwa bundanya telah meninggal. Veera Raqueenvy, meninggal karna kanker otak yang di deritanya.

Betapa sakitnya Veena saat tak mengetahui bahwa bundanya selama ini sedang tidak baik-baik saja. Setelah kehilangan ayahnya, kali ini Veena kehilangan sosok ibu dalam hidupnya.

Jauza semakin mengeratkan pelukannya saat tubuh Veena semakin bergetar.

"Aku disini sayang" ucap Jauza menenangkan, mengusap punggung Veena secara perlahan

Jauza melirik awan sekilas, hujan akan datang sebentar lagi. Dia harus segera membawa Veena pergi meneduh.

"Vee. Ayo balik, hujannya mau turun. Nanti kamu sakit" ucap Jauza lembut melepaskan pelukan, ibu jarinya ia gunakan untuk mengusap sisa air mata yang menggenang di mata Veena

Veena menggeleng perlahan, "Mau bunda" lirihnya

Jauza tak tega dengan Veena, hatinya menjadi ikut sakit melihat kondisi Veena yang jauh dari kata baik-baik saja.

Jauza menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Veena. "Iya sayang. Bunda ada di rumah, ayo pulang" ajak Jauza sekali lagi

Veena meneteskan air mata lagi, Jauza berjongkok di depan Veena lalu Veena menaiki punggung Jauza.

Dengan sangat hati-hati perlahan Jauza berdiri , Jauza mulai berjalan meninggalkan makam dan meninggalkan tangkai mawar yang tajam.

Rumah yang sudah sepi semakin sepi setelah perginya Veera.

Veena memandang rumah bercat biru itu dengan sedih. Siapa yang akan menyambutnya ketika dirinya pulang kerja nantinya? Siapa yang akan membangunkannya nanti? Dan siapa yang akan membelai rambutnya ketika malam? . Mengingat perlakuan Veera padanya membuat Veena semakin sedih.

Veena menundukkan kepalanya, air mata nya kembali menetes.

"Sayang, anak Mami" ucap Ayu di depan pintu dengan melebarkan tangannya

"Mami" balas Veena. Veena berlari kearah Ayu lalu memelukku dengan erat, tangis Veena kembali terdengar seiring dengan hujan yang turun.

Jauza yang baru saja memarkirkan mobilnya tersenyum haru melihat Ayu yang sangat perhatian dan menyayangi Veena.

Hujan yang semakin deras membuat Jauza menyusul Veena.

Jauza ikut memeluk kedua perempuan yang Jauza sayangi.

Hingga teriakan Laili membuat mereka bertiga menoleh. "Aku juga mau di peluk!!" teriak dengan berlari senang kearah mereka , sebelum Jauza menahan kepala kecil Laili membuat dirinya berhenti

"Jauza sihalan. Singkirin tangan Lo dari kepala gue!!" teriaknya kesal

"Ga akan wlee!"

Veena tertawa pelan melihat tingkah mereka berdua, Ayu menatap Veena lalu mengusap surai rambut Veena lembut.

"Kamu bersih-bersih dulu, habis itu kita makan sama-sama yaa" ucap Ayu lembut

Veena mengangguk, "Iya mi."

Mereka berdua pergi meninggalkan Jauza dan Laili yang saat ini sedang bergaduh, Laili tentunya tak ingin kalah dengan Jauza meski tubuhnya lebih kecil dari Jauza. Sementara Jauza tentu dia tak akan pernah mau mengalah meskipun Laili seorang perempuan.

"SIALAN! RAMBUT GUE!!. AAAAA LETONG!!!".

"LEPASIN DULU TANGAN LO DARI LEHER GUE BABI!!!".

Setelah acara makan malam bersama tadi dan setelah Jauza yang mengeluh kepada Ayu karna rambutnya banyak yang rontok karna tarikan kuat dari Laili, serta Laili juga yang mengadu pada Veena karna cekikan leher dari Jauza membuat dirinya susah makan.

Hingga disinilah Veena sekarang , balkon kamarnya. Hujan yang masih mengguyur kota Jakarta itu tak berhenti-henti, bahkan semakin deras. Untung saja balkon yang di miliki Veena memiliki sedikit atap sehingga hujan tak bisa mengguyurnya.

Hingga tiba-tiba pelukan di belakangnya menyadarkan Veena .

"Sayang ngantuk. Ayo tidur" rengek Jauza menggoyangkan tubuh Veena pelan

Veena terkekeh, "Kamu bisa tidur dulu Za. Aku belum ngantuk" balas Veena

Jauza menggeleng, sehingga rambut Jauza bergesekan dengan leher Veena membuat dirinya geli.

"Gamau. Sama kamu tidurnya"

Jauza tak akan berhenti mendumel sebelum keinginannya terkabulkan, dan jadilah sekarang mereka tidur bersama dengan Jauza memeluk erat tubuh hangat Veena, kepalanya ia taruh di cerukan leher Veena.

Veena mengelus pelan rambut Jauza , ia sebenarnya kasihan dengan Jauza karna rambut Jauza benar-benar sangat rontok . Entah bagaimana tadi mereka berkelahi.

"Vee"

"Apa?"

"Jangan pernah merasa sendiri. Aku, mami begitupun Laili dan teman-teman kamu lainnya pasti akan selalu ada buat kamu. Aku ngga bakal ninggalin kamu lagi, aku bakal jaga kamu. Dan aku ngga akan pernah biarin kamu nangis lagi. Sudah cukup hari ini kamu terakhir menangis. Aku ngga suka lihat kamu nangis, karna aku jadi ikut sedih. Aku bakal selalu sayang sama kamu."

"I love you Veena."













Buatnya sehari , agak ngebut karna tiba-tiba pingin nambah chapter.

JAUZA  END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang