30. SEBELUM PERGI

230 41 3
                                    

"Hah..."

"Hanya ini saja?"

"Kau sangat cepat dan kuat."

"Tubuhmu belum bisa mengimbangiku. Apa aku harus memelankan temponya?"

"Tidak! Teruskan saja!"

Eckhart menyerangku dengan sangat cepat. Aku harus menahan kekuatan pedangnya yang memaksaku mundur beberapa langkah. Dia lebih kuat dari Chuma yang ahli pedang di Ruby. Aku harus bisa mengalahkan Eckhart. Ini sudah ke 10 kalinya kami berlatih bersama-sama. Aku adalah pihak yang selalu kalah. Dia sudah berlatih pedang sejak kecil dan tanpa beristirahat. Tentu saja dia paling kuat.

"Menyerah lagi?" Tanya Eckhart dengan senyumannya.

"Tidak!"

Takkk...

Aku terjatuh dengan pedangku yang pergi entah kemana. Aku kalah lagi dari Eckhart!

"Kau mau bertarung lagi, putri?"

"Jangan mengejekku!"

"Aku tidak. Lebih baik kita teruskan nanti saja. Kita beristirahat sekarang."

"Hah... Rasanya kau mudah sekali melawanku. Apa kau pernah melawan Chuma?"

Aku meminum minumanku dan menatap lautan di bawah sana. Tempat ini sangat tinggi untuk kami berlatih. Kata Eckhart, aku tidak akan bosan berlatih di tempat ini. Kami bisa melakukan apa saja yang kami mau! Ditambah ini membuatku lebih tenang melihat lautan biru.

"Belum, kami tidak sedekat itu untuk berlatih bersama."

"Jika ke Ruby. Aku akan memperkenalkanmu pada Chuma. Dia kakakku yang baik, meski dia terlihat serampangan. Dia adalah orang yang baik. Kau bisa berlatih bersamanya. Kita juga bisa berlatih bertiga."

"Aku senang jika bisa mengenal Chuma."

"Kita akan melakukan banyak hal. Kita bisa berenang bersama, menangkap harimau dengan tangan kosong, kabur dari pesta dan mencuri kue, mendaki gunung tertinggi dan mencari monster, makan bersama, dan terbang. Ayo, kita lakukan saat kita kembali nanti. Kau mau kan Eckhart?"

"Aku mau!"

"Jadi, kita hanya perlu mengalahkan Floyd! Kita pasti bisa jika bersama-sama. Kau dan aku akan mendapatkan pulau itu dan menjadi pemimpin para penyihir. Kau harus bersamaku!"

"Iya!"

"Sekarang, ayo latihan lagi!"

🌱🌱🌱

"Hiskk... Maafkan aku!"

Eckhart menutup wajahnya yang memerah, kenapa dia menangis saat aku mengobati tanganku? Seorang prajurit yang memegang pedang pasti mengalami luka dan memar. Harusnya aku yang menangis bukan dirinya. Aku menggaruk rambutku, bagaimana cara menghentikan laki-laki ini untuk tidak menangis?

"Eckhart! Ini bukan apa-apa, aku sudah mengalaminya sebelumnya. Saat bersama Chuma atau saat bersama guruku. Lukaku akan sembuh dengan cepat dengan ramuan obat ini!"

"Hiskkk... Maaf, Miu. Aku melukaimu!"

"Cukup Eckhart! Ini bukan salahmu. Lihat, lukanya mulai mengering."

"Tetap saja, aku memaksakan kau untuk terus bertarung denganku. Jika saja aku lebih pelan, mungkin kau tidak akan terluka seperti ini. Tanganmu tidak boleh sampai sakit, kau adalah seorang penyihir. Bagaimana bisa kau terluka? Maafkan aku, Miu. Harusnya aku menjaga dan melindungimu. Kau terluka seperti ini adalah kesalahanku. Maafkan aku, hiskkk..."

"Sttt, jangan menangis! Orang-orang akan dengar kau seperti ini karena aku. Lihat, Lin. Dia akan terbangun nanti. Kenapa Golem itu selalu tidur? Harusnya dia menghiburmu."

"Hiskkk..."

Aku memeluk Eckhart dan menenangkan dirinya. Kenapa justru aku yang memenangkan Eckhart? Aku harus mendapatkan hadiah telah membantu Eckhart mengeluarkan semua emosi dan perasaannya. Betapa lembut hatinya pria besar ini.

"Miu, kau tidak perlu menggunakan pedang lagi. Kau cukup menungguku mengalahkan Floyd untukmu. Kau tidak perlu terluka lagi. Kau harus tetap aman, apa kau mau berjanji padaku?"

"Janji apa?" Aku mendorong bahu Eckhart.

Bagaimana mungkin aku hanya menunggunya? Aku harus memaksimalkan kekuatanku, disana bisa saja aku tidak bisa menggunakan sihir. Aku harus menjaga Eckhart dan menyelamatkan para penyihir! Aku sudah bertekad, walau aku berjanji pada Eckhart. Aku tetap akan menggunakan pedangku.

"Berjanjilah untuk tidak terluka."

"Iya-iya, aku berjanji."

"Kumohon tetaplah bersamaku, Miu. Kau sudah berjanji padaku. Kau tidak boleh mengingkarinya." Eckhart menarik tubuhku.

Kenapa kami saling tarik menarik? Aku menepuk punggung Eckhart. Bahkan sulit untuk memeluk Eckhart karena tubuhnya ini. Tanganku tak sampai untuk menepuknya. Aku seperti berada di dekapan raksasa.

"Iya."

Eckhart mengusap matanya yang berair. Mata dan hidungnya sampai memerah. Aku tersenyum dan menatap lautan yang terbentang luas. Di ujung sana pulau penyihir ada. Sangat jauh sampai aku tak melihat titik kecil pulau penyihir.

"Besok pagi kita akan melintasi lautan ini dengan perahu. Jika kita menggunakan burung awan, kita tidak akan pernah tahu ada hal apa di bawah. Jika kita memesan kapal besar, Floyd akan tahu. Aku akan menyembunyikan perahu kita seakan-akan kita adalah ikan yang berenang."

"Jadi, hanya kita berdua?"

"Iya, itu hanya perahu kecil. Aku akan menggunakan sihir angin dan air secara bergantian. Lagipula menyewa kapal itu mahal. Uangku tidak cukup."

Hasil rampokan dari perampok masih kurang untuk menyewa kapal. Bahkan untuk menyewa orang-orang saja masih sangat kurang. Aku tidak mungkin mencuri lagi. Ada Eckhart yang mengawasi, jika dia tahu aku mencurinya dari perampok. Pasti dia akan menceramahiku sampai malam.

"Itu bagus. Aku dan kau bisa menyelesaikannya. Kita berdua cukup untuk mengalahkan Floyd!"

"Kuharap begitu. Jika kita tak bisa mengalahkannya langsung. Kita hanya perlu membuka penghalang dan membuka kekuatan para penyihir. Mereka bisa mengatasi Floyd bersama. Hah..." Aku terjatuh ke belakang dan menatap langit yang berubah menjadi sore.

Bukankah ini sangat indah jika bersama seorang kekasih. Aku menggigit bajuku, harusnya aku menarik seseorang untuk datang dan melihat ini bersama. Kita akan bercerita banyak hal dan melakukan adegan romantis. Tidak kusangka aku justru bersama Eckhart!

"Miu!"

"Hmm?"

"Apa kau percaya padaku?"

"Tentu saja. Kau jadi orang terpercaya setelah keluargaku."

"Aku juga."

Jadi apa? Kami saling percaya satu sama lain. Kami sudah bersama hampir sebulan ini. Tentu saja dia dan aku menjalin ikatan yang kuat. Kami bukan lagi teman, kami adalah sabahat sejati!

"Jika aku berhasil membunuh Floyd, apa kau ingin mengabulkan satu permintaanku?"

"Kau ingin bermain lagi? Lakukan saja aku akan mengabulkannya."

"Apapun itu?"

"Ya, bahkan jika kau ingin aku membuat sebuah kerajaan untukmu. Aku akan melakukannya."

Dengan bantuan penyihir lain tentu saja.

"Aku jadi merasa bersemangat." Eckhart tersenyum padaku dengan sinar cahaya di belakang tubuhnya.

Aku merasa dia 100 kali lebih tampan daripada Flint.

🌱🌱🌱

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Second Lead ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang