31. KEBERANGKATAN

219 42 3
                                    

"Dayung Eckhart!"

Kami baru saja pergi dari bibir pantai. Selamat tinggal kerajaan bodoh! Aku akan datang lagi dan mengutuk kalian jadi kerajaan yang tidak punya apa-apa. Awas saja! Aku akan datang kembali dengan ratusan penyihir yang marah. Lihat saja!

"Duduklah, Miu. Kau akan jatuh nanti ke laut."

"Tunggu, aku sedang menikmati hembusan angin. Aku mencium aroma kemenangan!"

"Aku mencium bau laut dan ikan."

Itu hanya perumpamaan saja. Aku merentang tangan dan mengangkat perahu ini dengan angin. Kami terbang ke udara beberapa meter dari air laut. Aku hanya menikmati angin pembawa kemenangan ini. Tunggu aku, guru. Aku akan menyelamatkanmu, meski dunia mengatakan kalian tidak diperlukan. Aku akan menyelamatkan kalian semua.

"Miu! Mendekatlah. Anginnya saat kencang."

"Tidak apa-apa! Aku bisa mengatasinya."

"Tapi jika kau tetap disana. Aku tidak yakin kau masih berada di atas kapal!"

Apa yang Eckhart khawatir? Dia terlalu mengkhawatirkan banyak hal. Aku yang membuat angin ini. Biar kutunjukkan padanya, bahwa aku akan baik-baik saja.

"Aku tidak akan ja..."

Brukkk...

Kepalaku sakit, kenapa perahu ini sangat keras? Aku merasa dahiku memar. Aku membuka mataku dan melihat Eckhart yang berada di bawahku. Apa aku menabrak dada Eckhart? Kenapa anggota tubuhnya sangat keras?

"Berapa banyak kau berlatih? Kenapa ototmu jadi seperti ini?" Aku memukul dada Eckhart. Dia tidak bereaksi apapun, bukankah dia seperti beruang hitam yang besar.

"Miu!"

"Iya? Katakan padaku, apa aku juga bisa membuat otot tangan? Lihat lenganku sangat kecil dan perutku sangat lembek tidak seperti dirimu." Aku menunjuk perut Eckhart yang keras.

"Berhentilah!"

Eckhart mengangkat tubuhku. Chuma tidak ada apa-apanya dengan Eckhart. Dia hanya akan jadi prajurit biasa saja. Aku bisa melakukan taruhan untuk tahu siapa yang lebih kuat antara Eckhart atau Chuma.

"Tetaplah seperti ini dan jalankan kembali perahunya!" Eckhart meletakkan tubuhku di depannya. Aku seperti seekor kucing yang dia bisa angkat dan angkat.

Kali ini aku lebih menggunakan sihir air. Angin terlalu kencang untuk kami berlayar. Gelombang mendorong perahu kami. Ini lebih baik daripada hampir jatuh ke laut. Eckhart pasti akan menangis aku jatuh kembali.

"Eckhart! Kau pernah menggunakan kapal besar?" Aku mendongak ke atas melihat wajah Eckhart.

"Belum."

"Nanti kita curi satu kapal milik Raja Caesar dan membawanya pulang menjadi kapal terbang. Itu pasti sangat menyenangkan."

"Apa kau menginginkannya? Sepertinya menyenangkan berada di atas kapal besar dan terbang di udara. Melihat awan dan langit, kita juga tidak perlu berhenti untuk beristirahat. Kita bisa beristirahat di dalam kapal. Menghabiskan waktu dengan bercerita dan makan sesuatu. Aku akan membuat kue untukmu dan kita bisa minum teh bersama. Kita bisa mengajak ibuku untuk naik dan mengajak keluargamu juga. Kita bisa memainkan permainan kartu dan bersenang-senang. Aku sangat menantikannya, Miu. Saat itu aku ingin sekali melihat ibuku bisa menatap awan secara dekat. Itu keinginan ibu belum bisa kulakukan." Eckhart tersenyum.

Aku sudah mulai terbiasa akan cerita panjang Eckhart. Apa itu semua mimpi-mimpinya? Kami hanya perlu mencuri kapal saja. Itu mudah.

"Apa lagi keinginan ibumu?"

"Banyak, tapi hanya kau yang bisa mengabulkannya."

"Benarkah? Sihirku bisa mengabulkannya. Katakan saja aku akan mewujudkannya!"

"Baiklah. Aku percaya kau tidak akan lari."

🌱🌱🌱

Ini dindingnya!

Aku meraba ruang kosong di depan. Di bawah kami banyak kertas-kertas mengapung dengan bulu burung. Tak ada yang bisa masuk ke dalam sana. Dinding ini sangat keras seperti beton.

"Bukankah, ada monster disekitar pulau?"

"Mungkin dia di dalam. Jika dia disini, dia sudah menyerang kita."

Dia pasti sedang membuka mulutnya di bawah perahu ini dan mengeluarkan taring-taring tangannya di sekeliling kami. Membuat pusaran ombak dan muncul dengan wajah seramnya. Itu yang akan terjadi jika ada kerajaan yang menyerang pulau ini. Mereka tak mungkin melawan monster itu.

Aku menyalurkan cahaya ungu disekitar dinding. Tidak mungkin aku bisa menghilangkan dinding penghalang ini.

Bagaimana dengan monster air!

Ombak naik ke atas dan menjadi monster raksasa. Dia memukul dinding berulang kali. Berkali-kali sampai aku lelah menunggu dinding ini hancur. Aku menatap Eckhart yang diam menunggu. Benar kata Nyonya Esme, dinding ini sulit untuk ditembus atau di rusak. Bagaimana dengan monster sungguhan? Aku menyelamkan wajahku dan melihat ke dalam air. Harusnya dia berada tak jauh dari tempat kami.

"Hah... Ayo, kita panggil monster itu!"

"Untuk apa?"

"Menghancurkan penghalang ini!"

"Bagaimana jika dia menyerang perahu ini?"

"Tenang saja. Guruku memberikan lagu untuk menjinakkan monsternya."

Jika ini tak berhasil aku akan memanggil monster dengan lingkaran sihir.

"Senja datang di ujung malam.
Kau dan aku yang bersama.
Melihat bintang dan bulan di atas bukit yang indah.
Berikan cahaya yang terang pada kami yang menunggumu datang.

Senja datang di ujung malam.
Kau dan aku yang bersama.
Melihat bintang dan bulan di atas bukit yang indah.
Datanglah dan berikan kami cahayamu..."

Apa dia akan datang?

Aku menatap ke belakang, Eckhart menatapku dengan wajah merahnya. Apa dia terlalu lama menunggu sampai matahari membuat wajahnya memerah ini? Aku menyangka monster itu tidak datang. Aku akan memakai lingkaran sihir milik guru saja.

"Apa dia tidak datang?" Tanya Eckhart melihatku mengeluarkan lingkaran sihir.

"Sepertinya suaraku tidak bisa memanggilnya. Aku akan menggunakan monster lain saja."

Aku memegang salah satu lingkaran sihir dan menggunakan darahku untuk memanggilnya. Cahaya ungu bersinar terang. Jadi apa yang akan kami dapatkan?

Apa ini rusak? Pasti rusak.

Aku akan memanggilnya meski hanya satu saja yang berhasil. Aku tidak boleh menyerah.

🌱🌱🌱

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Second Lead ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang