33. PERAMPOK

209 43 2
                                    

"Itu rumahnya!" Aku menatap Eckhart yang siap dengan pedangnya.

"Baiklah."

Kali ini jika pemilik rumah itu menolak masuk, kami akan mencoba mengancamnya. Aku tersenyum dan berjalan ke pintu. Tunjukan senyuman terbaik dan ketuk pintu.

"Permisi! Apa disini ada orang? Kami membutuhkan bantuan!"

Pintu terbuka sedikit, seorang wanita membuka pintunya dengan wajah sangat ketakutan. Apa kami mirip penjahat? Kami baru akan melakukannya nanti.

"Ka-lian siapa?" Suaranya begitu bergetar.

"Bisa kami masuk. Kami bukan dari tempat ini." Bisikku.

Wajahnya berubah dan menarik tubuhku masuk ke dalam. Aku merasa dia mirip seseorang. Eckhart menutup pintu dan menunggu disana. Dia mirip penjaga gerbang masuk.

"Ka-u dari luar?"

"Iya, aku Miu. Aku murid dari Guru Rowena."

"Kau murid dari pimpinan? Astaga, terima kasih. Akhirnya doa kami terkabul."

"Bisa kau tenang. Kekuatan ku juga hilang. Aku hanya menggunakan pedang."

"Tidak apa-apa. Itu lebih berguna daripada kami semua di pulau ini."

Benar, kebanyakan penyihir tidak bisa menggunakan tangan mereka dengan baik untuk memakai senjata. Pisau lebih mudah untuk penyihir melindungi dirinya sendiri.

"Siapa namamu? Aku ingin tahu apa yang terjadi pada pulau ini."

"Namaku Alma, setahun yang lalu para penyihir berkumpul di pulau ini untuk menentukan pemimpin baru. Penyihir agung, Rowena. Memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Dia ingin membangun sekolah sihir di Ruby. Mungkin dia ingin orang-orang disana mendapatkan pendidikan yang layak, bukankah Ruby memiliki darah penyihir?"

"Itu benar. Walaupun begitu jarang ada seseorang di luar darah kerajaan memilikinya. Apa guru akan membangun sekolah di Ruby?"

"Itu alasannya untuk mengundurkan diri. Kami semua berkumpul dan menentukan kandidatnya. Ada dua teratas, Floyd dan saudara kembarnya Flora. Mereka memiliki kekuatan yang hampir setara, tapi para petinggi penyihir memberikan suara mereka untuk Flora. Flora memiliki sihir yang sempurna untuk menjadi pemimpin pulau penyihir dan saat itu, tragedi itu terjadi." Alma menunduk dalam.

Tragedi apa?

Alma meneteskan air matanya, apa yang telah terjadi sebenarnya?

"Floyd membunuh Flora tepat di hadapan semua penyihir. Dia menggunakan sihir terlarang dan membuat kubah penghalang untuk kami tidak bisa memakai sihir. Kami semua terkurung di pulau ini. Semua orang berusaha untuk melawannya tapi semua itu sia-sia. Pada akhirnya beberapa penyihir menjadi pengikut Floyd dan membawa orang-orang yang memberontak ke dalam penjara bawah tanah. Termasuk gurumu, Rowena."

Bukankah itu curang!

"Selama setahun, kami dipekerjakan untuk menggali batu sihir. Menemukannya untuk Floyd. Bahkan dia menggunakan kami sebagai ****. Hiskkk... Tak ada yang bisa melawan kekuatan sihirnya. Kami semua diperlakukan seperti barang."

Floyd sialan! Dia lebih buruk dari Leight.

"Apa kau punya pakaian dan makanan untuk kami? Aku juga butuh informasi mengenai sihir terlarang dan jalan masuk ke menara. Apa kau bisa mengumpulkan orang-orang yang terikat dengan Floyd?"

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku memiliki seorang ksatria! Lihat dia, dia akan menolong kita semua." Aku menunjuk Eckhart.

Untuk mengalahkan Floyd tanpa sihir adalah menggunakan kekuatan tangan ini. Meski kami tidak tahu akan menang atau tidak. Aku harus membawa guruku untuk keluar dari pulau dan menghancurkan kubah penghalang. Itu cara paling akhir yang bisa aku lakukan. Eckhart menepuk bahuku, kami bisa melakukannya bersama.

🌱🌱🌱

"Kalian tidak ingin menginap?" Tawar Alma.

"Akan sulit bagimu jika kami berada disini. Floyd akan tahu lebih mudah, kami akan tinggal di hutan. Tolong, lakukan apa yang aku minta." Aku menggenggam tangan Alma.

Alma mengangguk dan mengeratkan genggaman kami. Kami para penyihir, pasti bisa membunuh Floyd. Bukan hanya untuk kami tapi untuk saudaranya Flora. Apa dia menggunakan Flora sebagai tumbal? Kalau begitu aku akan menumbalkannya untuk menggunakan sihir terlarang. Aku melambaikan tangan dan masuk ke dalam hutan lagi bersama Eckhart. Kami sudah mendapatkan pakaian pulau ini dan barang-barang yang akan berguna. Tujuan kami adalah menyusup ke menara sihir.

"Kau cocok memakai itu!" Puji Eckhart.

Ini hanya pakaian hitam dan jubah.

"Kau mirip denganku."

Eckhart juga memakai pakaian penyihir. Tapi kenapa dengan baju Eckhart? Itu tampak kekecilan di tubuhnya.

"Aku meminta Alma untuk menjadikan ku pelayan. Apa kau bisa menjadi penjaga gerbang?" Tanyaku menatap Eckhart.

"Iya! Jika hanya penjaga gerbang aku bisa melakukannya."

Kami hanya perlu surat rekomendasi dari seseorang. Alma mengatakan untuk mendatangi seorang penyihir bernama Gina. Dia seseorang yang bisa kami percayai dan seseorang yang Floyd percayai. Kami harus menjaga hubungan baik dengannya jika bertemu. Tapi dimana rumahnya? Jika tidak ada Alma bagaimana aku tahu?

Jika hanya mengandalkan tebak-tebakan kami. Itu sangat sulit dilakukan!

"Apa kau ingin istirahat sekarang?"

"Eckhart! Aku masih bisa berjalan. Kita juga belum jauh dari rumah Alma."

"Hmm, kau terlihat kelelahan."

"Pikiranku yang lelah."

Eckhart mengusap rambutku. Apa dia ingin menenangkanku?

"Percayalah padaku. Kita akan baik-baik saja. Kita tidak akan ketahuan sama sekali. Aku akan bekerja dengan baik dan menghasilkan banyak uang. Kau bisa hidup dengan aman di menara. Tapi jangan sampai bertemu langsung dengan Floyd atau melihatnya. Kau harus langsung melarikan diri darinya. Kau paham? Jika keadaan mendesak, aku akan datang dan membawamu pergi kembali dengan perahu. Mungkin monster itu masih berada disana untuk menangkap kita. Dia bisa merusak penghalang lagi dan kita bisa kabur. Ingat pesanku, Miu!"

"Iya."

"Bagus! Jangan sampai kau bertemu Floyd! Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."

Aku juga tidak ingin terjadi sesuatu pada Eckhart. Dia datang bersamaku, jadi aku harus bertanggung jawab akan dirinya. Untuk sekarang, kami harus mencari tempat aman untuk bermalam.

🌱🌱🌱

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Second Lead ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang