36. MENCOBA

206 37 1
                                    

Apa Eckhart sudah berhasil membawa Floyd pergi? Aku mengintip dari jendela saat membersihkan kaca-kaca yang berdebu. Kapan mereka akan pergi ke hutan? Aku sudah sejak tadi menunggunya!

"Miu! Kaca itu sudah bersih!" Killa menunjuk kaca yang mengkilap.

"Ada titik kotor disini!"

"Cepatlah, kau harus mengantar makanan lagi nanti."

"Iya!"

Killa pergi membawa sapunya. Aku bisa disini untuk sementara waktu. Suara pintu gerbang terbuka membuatku mengintip kembali. Beberapa orang pergi keluar. Inilah kesempatan ku untuk menemukan obat-obatan. Aku berlari sekuat tenaga melewati banyak anak tangga. Ini keadaan darurat!

Aku menatap sekeliling dan membuka pintu paling atas menara ini. Pasti ini ruangan guru!

Mataku menangkap banyaknya buku yang berjajar dan botol-botol obat. Aku harus mengambilnya sebanyak mungkin. Aku memasukannya ke dalam kantung yang kusembunyikan.

"Hah! Kenapa mereka tidak punya sihir yang berguna?"

Suara siapa? Aku memegang lap dan berpura-pura membersihkan rak-rak. Apa itu suara Floyd?

"Siapa kau? Aku tidak menyuruh pelayan datang."

"Sa-ya pelayan baru. Saya sedang membersihkan tempat ini." Keringat dingin mengalir deras.

Aku berjalan pelan dengan tangan masih membersihkan rak. Aku harus menjauhi Floyd.

"Kemarilah!"

Mati aku! Aku berjalan pelan menuju arah suara. Kakiku sangat berat membawa botol obat. Apa yang diinginkan Floyd?

"Tunjukkan wajahmu!"

Aku menelan ludah susah payah dan mengangkat wajahku.

Dia pria tampan dengan rambut coklatnya, mata hijaunya, dan tahi lalat di bawah matanya. Jika dia baik, dia sudah berada di daftar calon pasanganku paling atas.

"Siapa namamu?"

"Miu!"

"Miu? Bukankah itu sangat lucu?"

Jika bisa aku ingin mengganti namaku menjadi nama yang lebih baik. Sayangnya ayah tak punya nama lain selain Miu. Tidak apa-apa, nama Miu sangat lucu seperti seekor anak kucing.

"Penyihir apa kau?"

"Sa-ya penyihir biasa!"

"Aku tahu, bukan itu yang ingin kutahu. Jenis sihir apa yang kau gunakan?"

Jenis sihir apa?

"Ah, air?"

"Kau cukup berguna. Pergilah!"

Aku mengangguk dan pergi. Memangnya penyihir butuh jenis? Aku menutup pintu dan berlari turun secepat mungkin. Floyd tidak boleh memanggilku lagi. Aku juga harus bertemu guru untuk memberi obat-obatan ini. Aku melompat ke bawah dan berlari kembali ke dapur untuk mengantarkan makanan.

"Miu! Cepat antar! Dimana saja kau?"

"Hah... Kemarikan!" Aku menarik troli makanan dan membuka pintu lebih cepat dari siapapun.

"Groammm..."

"Sttt... Nanti aku akan menari lagi!" Aku membagikan makana dan membuka pintu guru paling akhir.

Ada hal yang ingin kutanyakan secepat mungkin. Apa seorang penyihir memiliki jenis yang berbeda?

"Guru!!!"

"Ada apa?" Guru terbangun dan menatapku dengan wajah lelahnya.

"Aku bawa semua obat! Lihatlah ini!" Aku mengeluarkan berbagai botol dan menunjukkannya.

"Dari mana?"

"Ruangan tertinggi!"

Guru mengirup aromanya satu persatu dan meminum ramuan terakhir. Apa ini jenis obat yang berguna untuknya? Guru menyuruhku untuk membagikannya kepada para tahanan sesegera mungkin.

"Itu obat buatanku. Kau berhasil masuk ke sana rupanya, terima kasih."

"Itu bukan masalah. Aku akan  mengambilnya lagi jika guru membutuhkan lagi."

"Tidak perlu. Satu obat cukup untuk kami."

"Syukurlah itu berguna, tidak sia-sia aku bertemu Floyd."

Wajah tampannya masih melintas di pikiranku. Aku sampai terkesima saat mata hijaunya menatapku begitu tajam. Sayang sekali dia penyihir jahat yang membunuh saudaranya sendiri.

"Kau bertemu Floyd?"

"Iya! Wajahnya tampan tapi tidak dengan hatinya. Guru, dia bertanya padaku tentang jenis penyihir. Memangnya berapa banyak jenis penyihir?"

"Uhukkk..." Guru tersedak dan meminum minumannya.

"Aku mengatakan padanya aku adalah penyihir air. Aku tidak tahu karena aku adalah penyihir biasa." Aku menjambak rambutku.

Aku tidak tahu apa-apa tentang penyihir! Aku hanya belajar sihir dan sihir saja. Guru menatapku tajam seperti saat dia ingin mengajariku sesuatu lagi.

"Dengar, sihirmu adalah sihir bebas. Teruslah katakan bahwa kau adalah sihir air. Kau mengerti?"

"Iya, tapi apa sihir bebas itu?"

"Ada banyak sihir di dunia ini, air, tanah, api, angin, listrik, tanaman, ramuan, dan banyak hal lainnya. Tidak banyak penyihir biasa bisa melakukan sihir bebas seperti dirimu. Jika ada kau sudah diangkat menjadi kelas penyihir murni."

"Ah, jadi kenapa guru tidak mengangkatku?"

"Bodoh! Memangnya aku ingin kau terkurung di menara ini sepanjang hidupmu? Kau adalah seorang putri kerajaan. Intinya, seorang penyihir biasa tidak bisa menggunakan sihir lebih dari tiga."

Aku mengangguk dan mengusap wajahku yang berair. Tapi aku sudah menunjukkan kemampuanku kepada orang-orang disepanjang perjalanan ini. Guru tidak boleh tahu apa yang terjadi.

"Guru! Aku sempat datang ke tempat desa siluman. Aku sudah membebaskan mereka semua. Tapi itu tidak sempurna, bagian kucing masih tertinggal."

"Kau menghapus kutukanku? Hahaha... Apa lagi?"

"Aku mengutuk seorang raja dari Kerajaan Dalton, membuat ilusi, membuat Golem, membuat sihir gelap, sihir penghilang bentuk, sihir awan, air, tanah, bunga, angin, dan api. Tapi aku belum mencoba sihir listrik dan aku juga belum bisa menggunakan lingkaran sihir. Aku mencoba semua kertas dari desa siluman yang guru tinggalkan. Tapi tidak ada satupun yang berhasil. Ah, aku bisa membuat banyak ramuan, yang paling berharga adalah ramuan untuk pasangan." Aku tersenyum bangga.

"Hahaha... Anak pintar!"

Guru menepuk pucuk kepalaku. Tentu saja aku pintar, mau bagaimana lagi? Aku adalah murid dari Rowena, pemimpin para penyihir.

"Sebenarnya aku datang kemari ingin menemui guru untuk menceritakan sesuatu. Tapi aku justru mendengar cerita guru dan pulau ini."

"Maafkan aku. Kau justru ikut berada dalam situasi ini. Jadi, apa yang ingin kau ceritakan?"

"Flint melamar Amisi!"

"A-pa? Sialan dia!"

"Itu sudah berlalu, aku datang kemari dengan Eckhart! Dia sama sepertiku yang sakit hati. Tapi dia sangat baik ingin membantu kita semua. Kami sedang berusaha untuk mengalahkan Floyd. Aku akan berusaha sekuat tenaga."

"Katakan padanya, aku sangat berterima kasih."

"Iya, dia pasti sangat senang."

Aku tersenyum pada guru. Eckhart pasti merasa hidupnya akan berguna. Wajah itu pasti tersenyum sangat lebar sampai deretan giginya terlihat. Guru mengusap rambutku dan tersenyum aneh.

"Setelah ini, ayo pergi ke Carver. Aku ingin mengutuk seseorang!"

🌱🌱🌱

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Second Lead ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang