Suasana di dalam ruangan kini berubah menjadi sedikit memanas. Ranjani masih dengan posisinya yaitu menatap Raga dengan tatapan tidak percaya.
Sementata Raga menelan ludahnya berkali kali melihat mantan kekasihnya yang kini berada dihadapannya.
Raga salah, ia tidak meminta nama-nama kandidat siapa saja yang lolos ke dalam seleksi akhir. Dan ternyata, Ranjani adalah salah satunya.
Ada perasaan sedikit senang terselip dihatinya. Tidak bukan sedikit, tetapi sepenuhnya. Namun, Raga sudah dalam prinsipnya yang akan ia jalani meskipun dirinya sendiri yang pasti akan tersiksa.
"Raga, ternyata kamu—"
"Maaf, kamu tadi panggil saya apa?"
Deg
Hati Ranjani seketika merasa sakit yang begitu dalam. Kenapa nada bicara Raga berubah? Bahkan Raga sekarang seperti tengah berbicara dengan orang asing saja.
"E—eh," Ranjani gugup untuk menjawab pertanyaan Raga.
Raga sudah banyak berubah. Bukan hanya dari prilakunya, tetapi penampilannya juga.
Dulu Raga adalah orang yang jarang suka memakai setelan kantor dan berpakaian rapi, tetapi kini Raga terlihat sangat gagah dengan setelan kemeja dan jas yang serasi.
Melihat Raga sudah mencapai kesuksesaannya membuat Ranjani bahagia. Setidaknya ia tau bahwa Raga baik-baik saja tanpa dirinya.
"Ini di lingkungan kantor dan saya atasan kamu. Meskipun kita pernah saling kenal tapi tolong bedakan dimana kamu boleh manggil saya 'Pak' dan manggil saya dengan nama."
"Kamu mengerti, Ranjani?" Sambung Raga dengan nadanya yang tegas.
Ranjani menegakkan kembali posisi duduknya. Ia lantas tersenyum menghadap ke arah Raga, "Baik pak, maaf sebelumnya saya sudah lancang," kata Ranjani sambil sedikit tertunduk sebagai tanda hormat.
"Oke, bisa kita mulai interview nya?"
"Bisa pak."
***
Raga sudah selesai menginterview Ranjani dengan durasi yang cukup lama. Yaitu hampir 1 jam. Sebenarnya hanya ada 5 pertanyaan saja yang harus ditanyakan, tetapi bukan Raga namanya jika tidak jahil.
Raga menanyakan sesuatu yang menurut Ranjani pun sepertinya ini tidak perlu dibahas. Namun, karna Ranjani membutuhkan pekerjaan, ia menjawab dengan semampunya.
"Sial, Ranjani makin sexy aja."
Raga bangkit dari kursinya lalu mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.
Dirinya benar-benar frustasi dengan kehadiran Ranjani hari ini. Bagaimana bisa Ranjani tumbuh menjadi wanita yang semakin cantik dan mandiri seperti ini.
Raga melihat cv Ranjani dan betapa terkejutnya saat Ranjani memiliki banyak pengalaman kerja selama 4 tahun belakangan ini.
Setelah mempertimbangkan dengan HRD yang memewancari kandidat yang lain, hanya skor penilaian Ranjani lah yang paling unggul.
Raga mengulas senyumnya saat ia mengetahui hal itu.
"Menurut saya Ranjani cocok untuk bergabung di perusahaan kita pak."
"Saya sudah melihat cv nya dan saat tes sebelumnya pun hanya Ranjani yang paling mencolok di antara kandidat lain," ujar Cipto dengan yakin.
Mendengar semua penjelasan dari Cipto membuat Raga semakin yakin Ranjani memang pantas berada di sampingnya. Tidak. Maksudnya menjadi sekretarisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Romance[SEQUEL TOXIC] Pertemuan tidak disangka antara Raga dan Ranjani setelah 4 tahun lamanya berpisah membuat mereka kembali terasa asing. Rasa rindu masih ada di antara keduanya, tetapi ego yang membuatnya tidak pernah mau mengungkapkan perasaan masing...