Raga menemui kembali para rekannya dari Perusahaan Prima, salah satunya Andi sang direktur perusahaan yang langsung berhadapan dengan Raga untuk mengurusi kerja sama kali ini.
"Gimana pak Raga?" Andi menatap Raga dengan harapan bahwa Raga berhasil membawa berkas yang benar.
"Maaf pak Andi, sebelumnya saya benar-benar mengucapkan maaf sebesar-besarnya karna ternyata berkas asli yang minggu lalu sudah kita susun tersebut hilang. Bahkan soft file pun ikut hilang pak."
"Saya rasa ini ada kesalahan teknis dan kelalaian dari perusahaan kami yang membuat berkas proyek kita hilang begitu saja."
Andi menggelengkan kepalanya dan menatap Raga dengan kecewa. Pasalnya perusahaan mereka sudah lama menantikan proyek kerja sama ini.
Bahkan Andi hanya ingin menentukan konsep pembangunan yang mereka buat hanya dengan perusahaan Raga.
Kelalaian Raga tidak hanya itu, ia pun tidak pernah kepikiran untuk mengirimkan berkas asli soft file kepada Andi. Ia hanya mengirimkan soft file mentahan saja.
"Kami benar-benar kecewa pak Raga. Pasalnya perusahaan kami sudah mempercayakan bahwa proyek kerja sama ini akan berjalan lancar jika ditangani oleh perusahaan pak Raga. Tetapi hasilnya malah mengecewakan sekali."
"Saya harap pak Raga bisa lebih profesional lagi dalam mengurus proyek seperti ini."
"Ini bukan proyek sepele pak." Tutur Andi menjelaskan kekecewaannya pada Raga.
Raga dan beberapa rekannya yang di belakang hanya bisa menunduk malu dan kecewa atas apa yang terjadi pada mereka.
Terlihat jelas kekecewaan dimata Raga serta amarah di dalamnya. Bagaimana juga ini adalah proyek yang Raga idam-idamkan dari dulu, tawaran yang menggiurkan dan bisa membuat perusahaan Raga menjadi lebih berkembang pesat, namun itu semua sirna dalam sekejap.
Di sebrang sana terlihat Ranjani dengan wajah cemasnya menatap Raga yang masih mengobrol dengan perusahaan Prima.
Ranjani juga sama hal nya dengan Raga, ia sangat sedih dan merasa kecewa dengan dirinya sendiri karna telah menyebabkan kekacawan ini.
Harusnya Ranjani bisa lebih teliti dan profesional karna ia sedang menduduki posisi yang cukup penting di perusahaan ini.
Ranjani tidak tega melihat wajah Raga seperti menahan malu dan sedih. Ranjani pun langsung berbalik badan saat mata Raga sekilas melihat kehadirannya.
Ranjani tahu bahwa Raga masih marah kepadanya. Ini memang salahnya, semua ini salah Ranjani. Apa Ranjani resign saja dari kerjaanya? Karna ia sudah lalai dalam mengemban tugasnya?
"Ran, kenapa?" Ranjani bertemu dengan Devi saat berjalan di lorong, ia buru-buru menghapus air matanya.
"Ga papa Dev." Ranjani berusaha tersenyum, namun Devi tau permasalahan yang dialaminya.
"Pasti gara-gara masalah yang di ruangan itu sama pak Raga kan?" Ranjani mengangguk pelan. Tidak bisa dipungkiri, karna pada saat itu ia dimarahi Raga saat beberapa karyawan masih ada di sekitar sana.
"Kamu harus selidiki ini, Ran."
"Mana mungkin berkas itu tiba-tiba hilang. Menurut aku ada orang iseng yang ambil berkasnya. Coba deh besok kamu minta bagian cctv buat cek di ruangan kamu," ujar Devi.
Sebagai rekannnya ia merasa prihatin atas apa yang terjadi saat ini. Ia tidak tega melihat Ranjani disalahkan begitu saja, mendengar percakapannya tadi membuat Devi berpikir bahwa ini memang bukan salah Ranjani.
Devi berprasangka ada seseorang yang mengambil berkas tersebut dilaci meja Ranjani dan menghapus file dari handphone serja komputernya.
"Dev, kamu yakin ini ada yg ngerjain aku?" Tanya Ranjani karna mendapat pencerahan dari Devi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Romance[SEQUEL TOXIC] Pertemuan tidak disangka antara Raga dan Ranjani setelah 4 tahun lamanya berpisah membuat mereka kembali terasa asing. Rasa rindu masih ada di antara keduanya, tetapi ego yang membuatnya tidak pernah mau mengungkapkan perasaan masing...