Sudah 2 bulan berlalu sejak kejadian itu, kini hubungan Raga dan Ranjani tidak semakin membaik. Sikap Ranjani yang selalu ketus ketika Raga mencoba mendekatinya.
Berkali kali Raga meminta maaf pada Ranjanin atas kelancangannya, namun sepertinya masih sulit Ranjani untuk menerima itu semua. Akhirnya Raga pun tidak ambil pusing dan lebih memilih untuk bersikap biasa lagi kepada Ranjani.
"Ranjani, setelah makan siang ke ruangan saya ya."
Ranjani menatap Raga dengan datar dan sedikit horor. Ia sangat lelah, baru saja 1 jam yang lalu Raga menyuruhnya ke ruangan dan 1 jam berikutnya ia harus kesana lagi.
"Ada yang harus saya kerjakan lagi pak?" Tanya Ranjani serius.
Raga menatap Ranjani tidak kalah tajam, kini kedua saling menukar pandangan yang horror.
"Berani kamu natap saya kaya gitu?" Tanya menghampiri meja Ranjani.
Kebetulan ruangan Ranjani sedang kosong karna semuanya makan siang di ruang, hanya Ranjani saja yang membawa bekal dan memakannya di kantor.
"Natap bapak kaya gimana? Mata saya emang kaya gini," jawab Ranjani dengan sedikit lantang.
Makan siang yang semula sangat lezat kini berubah menjadi tidak menarik sama sekali.
Gagal sudah Ranjani ingin menikmati ayam teriyaki yang ia buat tadi pagi dengan semangat membara.
"Ga nyangka kamu bakal seberani ini sama saya. Bicara pun kamu ga ada hormatnya sama sekali."
"Inget, saya ga suka kalo kamu bawa masalah pribadi ke dalam kantor."
Raga memperingati Ranjani dengan tegas lalu kembali ke ruangannya sambil membawa berkas yang ada di meja Ranjani.
"Salah lagi."
Ranjani menjatuhkan punggungnya ke kursi karna lelah menghadapi mood Raga yang gampang berubah.
Lagi pun ini semua salah Raga. Ia seperti berniat mengerjainya hari ini. Lihat saja, bahkan seperempat hari ini ia sudah 3 kali keluar masuk ruangan Raga hanya untuk meladeni berkas yang salah.
Padahal Raga bisa langsung mengoreksinya sekaligus agar ia tidak kesana kemari.
"Sabar, Ran."
—————
Sesuai perintah atasannya, Ranjani kini sudah berdiam di dalam ruangan Raga selama hampir jam pulang kantor. Ia bahkan tidak diperbolehkan untuk kembali ke mejanya sekedar mengambil barang yang tertinggal.
Bekerja di bawah Raga, membuat Ranjani seperti budaknya. Dan itu mengingatkan ia pada hubungannya 3 tahun lalu.
"Kamu pulang bareng saya," celetuk Raga tanpa menatap Ranjani.
Ranjani mendelik ke arah Raga, ia mengerutkab dahinya. "Saya pulang sendiri saja, pak."
"Jangan membantah, Ranjani."
"Kenapa bapak selalu bersikap tidak adil dengan karyawan bapak?" Tanya Ranjani sambil menatap serius wajah Raga.
"Ga adil gimana?"
"Bapak selalu memperlakukan saya beda dengan yang lain. Mengantar jemput saya, membelikan saya barang-barang, tapi karyawan yang lain tidak."
Raga hanya tersenyum kecut mendengar ocehan Ranjani. Kenapa Ranjani harus bertanya padanya, bukankah jawabannya sudah jelas karna ia adalah wanita yang masih dicintainya.
"Raga, jawab pertanyaan aku."
Kini Ranjani sudah mengubah kosa katanya menjadi 'aku' 'kamu' dan itu tandanya Ranjani sangat butuh jawaban dari Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Romance[SEQUEL TOXIC] Pertemuan tidak disangka antara Raga dan Ranjani setelah 4 tahun lamanya berpisah membuat mereka kembali terasa asing. Rasa rindu masih ada di antara keduanya, tetapi ego yang membuatnya tidak pernah mau mengungkapkan perasaan masing...