33

1.1K 109 11
                                    

Ranjani akhirnya diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit setelah 4 malam menginap di rumah sakit. Dokter bilang Ranjani sudah lebih membaik keadaanya meskipun jahitannya belum terlalu kering, namun Ranjani sudah bisa beraktivitas seperti biasa.

Setelah melalui percecokan untuk Ranjani keluar dari rumah akhirnya mereka mengambil jalan tengah dengan Ranjani yang tetap tinggal di rumah namun mereka pisah kamar.

Awalnya Raga pun menolak dengan solusi tersebut, namun daripada ia benar-benar kehilangan Ranjani lebih baik Raga mengalah untuknya. Lagi pula ia masih satu atap dengan istrinya.

Sesampainya di rumah, Raga mengantar Ranjani menuju kamar yang berada di pojok. Kamar tersebut biasanya digunakan khusus untuk keluarga atau tamu yang menginap, namun kini Raga ubah menjadi kamar Ranjani.

Sebelum Ranjani pulang, Raga ternyata sudah lebih dahulu me make over kamar yang akan Ranjani tempati. Ia mengganti seprai dan memindahkan beberapa baju serta barang-barang Ranjani ke kamar tersebut.

Kamar mereka pun kini lebih lega karena barang-barang Ranjani yang banyak telah dipindahkan di kamar yang baru.

"Kamu istirahat dulu aja, Ran," ujar Raga membaringkan Ranjani pelan-pelan.

Ranjani sebenarnya masih mampu untuk berjalan atau bangun sendiri, namun Raga terlalu berlebihan memperlakukan Ranjani, ia cemas karena jahitan istrinya yang masih belum terlalu kering.

"Kamu ga perlu berlebihan bantuin aku, Mas. Aku masih bisa sendiri," ujar Ranjani menatap Raga.

Raga menghela nafasnya dan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Raga memang selalu mendapat kalimat penolakan dari istrinya namun ia berusaha untuk menerimanya karena Raga paham perasaan Ranjani sekarang masih hancur.

"Aku kan suami kamu, Ran," ucap Raga sambil menyelimuti istrinya.

"Suami? Kemarin-kemarin kemana aja mas?"

Deg

Kalimat tersebut berhasil membuat Raga tersindir setengah mati. Apa yang dikatakan Ranjani benar, seharusnya jika Raga ingin memperlakukan seperti ini pada Ranjani dari kemarin-kemarin, bukan saat setelah semuanya hancur berantakan.

"Maafin mas, Ran," jawab Raga terdengar sangat pilu. Raga pun duduk dipinggir kasur Ranjani dan menatap istrinya.

"Aku mau sendiri," kata Ranjani terdengar seolah mengusir Raga. Namun, Raga masih tidak enyah dari hadapan Ranjani.

"Mas bener-bener nyesel sayang. Mas merasa bersalah sama kamu dan bayi kita. Andai mas dengerin kamu, mungkin semuanya ga bakal kaya gini," lirih Raga.

"Percuma mas, semuanya udah terjadi. Aku gatau harus berbuat apa lagi sekarang. Aku udah terlalu kecewa. Kamu mau kaya gimana pun sekarang, aku udah ga peduli," jawab Ranjani lalu memalingkan wajahnya agar Raga tidak melihatnya menangis.

Raga hanya bisa menghela nafasnya dan tersenyum. Apa yang Ranjani katakan memang benar. Semuanya sudah terjadi dan Ranjani terlanjur kecewa dengan Raga. Mungkin inilah akibat yang harus Raga terima.

"Maafin mas," lirih Raga lalu beranjak dari kasur dan meninggalkan Ranjani sendiri dikamarnya.

Ranjani masih butuh waktu untuk menenangkan pikirannya. Perasaannya masih kalut. Hatinya masih sakit mengingat semua perlakuan Raga dulu hingga membuatnya kehilangan bayi mereka.

Sangat disayangkan anak pertama mereka tidak bisa bertahan akibat ulah kedua orang tuanya. Padahal Ranjani sudah menyiapkan nama yang cantik untuknya.

"Aku benci banget sama kamu, Mas," lirih Ranjani mengusap air matanya.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang