Di hari ke 3 ini Ranjani masih mengurusi Raga yang sakit. Ranjani sudah membawa suaminya ke Dokter untuk mengetahui apakah ada penyakit serius yang diderita Raga, ternyata Dokter bilang Raga hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran.
Bahkan Dokter sendiri menebak bahwa hubungan Raga dan Ranjani memang sedang tidak baik-baik saja, terlihat dari interaksi mereka saat di ruangan periksa tadi.
Setelah diperiksa Dokter menyarankan Raga untuk istirahat 3 hari lagi agar kondisinya benar-benar pulih dan Dokter pun berpesan agar Raga tidak usah terlalu banyak memikirkan hal apa pun selain kesehatannya.
"Mas, ayo dong bangun dulu," kata Ranjani mengguncangkan tubuh Raga yang masih berbelit selimut.
Sudah 3 kali Ranjani membangunkan Raga namun ia masih saja nyenyak dengan tidurnya karena semalaman Raga tidak bisa tidur akubat suhu tubuhnya yang naik lagi.
"Masih ngantuk sayang," gumam Raga, ia membalikkan tubuhnya dan berusaha menatap Ranjani.
Raga mengusap matanya yang masih terasa berat, ia lantas tersenyum melihat istrinya yang sudah rapi berdandan dengan dress rumahan bernuansa bunga-bunga.
"Cantik banget, kamu habis darimana?" Tanya Raga.
"Apaan sih!" Elak Ranjani, wajahnya memerah saat Raga memujinya. Padahal ini hanya pujian kecil, tapi entah kenapa dirinya malah salah tingkah.
"Aku habis cek Cafe. Tuh Cafe kalo ga diurusin bisa-bisa kacau mas," omel Ranjani. Pasalnya Raga melarang Ranjani mengurusi cafe tetapi Raga sendiri jatuh sakit dan jadi tidak ada yang memantau.
"Iya sayang, maaf ya gara-gara mas sakit cafe jadi ga ada yang urus," jawab Raga dengan rasa bersalah.
Ranjani yang mendengarnya jadi ikut merasa bersalah, pasalnya ia tidak berniat menyalahkan Raga, ia hanya ingin memberitahu saja.
"Y—yaudah sekarang mandi dulu," alih Ranjani tanpa menanggapi Raga. Ia tidak ingin nanti Raga malah besar kepala karena dirinya ikut meminta maaf.
"Bantuin lagi ya, Ran," kata Raga berusaha bangun dengan susah payah.
Semenjak sakit Raga tidak bisa ditinggal untuk mandi atau melakukan apa pun sendirian karena kepalanya yang masih sering pusing jika berdiri terlalu lama, alhasil mau tidak mau Ranjani selalu berada di samping Raga saat sakit.
Ranjani pun membantu Raga untuk berdiri dari tempat tidur, ia memapah dan mengalungkan tangan Raga dipundaknya meskipun dirinya kesusahan karena tubuh Raga yang tinggi lumayan berat.
"Kamu ternyata mungil banget ya," celetuk Raga yang masih dibantu berjalan oleh Ranjani.
Ranjani melirik tajam Raga, "Maksud kamu?!" Ucapnya tidak terima, ia memasang wajah marah dan cemberut.
"Ya iya, kalo aku lagi rangkul kamu gini ternyata badan kamu mungil banget dan aku kasian kamu harus bantu nopang badan aku yang tinggi besar ini," jawab Raga terkekeh pelan, ia malah mengejek istrinya sesuka hati.
Ranjani memberhentikan langkahnya dan Raga pun otomatis ikut berhenti, ia menatap Ranjani bingung.
"Jalan sendiri," kata Ranjani melepaskan rangkulan Raga dari pundaknya.
Raga yang dilepas rangkulannya dan tidak punya pegangan langsung kewalahan, entah kenapa kepalanya masih saja berat dan langsung pusing saat berdiri tanpa pegangan.
"Ran please," kata Raga langsung memegang pundak Ranjani karena dirinya merasa akan jatuh, ia menatap cemas dan dahinya langsung berkeringat.
Sebenarnya Ranjani sendiri juga khawatir dan tadi hanya mengerjai Raga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Romance[SEQUEL TOXIC] Pertemuan tidak disangka antara Raga dan Ranjani setelah 4 tahun lamanya berpisah membuat mereka kembali terasa asing. Rasa rindu masih ada di antara keduanya, tetapi ego yang membuatnya tidak pernah mau mengungkapkan perasaan masing...