24

889 68 15
                                    

Raga kini masih menatap nanar tubuh Ranjani yang sudah terbaring lemah. Ia meletakkan tubuh istrinya dipinggir ranjang sambil menyelimutinya.

Tidak lupa Raga sudah terlebih dulu mengganti pakaian yang melekat ditubuh Ranjani dengan pakaian tidur yang baru.

Melihat Ranjani memakai baju yang sebelumnya membuat kepala Raga kembali pusing. Memori kejadian tadi masih tercetak jelas diingatannya.

Bayang-bayang tentang apa saja yang Ranjani dan Mark lakukan di Hotel tersebut membuat dadanya semakin sesak.

Raga tidak tau harus percaya kepada siapa nantinya. Bukti yang ia lihat sudah begitu jelas dan nyata. Bahkan tadi Mark baru saja mengirimkan sebuah gambar dimana ia mengantarkan Ranjani ke rumah mereka.

Yang membuat Raga kecewa adalah saat Ranjani tidak bilang jika Mark pernah mengantarkannya pulang ke rumah, dan itu membuat Raga semakin curiga.

Dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah, Raga pun ikut berbaring di sebelah Ranjani tanpa memeluknya.

Biasanya Raga harus memeluk Ranjani ketika hendak tidur, namun malam ini rasanya berbeda. Ia masih terbayang semua gambar yang Mark kirimkan bersama Ranjani. Apakah benar Ranjani dan Mark melakukannya?

Raga pun dengan perlahan memaksa memejamkan matanya dan tanpa ia sadari air matanya ikut menetes.

————

Pagi ini suasanya di rumah sangat canggung, tidak seperti biasanya. Ranjani bingung harus memulainya dari mana. Dirinya sudah sadar dan sudah ingat tentang hal yang semalam terjadi dan ia pun ingat saat Raga menjemputnya di Hotel tersebut.

Tubuhnya perlahan bangun dan menghampiri Raga yang masih sibuk mengolesi rotinya sendiri. Tadi Ranjani bersikeras membuatkan Raga sarapan, namun Raga menolaknya mentah-mentah.

"Mas," panggil Ranjani lirih, ia menatap dengan berlinang air matanya. Ranjani paham perasaan Raga sekarang, ia pasti masih shock menyadari kesalah pahaman semalam.

"Mas, aku mau jelas—"

"Aku buru-buru, Ran," jawab Raga dengan wajah datarnya. Ia menatap datar dan tajam wajah Ranjani tanpa belas kasihannya.

Setelah selesai menyiapkan sarapannya sendiri, Raga pun bergegas mengambil tasnya dan memakai sepatu. Ranjani pun mengekori kemana Raga pergi, ia benar-benar harus menjelaskan semuanya pada Raga.

"Aku mohon dengerin penjelasan aku dulu, Mas."

"Mark jebak aku, dia bilang mau bayar hutang dia ke kita, tapi—"

Belum juga Ranjani menyelesaikan ucapannya, Raga sudah terlebih dahulu berdiri menghadap Ranjani dan menatapnya datar.

Ranjani pun seketika terdiam, dirinya ketakutan melihat sosok Raga yang seperti sekarang. Ini mengingatkan pada sososk Raga saat pacaran bersamanya dulu.

"Buktinya udah jelas, Ran. Bahkan Mark kirimin ke aku foto waktu dia nganterin kamu ke rumah kita, dan kamu bahkan ga pernah bilang tentang hal itu. Dari situ udah jelas kan?" Tanya Raga menatap wajah Ranjani dengan serius.

"M—mas, aku ga selingkuh sama, Mark. Dia jebak aku. Saat itu Mark memang pernah anterin aku, tapi itu hanya tumpangan dan—"

"Udah lah, Ran. Sekarang aku lagi gamau dengerin apa pun dulu dari kamu," putus Raga.

Raga pun langsung meninggalkan Ranjani tanpa berpamitan terlebih dahulu. Ranjani yang melihat itu hanya bisa terdiam, entah kenapa ia seperti tidak bisa berbuat banyak.

Raga tidak mau memberinya kesempatan menjelaskan apa pun dan itu membuat Ranjani semakin sulit meluruskan semuanya.

Ranjani kembali menuju kamarnya, ia mencari ponselnya yang ternyata tidak ditemukan dimana pun.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang