5

2.5K 171 20
                                    

Ranjani sudah stay di kantor sejak pukul 8 pagi. Ia sekarang masih melanjutkan untuk menulis beberapa surat perjanjian kerja sama yang akan di tanda tangani oleh Raga.

"Ran, bisa ke ruangan saya sebentar?" Kata Raga yang sudah berada di samping Ranjani.

Ranjani pun mengangguk patuh lalu membawa handphone dan buku catatannya menuju ruangan Raga.

Di sana Ranjani diperintahkan untuk membantunya menyusun beberapa berkas yang harus diserahkan ke perusahaan lain hari ini.

"Habis ini kamu ikut saya ya," ucap Raga memandangi Ranjani yang sibuk menyusun berkasnya.

"Kemana, Pak?"

"PT. Galsindo, saya mau kunjungan kesana."

"Baik, Pak."

Tanpa membantah Ranjani pun mengiyakan ajakan Raga. Memang itu sudah tugasnya untuk terus mendampingi pekerjaan Raga agar ia tidak kesulitan.

"Udah beres?"

"Udah, Pak."

Raga pun mengisyaratkan Ranjani untuk bersiap-siap menuju tempat kunjungan.

Ranjani bergegas mengambil tas serta memasukan beberapa peralatas tulisnya untuk mencatat di sana nanti.

Sepanjang koridor, selalu saja ada beberapa pasang mata yang memandangi Ranjani berjalan dengan Raga. Dan itu membuat Ranjani selalu berpindah ke belakang Raga.

"Kenapa, Pak?" Tiba-tiba Raga berhenti dan menatap Ranjani yang di belakangnya, ia mendengus kesal.

Raga paham mungkin Ranjani masih belum terbiasa dengan tatapan orang-orang, mungkin Raga harus menjelaskannya diperjalan nanti.

"Jangan pernah jalan di belakang saya," ucap Raga tegas.

"Ga papa pak, saya—"

"Ke sebelah saya."

Raga pun mengandeng tangan Ranjani lalu berjalan cepat menuju parkiran. Untunglah di jalan tadi sepi jadi tidak banyak orang yang melihatnya menggandeng Ranjani.

Tanpa basa-basi Raga segera menjalankan mobilnya menuju PT. Galsindo. Jaraknya tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30 menit saja.

"Jangan pernah jalan di belakang aku, Ran."

Ranjani sontak menolehkan pandangannya pada Raga. Ia terkejut sebab bos nya itu menyebut dirinya 'Aku'.

"Maaf, cuma saya ga nyaman aja kalo di sebelah bapak," jawab Ranjani sedikit lirih.

Raga tertawa kecil membuat Ranjani lagi-lagi menoleh pada Raga.

"Aku bukan bapak kamu, Ran," balas Raga terkekeh.

Menyadari itu membuat Ranjani ikut menertawai ucapannya barusan.

"Kita lagi di luar kantor, jadi pake aku kamu aja."

Ranjani mengangguk paham.

"Mereka liatin kita bukan karna kamu jelek atau ga pantes jalan di samping aku. Tapi mereka kaget karna ini pertama kalinya aku selalu ngajak sekretaris aku buat ikut kemana mana, Ran," jelas Raga.

Kenyataannya memang begitu, sekretaris Raga sebelumnya pun padahal seumuran dengan Ranjani. Tetapi Raga tidak pernah mau mengajak sekretarisnya untuk mendampingi Raga kemana pun.

Bahkan para karyawan pun kebingungan dengan sikap Raga yang selalu membatasi diri berinteraksi dengan karyawan perempuan.

Tapi setelah kedatangan Ranjani, sikap Raga berbeda. Ia bahkan mau mengajak Ranjani ikut dengannya dan mengandalkan Ranjani dalam situasi apapun.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang