18

1.9K 133 15
                                    

Hari demi hari kini Raga dan Ranjani disibukkan oleh persiapan pernikahannya. Mulai mencari wedding venue, make up pengantin, feeting baju, catering dan masih banyak lainnya.

Persiapan yang cukup mendadak karna hanya membutuhkan waktu 2 bulan saja membuat mereka sama-sama kelelahan.

Raga bilang tadinya ia ingin menyerahkan weddingnya kepada orang tuanya. Tetapi Ranjani ingin mempersiapkannya bersama Raga, ia takut nanti akan merepotkan orang tua Raga.

"Pulang ini kita masih harus cicipin catering buat acaranya, Ga," peringat Ranjani menatap Raga yang masih berkutik dengan handphonennya.

Raga menghela nafasnya kasar. Entah kenapa mempersipkan pernikahan ternyata sangat menguras tenaganya.

Ia harus membagi waktu antara di kantor dan mengurus acara pernikahannya. Belum lagi ada beberapa perbedaan pendapat tentang konsep yang Raga dan Ranjani inginkan.

"Bisa ga kalo cateringnya diundur aja, hari ini aku udah cape banget, Ran."

"Kamu gimana sih, dari kemarin kamu udah undur terus buat catering. Masa sekarang harus diundur lagi, kalo gitu mau sampe kapan kelarnya?" Ranjani sedikit menegaskan nada bicaranya.

Jika Raga mengeluh karna kelelahan, Ranjani justru lebih lelah daripada Raga. Ia yang menghandle segalanya ketika Raga sibuk meeting dan acara di luar kota. Tetapi Ranjani tidak ada komplen sedikit pun.

"Emang ada berapa catering yang harus kita coba?"

"Cuma dua doang kok ga banyak, pasti cepet," jawab Ranjani.

"Yaudah kita berangkat sekarang." Raga pun berdiri dan memutuskan untuk menyelesaikannya hari ini.

Setidaknya mereka tidak harus pusing memilih menu makanan yang nantinya cocok di wedding mereka.

—————

Dari tadi Raga terus menyeringit mencicipi makanan yany ada dihadapannya. Ia menatap Ranjani, apakah anak ini tidak salah memilih catering?

"Kamu ga cocok sama rasanya?" Tanya Ranjani melihat raut wajah Raga yang aneh setiap mencicipinya.

"Aku balik tanya, menurut kamu ini cocok buat dihidangin ke tamu?"

Ranjani terkekeh pelan. Ternyata bukan lidahnya yang error, tetapi masakan yang ada dihadapannya ini kurang sedap.

Padahal catering ini salah satu rekomendasi paling banyak dan bagus, tapi kenapa rasanya malah zonk.

"Cari yang lain aja," kata Raga sambil bekumur dan menyudahi makannya.

Akhirnya Ranjani pun memutuskan untuk tidak memakai catering dari sini. Ia pun mengkonfirmasi kepada pemiliknya dan beralasan jika ia masih mencari rasanya yang cocok.

"Kamu marah?" Tanya Ranjani saat sudah di dalam mobil.

Raga menghela nafasnya. Ia menatap wajah Ranjani yang tampak kelelahan. Rasanya sudah sangat lama mereka tidak quality time atau sekedar bersenda gurau.

Satu bulan lebih ini mereka habiskan hanya untuk bekerja dan mengurus acara pernikahan.

"Kamu ga cape sayang?" Tanya Raga merendahkan nada bicaranya.

"Cape banget. Ternyata nyiapin pernikahan mendadak gini nguras tenaga sama mental  aku," jawab Ranjani dengan wajahnya yang sedih.

Raga tersenyum, jika ia terus mengeluh mungkin beban Ranjani akan semakin berat. Toh, selama ini memang Ranjani lah yang paling effort mengurus semuanya. Seharusnya Raga bisa membantu Ranjani untuk menjaga mood nya tetap baik.

"Sini," kata Raga merentangkan tangannya. Ia segera memeluk Ranjani dengan hangat.

Entah sudah berapa lama terakhir kali mereka berpelukan seerat ini. Rasanya semua beban yang Raga rasakan hilang seketika.

"Maaf ya aku gabisa ngertiin kamu. Aku daritadi terus-terusan ngeluh cape, padahal kamu lebih cape daripada aku," kata Raga.

Ranjani menganggukkan kepalanya. Ia pun memahami Raga dan Ranjani tidak bisa menyalahkannya. Raga pantas merasa cape karna ia harus mengurus pekerjaan kantor dan juga pernikahan mereka, sedangkan Ranjani diberi keringanan oleh Raga agar ia tidak terlalu berat mengurus semuanya.

"Aku juga minta maaf udah ngomel terus sama kamu. Aku gatau harus cerita dan diskusiin ini sama siapa lagi selain calon suami aku," jawab Ranjani melepaskan pelukannya. Ia menatap Raga dengan lekat.

Raga tersenyum, ia pun langsung mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Ranjani. Reflek Ranjani pun memejamkan matanya dan menikmati ciuman lembut dikeningnya yang Raga berikan.

—————

Sesampainya di kantor, Raga langsung menuju ruang meeting untuk bertemu dengan clientnya. Sementara itu Ranjani menunggu di ruangan Raga sambil mengecek pekerjaannya yang belum selesai.

Saat sedang mengetik, handphone Raga berbunyi dan menampilkan pop up pesan di atasnya. Ranjani yang penasaran pun melirik ke arahnya.

Mark
Bro, lagi ada di kantor?
Gw mau minjem dulu 20jt, urgent banget. Lo bisa pinjemin ga?

Ranjani menyerengit, ia sedikit kaget karna Mark meminjam uang pada Raga cukup besar.

Mark
Nanti utangnya jumlahin aja sama waktu yang minggu kemarin.
Gw mohon, karna cuma lo yang bisa bisa gw andelin.

"Kenapa selama ini Raga ga pernah bilang kalo Mark suka minjem uang ke dia," kata Ranjani sedikit bingung.

Mark adalah teman SMA Raga dan Ranjani, dulu mereka cukup dekat, tetapi karna satu dan lain hal mereka akhirnya terpisah dan sudah tidak bertemu lagi.

Sampai akhirnya Ranjani tau, jika Raga dan Mark ternyata masih berhubungan.

"Aku tanyain nanti aja deh," ujar Ranjani menganggap angin lalu pesan di handphone Raga. Ia mungkin akan menanyakannya jika Raga sudah kembali.


Tbc
Jangan lupa vote dan comment ya🥰🥰

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang