26 (+)

1.9K 98 23
                                    

Warning 21+

Minggu, 09.00

Weekend biasanya adalah hari yang paling mereka tunggu untuk bisa quality time bersama. Sekedar hanya menonton film atau bahkan liburan ke kota lain untuk melepas penatnya bekerja.

Namun, minggu pagi yang cerah kali ini berbeda, hanya ada keheningan di dalamnya. Ranjani atau Raga belum ada yang memulai pembicaraan dimeja makan. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Kejadian kemarin lusa ternyata semakin membuat hubungan mereka tidak membaik. Kalimat Raga yang ia ucapkan sebelum Ranjani tertidur masih membekas dikepalanya sampai saat ini.

Bagaimana pun juga, Ranjani merasa dirinya direndahkan oleh Raga karena dituduh melakukan sesuatu yang Ranjani yakin tidak pernah melakukannya.

Apakah Raga percaya hanya dengan bualan dan bukti palsu dari Mark? Kenapa sampai saat ini Raga masih belum mau bertemu dengan Mark untuk membicarakan masalahnya. Bukannya Raga harusnya marah terhadap Mark juga, bukan hanya kepada Ranjani?

Berbagai macam pertanyaan selalu muncul dibenak Ranjani. Ia sudah terlalu pusing dengan sikap Raga. Kali ini Ranjani hanya akan mengikuti alurnya saja.

"Besok aku mau keluar," kata Ranjani membuka pembicaraan. Ia sebenarnya tidak meminta izin, hanya memberitahu saja.

"Sama Mark?"

Jawaban yang keluar dari mulut Raga sontak membuatnya menatap Raga kesal. Kenapa ia selalu melibatkan Mark dalam setiap kegiatannya.

"Terserah kamu mau nganggep aku kaya gimana, Mas. Aku cuma mau ngasih tau kalo besok aku mau keluar sama temen aku," jawab Ranjani dengan nada yang jengkel.

"Emang aku ngizinin?"

"Emang aku minta izin?" Tanya Ranjani kembali. Ia tidak peduli Raga akan men cap nya sebagai istri durhaka.

Raga terkekeh pelan, semakin hari sikap Ranjani justru mengimbangi dirinya. Dan itu membuat Raga semakin membencinya.

"Hal kaya gini udah bukan masalah bagi kamu ya, Ran. Ketemuan sama Mark aja kan kamu ga bilang sama suami sendiri," sindir Raga sambil melanjutkan makannya.

Ranjani hanya bisa menatap kecewa terhadap perkataan Raga. Ia sudah muak terus-terusan dituduh seperti ini.

"Kamu kaya anak kecil tau ga, Mas?" Sentak Ranjani yang mencoba memberikan bantahan pada Raga.

"Tiap hari kerjaannya nyindir aku terus. Kamu sebagai suami gabisa lebih bijak sedikit apa? Harusnya kamu cari tau dong kebenarannya seperti apa, jangan cuma liat bukti dari satu sisi aja!!" Ranjani meledak. Emosinya ia tumpahkan semua di sini.

Ranjani ingin mengatakan ini sudah lama, menurutnya Raga kurang bijak menyikapi permasalahan mereka ini. Ia sama sekali tidak ada membela Ranjani dan bahkan menanyakan keadaanya setelah kejadian tersebut.

"Kamu sendiri sebagai istri gimana, Ran? Ngerasa udah punya suami kan? Kenapa masih mau nerima cowo lain?"

"AKU SAMA SEKALI GA ADA MAIN DI BELAKANG!!" Teriak Ranjani, ia berdiri dari tempat duduknya sambil mengepakan tangan dan menatap Raga marah.

Raga pun ikut bangun sambil menatap Ranjani dengan datar dan tenang. Hatinya sudah mati semejak kejadian tersebut. Entahlah, sekarang rasanya sudah beda menatap istrinya lagi.

"Buktiin kalo kamu ga ada main di belakang."

"Aku bilang ayo kita ketemu sama Mark dan suruh dia jelasin semuanya. Kenapa kamu ga mau dengerin penjelasan sebenarnya dari aku sih, Mas? Kamu udah ga percaya sama aku?"

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang