27

1.3K 102 36
                                    

Dengan susah payah Ranjani memunguti pakaiannya dan memakainya kembali. Untunglah saat ini Ranjani memakai dress jadi ia tidak terlalu repot memakainya.

Darah terus mengalir dari kewanitaannya hingga menetes sepanjang jalan ia menuju kamarnya. Ranjani berjalan terhuyung, matanya sudah mulai kabur dan yang ia butuhkan saat ini adalah bantuan dari suaminya.

Ranjani berpegangan pada lemari sambil menatap pintu kamar mandi terdapat Raga di dalamnya. Untuk memanggil saja rasanya mulut Ranjani sangat kelu

"M—mash," panggilnya dengan lemah.

Tangannya masih memegang perut yang semakin terasa sakit. Ranjani melihat kakinya yang kini benar-benar sudah dipenuhi oleh aliran darah dari selangkangannya.

Beberapa saat kemudian, Raga keluar dari kamar mandi dan melihat Ranjani dengan keadaan yang sudah mengenaskan sambil berpegangan pd sisi lemari.

"R—ran?" Gumam Raga membelakakan matanya.

Raga langsung menghampiri Ranjani begitu melihat darah segar mengalir dari pangkal pahanya. Saat Raga mendekap Ranjani, Ranjani langsung pingsan dipelukan Raga, sepertinya ia sudah terlalu lelah menahan rasa sakit.

Dengan cepat Raga pun menggendong Ranjani dan membawanya ke mobil. Tidak lupa Raga memakaikan jaket untuk menutupi lengan Ranjani yang tampak sedikit terbuka.

Sepanjang perjalanan Raga terus mengutuk dirinya. Ini pasti akibat ulahnya yang bermain cukup kasar pada Ranjani. Tangan Raga berkali kali memukul stir melampiaskan amarahnya. Tidak dapat Raga pungkiri, ia masih sangat mengkhawatirkan Ranjani dan tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya.

Sesampainya di rumah sakit, Ranjani langsung ditangani oleh dokter dan Raga menunggunya di luar sebelum diperbolehkan masuk.

"Keluarga Ibu Ranjani," panggil suster menoleh pada Raga.

Raga pun memasuki ruangan dan menghadap dokter untuk meminta penjelasan tentang sakit yang Ranjani alami. Raga sudah siap jika dokter akan memarahinya, karena ini memang ulah Raga.

"Maaf, dengan suaminya Ibu Ranjani?" Tanya Dokter Veronica.

"Iya dok, saya suaminya. Gimana keadaan istri saya?"

"Maaf pak, sebelumnya apakah bapak dan ibu habis melakukan hubungan badan? Soalnya saya mendapatkan ada sperma yang tertinggal disekitar kewanitaan Ibu Ranjani," ujar Dokter.

Raga mengangguk malu sekaligus takut, ia takut mendengar penuturan dokter selanjutnya.

"Ibu Ranjani mengalami pendarahan, pak. Tapi untungnya tidak terlalu parah karena segera ditangani. Pendarahan tersebut terjadi karena hubungan badan yang terlalu keras tanpa memperhatikan kondisi Ibu Ranjani," jelas dokter.

"Dan untunglah anak yang dikandung Ibu Ranjani kuat dan sehat di dalam. Namun, sepertinya melihat dari kasus tersebut, apakah bapak dan ibu sudah tau jika Ibu Ranjani tengah mengandung?"

Deg

Raga dibuat shock mendengar penjelasan dari dokter. Ranjani hamil? Bagaimana bisa?

"H—hamil dok?"

"Iya, Ibu Ranjani tengah hamil dan saat ini usianya baru 2 minggu. Selamat ya pak. Saya juga berpesan untuk saat ini jangan dulu berhubungan badan karena kandungan Ibu Ranjani masih rawan," pesan dokter dibarengi senyuman.

Raga mendengar kabar tersebut hanya bisa diam dan bertanya-tanya. Bagaimana bisa Ranjani hamil? Bukankah mereka divonis sulit mempunyai keturunan karena ada masalah pada kesehatan Raga? Lalu, anak siapa yang dikandung Ranjani?

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang