03: Kerja Sama Pertama

790 99 6
                                    

---

Lea meletakkan beberapa berkas di tangannya, lalu dia mengusap dahinya kasar... pertanda dia sedang memikirkan sesuatu. Gurat kecewa kian terlukis di paras cantiknya. Mata gelapnya berkilauan, kembali menatap para pekerja bagian lapangan yang hanya tertunduk di hadapannya.

"Tandan buah sawit jenis Tenera menghasilkan lebih banyak rendemen-rendemen Crude Palm Oil
daripada jenis Dura. Jenis Tenera lebih menguntungkan bagi pabrik kita, karena Buah Dura memiliki mesokarp yang lebih sedikit daripada buah Tenera," beber Lea. "Aku tidak ingin kalian mengganti jenis buah sawit yang sudah disepakati. Jelas hasil laboratorium akan menunjukkan kualitas yang berbeda."

Para pekerja semakin menundukkan wajahnya. Mereka tidak berani memotong atau membantah ucapan Leanna.

"... Kalian tahu, menembus ekspor ke Eropa itu sangat sulit. Apalagi jika niat kalian curang untuk menutupi dan mengabaikan kualitas. Mereka akan semakin mempersulit untuk menerima produksi kelapa sawit dari Indonesia."

"Tapi, Bu Lea. Lahan tandan buah sawit Tenera tidak mencukupi stok, karena umur pohon. Kita kekurangan 30 persen dalam perhitungannya. Kami juga sudah memastikan, mungkin sekitar lima tahun lagi, umur pohon Tenera sudah siap panen."

Lea jelas tidak menyukai jawaban supervisor lapangan itu. Matanya kembali menyusuri lagi berkas-berkas yang ada di tangannya. Padahal sampel tanda buah sawit Tenera yang dikirimkan ke Belanda telah disetujui. Tidak mungkin mereka akan memanipulasi bahan baku pengiriman. Waktunya sempit, hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Elver diam, sedari tadi dia hanya mendengarkan. Dia paham, belum ranahnya mencampuri urusan yang baru dipelajarinya selama seminggu ini. Dia memperhatikan dan mengawasi semua kegiatan di kantor ini sebagai bahan pengetahuannya. Dibukanya kembali berkas yang ada di depannya.

"Sekali kita gagal... Maka akan sulit memulainya kembali. Mereka tidak akan memberikan kita kesempatan. Hancurlah harapan kita untuk memuluskan ekspor ke Eropa yang anti kelapa Sawit." Lea menghela napas. "Bukankah sudah berkali-kali aku peringatkan, kalian untuk terus mengawasi produksi? Apakah kalian tidak melakukannya dengan benar?" Lea terdengar menahan suara emosinya.

"Maaf, bu. Ini di luar kendali kita... Beberapa lahan memang terserang penyakit di musim hujan dan..."

"Itu urusan bagian di pengolahan lahan! Aku tidak perduli! Aku hanya perduli target kebun kita terpenuhi untuk ekspor ke Eropa!" Lea membanting berkas yang pegangnya. Semua orang yang ada di ruangan itu pun tertunduk, bahkan beberapa ada yang terkejut.

"Aku beri kalian waktu seminggu untuk menyelesaikan dan menutupi kekurangan 30 persen itu! Aku hanya mau jenis tandan buah sawit jenis Tenera. Kalau sampai aku tahu, kalian berani menyelipkan 1 persen saja jenis lain... Aku akan melaporkan kalian kepada polisi!"

---

Elver merapikan lipatan lengan kemejanya. Jangkauan kedua netra hitamnya meluas, menikmati runtunan pohon-pohon sawit besar di sisi jalan. Elver takjub, ini memang pertama kalinya, ia masuk ke wilayah perkebunan kelapa sawit. Mobil double cabin yang dikendarai mereka pun berjalan kurang stabil, karena kondisi jalannya tidak mulus, bekas terpapasan roda-roda truk besar.

Elver melirik Lea yang duduk di sampingnya. Dia masih sibuk mengutak-atik laporan di laptopnya. Sungguh hebat, dia tidak mual.

"Memangnya berapa luas lahan sawit PT. Kalandra di Kutai Timur?" tanya Elver.

"... Kurang lebih 800.000 hektar." Lea langsung menjawab.

"Wow... Tapi aku tidak melihat banyak karyawan PT. Kalandra di sini..." Elver cukup terkejut.

R A H A S I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang