05: Makin Benci

587 95 0
                                    

---

"El

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"El... Ver? Ka... Kamu... Kamu sedang apa di sini?"

Jantung Lea ganar berdebar-debar. Salah satu yang ditakutkannya, dia akan bertemu dengan orang yang mengenalnya ketika sedang bermain.

"Seharusnya aku yang bertanya... Sedang apa kamu di sini?" Elver balik bertanya seraya mengerutkan alisnya. Dia tidak pernah tahu atau melihat Lea di apartemen ini. Bola mata Elver beralih, memindai penampilan manajer kantornya... dari atas hingga ke ujung bawah... Baginya, sepatu merah Lea terlalu mencolok. Walau pun perempuan ini mengenakan blazer, Elver bisa melihat dia memakai pakaian berbahan lateks.

"A... aku harus segera turun..." Lea memojokan diri di sudut Elevator. Tangan segera merapatkan blazernya. Dia risih dengan tatapan Elver dingin, seakan mulai menghakimi penampilannya.

Elver menegakkan wajah dan kembali meluruskan pandangannya ke depan pintu. "Elevator ini akan ke lantai atas terlebih dahulu..."

"Ke... atas?"

"Yes, aku duluan yang menempelkan kartuku," jawab Elver. Lea langsung mengerjapkan matanya, tanda dia khawatir... dia yakin mereka pasti akan kembali bersitegang di dalam elevator ini! Elver pasti akan mengorek-ngoreknya.

"Apa sebenarnya yang kamu lakukan di sini?" Tanya Elver.

"Aku tidak akan menjawabnya! Lantas apa yang kamu lakukan di sini?" balas Lea bersuara ketus.

"... I live here," jawab Elver.

Lea membesarkan matanya. Elver tinggal di sini? Tapi... Apartemen ini..  bukankah apartemen ini khusus untuk orang yang...

".... You think ... I'm poor?" Celetuk Elver dengan gesturnyang masih tegap memandang angka-angka yang terus naik di atas pintu elevator.

"Ah." Lea langsung bungkam. Isi kepalanya tentu bertambah kalut, jika sampai ketahuan... anak ini pasti akan menyebarkan berita buruk tentang dirinya! Ketakutannya cukup beralasan... Bukankah dari awal mereka berdua memang tidak ada kecocokan? Apalagi kelihatannya Elver pasti punya ambisi untuk menjatuhkannya...

Lea menghela napas panjang. Tidak ada pilihan, dia tenang dan harus menunggu. Elevator itu memang menuju ke lantai yang lebih tinggi.

"What have you done here? Dengan berpakaian aneh seperti ini?" Tanya Elver lagi.

Lea mendelik. Seperti dugaannya, lagi-lagi mulut Elver tidak bisa diam.

"None of your business... Bukan urusanmu..." Jawab Lea seraya memeluk lebih rapat blazer dan tas di depan dadanya.

"Oh, let me guess. Aku tahu banyak pria-pria kaya dan pejabat di sini. Kamu adalah simpanan pria hidung belang di sini," tebak Elver, disambung dengan tawa sinisnya.

Lea diam. Perasaannya sudah tidak nyaman, dia pun bukan perempuan dengan kesabaran yang tebal, apalagi suara tawa Elver yang seakan mengejeknya... Sedikit dia mulai terpicu. Lea mulai menggigit-gigit ujung bibirnya, gelisahnya semakin meluap.

R A H A S I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang