35: Diam saja tapi... (Fin)

1.1K 110 13
                                    

---

"Oh, sudah tidak bau cat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, sudah tidak bau cat."

Lea mengangkat kakinya masuk dengan semangat. Matanya menyusuri ruangan detil ruang tamu yang baru tiga hari direnovasi. Tubuhnya memutar lalu berhenti di depan pintu kaca. Bayangannya terpantul, tetapi dia tidak bisa melihat jelas ada apa di balik pintu itu.

Elver meletakkan beberapa barang lagi di ujung sofa. "Taman dan kolam renangnya juga sudah selesai dibersihkan. Aku tidak tahu apakah terlihat bagus."

"Hehe... Besok pagi mungkin baru terlihat. Ini sudah terlalu malam."

Acara makan malam perayaan pernikahan mereka baru usai selepas tengah malam. Beberapa keluarga dan kolega paman Kalandra baru datang selepas pukul 9 malam.

"Akhirnya baru terasa capek..." Lea menghempaskan dirinya di sofa yang terasa empuk.

".... Mau aku ambilkan air putih?"

"Tidak usah. Nanti aku bisa ambil sendiri." Lea menyandarkan kepala sambil meluruskan kakinya. Dipandanginya pria yang masih sibuk menyusun barang-barang pemberian tamu.

"Aku punya suami..."

Elver menaikkan matanya, ketika mendengar gumaman Lea. istrinya itu sudah lemas di atas sofa.

"Kamu tidak apa-apa. Mau aku gendong ke kamar?"

Suara tawa kecil tercetus. Lea memijat-mijat keningnya, rasanya dia masih nyaman merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Sepertinya si Bumil ini sudah naik 10 KG..."

"Tidak apa-apa, suamimu ini cukup kuat." Elver mendekati sofa. Dilekatkan mesra titik pandangnya ke arah perempuan cantik itu.

"Hehe... suamiku." Lea membalas manik netra berselaput cerah itu. Baginya Elver adalah Pria manis yang selalu mendebarkan. "Aku tidak pernah punya bayangan untuk menikah dan menjadi ibu. Jadi, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan kata-kata terbaik untukmu." Pipi merona yang diusapnya itu terasa hangat.

"Satu ciuman sebelum masuk ke kamar... Aku rasa itu cukup," jawab Elver dengan nada pelan.

"Hm... Apa cukup satu ciuman saja?" Bola mata Lea memperinci raut lekat kekasihnya. Bibir ranum itu tentu ingin segera mencumbuinya.

"Hehe... Tentu tidak cukup." Elver mengecup dahi Lea. "Apa sudah boleh?"

Lea memicingkan matanya, tanda dia sangat paham maksud sang kekasih. Lea menggelayut manja di bawah leher Elver. "Boleh... Tapi pelan. Aku sedikit lelah..."

Elver memiringkan tubuhnya, dikecupnya sekali lagi dahi Leanna. Dia tidak ingin memaksa. "Hehe. Sudah tidur saja, aku buatkan susu dulu."

"Hmm, aku capek karena terlalu banyak tamu tadi." Mata Lea meruncing. Tangannya menahan erat rangkulannya, dia tidak mau tidak beranjak dari sisinya.

R A H A S I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang