Tidak ada manusia yang sempurna, semua menepati jati dirinya secara tepat. Beberapa bersembunyi di balik rahasia yang mengejutkan, bahkan beberapa di antara mereka menangis di sepanjang hidupnya. Luka-luka sisa goresan masa lalu memang tampak pudar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kekacauan... Entah mengapa kekacauan ini terjadi bersamaan... Leanna tidak akan siap. Selama ini perannya sebagai sang Pemain adalah wujud yang tidak akan dia tunjukkan kepada siapa pun yang mengenalnya!
Lidah Lea terasa kelu, rasa keterkejutannya juga sama besarnya. Entah bagaimana pria berwajah lebam itu, bisa menemukan dirinya. Lea tidak bisa menebak mimik wajah Elver, mata Almond itu tampak membesar, sampai-sampai rahangnya pun terbuka keheranan. Elver nekat melantas sang tuan penjaga, yang jelas-jelas berperawakan lebih kekar darinya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Suaranya terdengar tinggi, Elver mendekati Leanna dengan langkah buru-buru di dorong rasa ketidak percayaannya.
"E... Elver?" Lea memundurkan tubuhnya, Lea tidak ingin berurusan apa pun dengan pria sialan ini.
"... Apa yang kamu lakukan di sini?" Elver menangkap tangan perempuan itu, penampilan luar biasa seksi dan vulgar. Elver berusaha tetap fokus memandangi wajah cantik Lea. "Apakah kamu melacurkan dirimu dengan pakaian norak ini?" Elver mencengkram pergelangannya dengan erat, hingga Lea kesakitan.
"Be... berani-beraninya... Kamu!" Lea menarik tangannya, dan menutupi belahan payudaranya.
"Kurang ajar! Beraninya kamu masuk! Siapa kamu?" Penjaga itu menarik kuar kerah belakang pakaian Elver. Belum sempat Elver melawan, Pria bermata biru itu langsung menjepit leher Elver dengan lengannya. Elver langsung tercekal.
"Ekh!" Elver meronta, tangannya berusaha menarik-narik lengan pria yang terasa mencekik jalan pernapasannya.
"Nona D, apakah kamu mengenal penyusup ini?" mengarahkan pistolnya ke kepala Elver.
"No... Nona D?" Elver tidak mengerti.
"Diam!" Penjaga merapatkan lengannya lagi. Tekanan terus mencekik dan membuat Elver semakin gelisah, dia kesulitan untuk bernapas lagi. "Jangan bergerak!" Serunya sambil menendang lutut Elver agar bersimpuh.
"Fuck! Lepaskan aku! Bangsat!" Elver memaki karena kesakitan.
"Hei! Shut up!" Penjaga itu langsung mengeluarkan pistolnya dan tepat mengarahkan ke kening Elver.
Lea panik, mendengar pelatuk pistol itu berbunyi. Apalagi Elver belum pulih benar karena cideranya tempo hari. "Tuan, dia... Dia teman sekantorku!"
Penjaga itu mengangkat wajahnya. "Teman? Ada apa ini? Nona D, apakah kamu berani membocorkan tempat ini?"
"Tidak! Aku bersumpah! Aku tidak pernah memberitahukan apa pun tentang tempat ini!" Lea menegaskan nada suaranya. "Pria ini juga tinggal di apartemen ini dan pernah satu kali, dia pernah menjumpaiku di elevator... Setelah itu aku tidak pernah lagi membahasa apa pun tentang ini."