04: Ketahuan?

818 100 2
                                        

---

"Bu, kopinya saya letakkan di sini."

Siska meletakkan secangkir kopi hitam seperti biasanya. Ujung bibir Lea menyungingkan senyum hingga deretan gigi putihnya terlihat. Penciumannya menderai membaui aroma khas kopi hitam itu.

"Bu Lea, hari ini sekitar jam 10... ada jadwal rapat dengan mekanik. Mereka hendak mendiskusikan masalah proyek perbaikan unit kapal-kapal tongkang yang mandek di pelabuhan," ucap Siska melapor. "Maaf, Bu... Ini memang dadakan karena mereka baru datang dari Jakarta tadi malam."

"Oh, baguslah... ternyata mereka bergerak cepat. Aku memang mengkhawatirkan biaya sewa yang akan membengkak, jika unit-unit itu tidak beroperasi."

"Iya, Bu. Mereka juga memberikan target sekitar 20 hari pengerjaan, ini bagan estimasinya." Siska meletakkan cetakab berkas laporan di atas meja Lea.

Lea mengambil map hijau itu dan membacanya sekilas. "Ah, baiklah. Aku akan mempelajarinya sebentar."

"Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi." Siska bersiap beranjak.

"Siska... hampir saja aku lupa. Tolong kirimkan invoice yang masuk daftar Overdue," ucap Lea sambil menatap sekretarisnya yang memakai kacamata, hari ini dia tampak manis dengan pakaian merah mudanya.

"Baik, Bu. Segera saya siapkan." Siska langsung memundurkan tubuhnya.

"Aku harap tagihan-tagihan itu tidak terlalu menunggak banyak. Bisa-bisa manajemen pusat menekanku lagi," ucap Lea berbicara sendiri sambil menyeruput kopinya pelan. Matanya terpejam sejenak, menikmati jeda santainya. Beberapa pekerjaannya masih belum selesai, sekarang dia harus membaca dan membalas beberapa surat elektronik yang belum sempat dibukanya sedari pagi.

Sebuah pesan muncul di ujung layar monitor. Lea membaca nama Elver di sana. Anak itu memang tidak langsung ke kantor, dia akan menemui pihak PT. Bintang Cerah. Jarinya mengarahkan kursor untuk membaca email yang ditujukan untuk beberapa orang di managemen.

"Apakah tidak apa-apa aku mempercayakan pekerjaan ini kepadanya?" Lea masih saja memikirkan rasa ganjalan di pikirannya. Dia memang tidak mempercayai orang yang bekerja karena... nepotisme.

Ting! Lea melirik ke arah ponselnya, dia langsung mengambil ponselnya di dalam laci meja kerjanya, notifikasi merah itu muncul lagi.

Tuan Syahroni. 44 tahun. Submisif. Rabu, pukul 19.00 malam. Tekan Ya untuk SETUJU atau TIDAK untuk MENOLAK.

Lea terpaku beberapa saat, dia menggaruk dahinya. Pikirannya mulai terpecah... antara pekerjaan panas di ponsel tangan kirinya atau pekerjaan kantor di layar monitornya. Lea meletakkan benda tipis di tangannya, dan berpikir... jika dia menerima pekerjaan dari situs merah itu, artinya dia harus punya tenaga ekstra malam ini.... haruskah menolak lagi?

Lea menghela napasnya. Lea menekan SETUJU. Dia harus bermain.

---

"Pak Elver..."

Elver yang baru keluar dari elevator pun berhenti di depan pintu masuk, dua orang karyawati menyambutnya dengan setengah berlari. Raut wajah mereka terlihat cerah tetapi terselubung malu-malu.

"Ya?" Elver menyangkutkan tali tas kulitnya di pundak. Pria dengan tinggi 178 CM itu memasang wajah kaku...

"Pak, saya ulang tahun hari ini... ada rencana mau makan malam di restoran..."

Elver langsung menggelengkan kepalanya. Dia langsung menerabas sela tubuh para wanita yang menghadangnya. Langkah kakinya mengarah ke lorong ruangannya tanpa membalas, tanpa mengucapkan sepatah apa pun.

R A H A S I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang