---
"Apakah kamu yakin menikah muda, Elver? Ini terlihat... Tidak masuk akal."
Elver mengintip dari ujung kertas yang dipegangnya. Pamannya, Kalandra masih saja mempertanyakan keyakinan dirinya. Tetapi, Elver tidak memberitahukannya perihal kehamilan Leanna.
"Apakah yang tidak masuk akal? Apakah tidak mungkin jika aku menikah semuda ini?" Elver bertanya balik.
"Aku bingung. Kasus alur jodoh ini mirip sekali dengan Aksara dan Kila," pungkas Kalandra yang merasakan dejavu pernikahan antara anaknya, Aksara dan menantunya.
Elver tersenyum. Pria berambut putih itu sampai mengerutkan dahinya, cangkir kopi yang sudah dingin itu pun belum diseruputnya sedari tadi. "Aku tahu cerita kak Aksara bertemu dengan Kila, ketika dia dipindahkan ke kantor cabang."
"Ya... Atau jangan-jangan semua karyawan di kantorku ini sebenarnya sedang mencari jodoh," kelakar Kalandra sambil meneguk kopinya.
"Hehe. Mungkin saja..."
Kalandra langsung berangkat ke Tenggarong, setelah semalam Elver memberitahunya berita mengejutkan ini. Kalandra hanya tahu kalau Lea dan Elver, sama sekali tidak terlihat akrab bahkan komunikasi mereka kaku sekali selama bekerja. Rupanya begitulah jalan cinta merebut perannya.
"Leanna Mentari Iskandar..." Kalandra membaca kembali lembar persiapan dokumen pernikahan yang sudah Elver lengkapi. Binar pengelihatan Kalandara meninggi, manik mata cokelatnya memandangi sekeliling ruangan kerja Elver yang didominasi warna hijau olive. "Kamu sudah jujur kepada Lea?" Tanyanya tanpa melihat Elver.
Elver berekspresi dingin. Pertanyaan sulit itu pasti terlontar. "Aku memilih tidak memberitahu masa laluku."
"Elver, menurutku kamu harus memberitahunya. Jangan sampai dia mengetahuinya dari orang lain yang tidak mengerti cerita sebenarnya. Apalagi, satu hal yang tidak diterima pasangan adalah ketidakjujuran."
"Aku tidak membohonginya, Paman. Aku hanya tidak mau menceritakan masa laluku." Elver tegas dengan ketetapannya.
"Seharusnya ini mudah. Jika dia mencintaimu, dia akan menerima siapa pun kamu dan apa pun yang pernah terjadi." Kalandra tersenyum datar seraya mengambil cangkir tehnya. "... Jika dia menjauhimu, itu artinya, dia memang tidak mencintaimu. Kamu masih punya kesempatan memilih perempuan lagi. Lagi pula, kamu ini masih sangat muda, Elver."
Elver memainkan pulpen di jarinya. "Tidak. Aku tidak ingin Lea tahu apa yang terjadi di masa laluku. Jika pun dia tahu dari orang lain, dia pun cukup dewasa untuk memutuskan pilihannya... Aku yakin dia tidak akan meninggalkanku..." Pupil matanya sejajar dengan tatapan ketidakyakinan Kalandra. Dia tetap dengan pendiriannya.
Kalandra hanya naikkan bahunya. "Jadi... Kamu yakin akan menikah dengan Leanna?" Tanya Kalandra sekali lagi.
"Aku yakin, Paman. Aku bisa melihat masa depanku yang cerah bersama Leanna."
Kalandra sangat paham, anak muda yang jatuh cinta memang sulit untuk dinasehati. Ketika pulang ke Indonesia, Elver begitu tertutup, frustasi dan tidak memiliki semangat untuk hidup. Elver bahkan selalu mengkonsumsi obat-obatan anti depresan dengan persetujuannya, sebagai orang tua yang menjamin Elver. Sekarang pria muda ini tidak pernah lagi meminta persetujuan resep obat keras itu. Bagi Kalandra perubahan itu terlihat lebih baik, artinya... Elver benar-benar merasa nyaman dengan Leanna.
"Kamu ini sebenarnya terlalu polos soal percintaan Elver. Semoga ini adalah pilihan yang tepat dan kamu tidak salah langkah lagi."
"Aku cukup yakin dengan pilihanku. Dulu setiap malam, aku selalu ketakutan dengan mimpi-mimpi burukku. Aku tidak pernah bisa terpejam hingga terlelap," ungkap Elver. "Aku begitu nyaman dekat dengan Leanna, dia bisa mengisi sisi yang hilang di diriku selama ini. Pikiranku teralihkan, aku sudah tidak lagi memikirkan atau menangisi apa yang terjadi di masa lalu. Bukankah paman bilang, aku harus mengubur kenangan itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
R A H A S I A
RomanceTidak ada manusia yang sempurna, semua menepati jati dirinya secara tepat. Beberapa bersembunyi di balik rahasia yang mengejutkan, bahkan beberapa di antara mereka menangis di sepanjang hidupnya. Luka-luka sisa goresan masa lalu memang tampak pudar...