Tidak ada manusia yang sempurna, semua menepati jati dirinya secara tepat. Beberapa bersembunyi di balik rahasia yang mengejutkan, bahkan beberapa di antara mereka menangis di sepanjang hidupnya. Luka-luka sisa goresan masa lalu memang tampak pudar...
Perhatian: Sesuai tema kategori ini adalah tema Dewasa. Cerita mengandung unsur kekerasan, kata-kata vulgar dan aktivitas seksual. Ini bukan untuk ditiru. Ini hanya hiburan dan karangan belaka.
---
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"... sakit?"
"Ti... Tidak."
"Kamu yakin ini tidak sakit?" Nona D menekan ujung heels merahnya. Pria dengan mata tertutup itu mengeluh, dia menahan suaranya. Urat lehernya seakan memanjang hingga menekan otot perutnya yang menegang. Dia menahan injakkan Nona D di dekat tulang selangkanya.
"Tidak ini sama sekali tidak sakit! Teruskan!" Erangnya. Kedua tangannya mencengkram tali pengikatnya, dia memaksa refleks tubuhnya. Jelas terlihat bekas siksaan yang menyakitkan, meninggalkan ruam-ruam di tubuhnya. Tetapi hal itu malah membuatnya bertambah gila dan minta dipuaskan rasa ketagihannya.
"Nona D..." Pria itu menggeliat, dia mempunyai lekuk tubuh yang kencang dan fit. Otot-otot perutnya timbul dipamerkannya, sebagai bukti bahwa dia rajin berolahraga. Pria itu lebih melebarkan kedua pahanya... tampaknya kejantanan pria itu sudah sangat terangsang.
Nona D tersenyum di balik topengnya.
"Anak nakal! Kenapa kamu begitu terangsang?" Nona D melecutkan pemukul kulitnya ke udara seperti suara petasan yang berbunyi keras. Pria dengan mata tertutup itu tampak terkejut tetapi semakin kegirangan. Napasnya terus menderu, terlihat dari gerakan dada dan perutnya yang bergerak cepat.
"Saya anak nakal! Saya anak nakal! Tolong hukum saya, Nona D!" Pekiknya, dia sangat haus ingin segera dipuaskan.
"Lihatlah, batang kotormu itu mengotori sepatuku!" Nona D mengusapkan sepatunya di sekitar kejantanannya. Dia memukulkan lago pecutnya dengan keras sebagai hukumannya!
Pria berumur 35 tahun itu mengerang, reaksi napasnya tertahan di perut hingga dadanya. Pria itu gelisah dan menggerakkan pinggulnnya, dia terlihat sangat erotis. Nona D tahu, pria ini sedang menikmati rangsangannya.
"Beri aku lebih, Nona D!"
Sekali lagi, Nona D melecutkan pemukul itu lebih keras hingga meninggalkan bekas merah memanjang di dadanya. Pria itu melenguh. Nona D menarik kuat pemecut dari kulit itu, menahan dengan tangannya.
"Nona D... Hukum saya lebih kuat!" Pintanya, urat di keningnya tampak mengurat keluar. Peluhnya mengucur deras. Pria seksi ini sangat menyukai sensasi menyakitkan dari rasa perih itu.
Nona D tertawa, dia langsung duduk di atas perut rata pria itu.
"Sabar! Apa kamu sudah hampir keluar anak bodoh?" bisik Nona D sambil mengusapkan ujung pemecut itu ke mulutnya. Pria itu mengangguk, dia pasrah saat Nona D memasukkan ujung pemecut itu ke dalam mulutnya.