---
Perhatian:
Sesuai tema kategori ini adalah tema Dewasa. Cerita mengandung unsur kekerasan, kata-kata vulgar dan aktivitas seksual. Ini bukan untuk ditiru. Ini hanya hiburan dan karangan belaka.---
Ruangan sunyi itu seperti memiliki dinding tebal, tidak ada secuil suara pun menerobos kesenyapannya. Helai tirai putih seperti menari lembut mengikuti pendingin bertiup di atasnya. Beberapa barang, seperti pakaian berantakan di ruangan itu... Leanna belum merapikannya.
Botol minuman dingin di tangan Lea urung di buka. Mata bergerak, masih membaca profil seorang wanita dari layar laptopnya. Dia menaikkan pandangannya sekali lagi ke arah penjaganya. "Kamu yakin, aku harus melakukan ini?"
"Apa ada masalah, Nona D? Selama para submisif membayar dan setuju kalau tidak ada hubungan seks," jawab pria berkacamata hitam itu.
Lea memutar tutup botolnya, lalu berbisik-bisik, membaca formulir yang diisi oleh sang submisif. "Dengarlah... Suci, 27 tahun. Menyukai rasa sakit dari rokok yang sulut ke tubuhnya," Lea membacakannya ulang. "Tidak, aku tidak mungkin melukai Submisifku..."
"Bukankah, kamu sendiri yang memilih siapa sang Submisifmu, Nona D."
Benar, tapi Lea tidak terpikir.. jika ada yang berminat untuk menyakiti tubuhnya sendiri. "Aku terlalu sibuk kemarin, dan benar-benar tidak fokus. Tetapi... Aku pikir kalau seorang perempuan tidak akan separah ini. Ini bara api yang akan menembus kulitmu!"
"Jadi? Apakah kamu akan membatalkannya?"
Leanna diam. Dia membaca sekali lagi profil perempuan itu. Perasaannya tidak enak.
"Jangan terlalu banyak berpikir, ini adalah Submisif terakhir untuk malam hari ini..." desak penjaga itu menunggu keputusan Nona D.
Leanna segera menutup laptopnya. Dia tidak akan bisa membatalkannya, karena dia akan terkena hukuman.
"Baik, aku akan melakukannya..."
Penjaga itu mengangguk saja, senyum sinisnya tersungging. "Kamu tidak sedang memakai perasaanmu, kan?"
Lea mengerlingkan sudut pengeliatannya, sorotnya mengambang mengikuti langkah laki penjaga itu menuju ke pintu keluar.
"... Aku akan mencoba untuk... lebih manusiawi untuk perempuan ini." Lea mengucapkan dengan jelas, padahal seorang Pemain tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan dengan perasaan halusnya.
"Ck, Nons D... Mereka tidak bisa diselamatkan lagi. Sekali kamu melunak, maka kamu sendiri yang akan terjebak, jeratan itu menangkapmu. Lebih baik tetap berdiri di belakang garis batasmu."
"Aku tidak mengerti. Mengapa dia memilihku? Di antara sekalian banyak pemain yang memegang Sadomasokis?"
Penjaga itu mendekati Leanna lagi. Dia merendahkan wajahnya, memandangi perempuan cantik yang mengenakan mantel berwarna khaki. "Tidak tahu."
Lea menelan ludahnya, mata biru penjaga itu begitu runcing, dia seperti berniat membaca apa yang ada di dalam pikirannya.
"Tidak biasanya kamu ragu-ragu begini. Apa kamu mulai sadar sesuatu? Apakah kamu merasa bersalah?" Pria berambut cokelat itu mulai menarik kesadaran sang Dominatrix. Seorang pemain memang tidak boleh ragu-ragu, cemas atau ketakutan. Dia harus fokus dengan Submisifnya. Salah sedikit akibatnya sangat fatal.
"Ti... Tidak... Aku baik-baik saja." Lea langsung berpaling, menghindari tatapan curiga pria itu.
Penjaga tertawa. "Baiklah. Apakah kita bisa pergi sekarang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
R A H A S I A
RomanceTidak ada manusia yang sempurna, semua menepati jati dirinya secara tepat. Beberapa bersembunyi di balik rahasia yang mengejutkan, bahkan beberapa di antara mereka menangis di sepanjang hidupnya. Luka-luka sisa goresan masa lalu memang tampak pudar...