15: Nyaman

951 104 2
                                    

---

Perhatian:
Sesuai tema kategori ini adalah tema Dewasa. Cerita mengandung unsur kekerasan, kata-kata vulgar dan aktivitas seksual. Ini bukan untuk ditiru. Ini hanya hiburan dan karangan belaka.

---

Pertama kalinya, kungkungan tembok-tembok tinggi itu lingsir dengan sendirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertama kalinya, kungkungan tembok-tembok tinggi itu lingsir dengan sendirinya. Selerang hati itu sengaja dikokohkan guna menolak afeksi rayu sang kama. Namun, gelagatnya goyah, pamornya melunak... Terbuai dekapan hangat yang meruak.

Pria itu menangkup cepat kesempatannya. Dia memahami dan berusaha mengisi dunianya yang kian larung dalam keterasingan. Secercah dirinya kukuh, mula mengakui tentram yang tumbuh. Meski demikian, hati sang dewi tetap limbung.

.

.

Lea berusaha membuka matanya, namun rasa kantuk itu masih tersangkut ujung pelupuk. Ada gerakan halus telah membangunkannya, tetapi dia masih ingin kembali tidur. Lea mengerjap. Dia ingat, bukankah semalam... dia langsung terbuai dengan pelukan hangat Elver?

Matanya langsung terbuka lebar... Lalu membeku. Mereka berdua ternyata terus berpelukan, sampai-sampai tertidur di sofa.

Lea berdebar-debar. Haruskah dia bergerak dan meloloskan dirinya dekapan pria ini? Haruskah dia membuatnya terbangun? Lea merasa rikuh... terasa aneh... terbangun dan nyata, seorang pria pulas tertidur memeluknya.

Netra Lea mewawas. Dia memberanikan diri untuk meneliti wajah pria yang terlihat pulas polos ini. Menurutnya Elver termasuk pria berpenampilan menarik, garis wajahnya tegas dan terkesan galak, kelopak mata runcingnya pun tidak besar, cukup sempurna dengan deretan alis tebalnya. Lea memeriksa lagi sisa-sisa memar yang terlihat mulai pudar. Tiba-tiba terbersit dipikirannya, dia ingin menyentuh hidung bangir Elver ini... Lea ingin memastikan, kalau hidungnya tidak sakit lagi.

"Hmh..." Elver bergerak. Dia menarik tubuh Lea lebih lekat, dan menaikkan posisi dagunya di atas kepala Leanna. Lea berdebar-debar melebarkan matanya, apakah mungkin... Dia terlalu kuat memencet hidungnya?

Elver malah tidak bergerak lagi, namun pelukannya semakin erat menguncinya. Lea terdiam, sebegitu nyamankah Elver tidur memeluknya? Napas pria itu pun begitu lembut, halus meniup rambut Leanna, dada pria itu bergerak konsisten, beiringan dengan nada jantungnya yang berdetak jelas di telinga Leanna.

Lea pun mulai gelisah, hawa tubuh elver mulai ikut merangkulnya, feromon pria ini menelisik penciumannya... Aroma maskulinnya jelas menawarkan sesuatu yang mendebarkan gairah. Lea menghela napas, mungkin seharusnya tadi dia langsung saja menepis tangan Elver.

"Hei... Elver." Lea harus membangunkan Elver. Tetapi Elver tidak bergerak. "Elver!" Lea meninggikan suaranya.

Pria berkulit putih itu hanya menggumam, tampaknya Elver sangat malas untuk bangun. Dia malah merengkuh tubuh Leanna lebih lekat lagi.

R A H A S I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang