"Lo harus ambil bola ini." Dengan senyum miring Vano menerima tantangan Allen. Mereka berdua sangat lihai dalam berebut bola,apalagi Allen sangat gesit,membuat Vano kualahan.
"Gila." Allen menghampiri Vano yang sudah terduduk lemas.
"Nih minum dulu,Kak." Vano segera meneguk air mineral yang Allen berikan.
"Thanks."Vano menatap heran, Allen seolah tak memiliki urat lelah. Lebih dari 2 jam mereka berdua bermain.
"Cowok Baja." Gumam Vano.
"Dek,istirahat dulu. Nggak ngap emang?" Cowok itu tak mengindahkan ucapan Vano.Bruk!
"Allen!" Vano berlari menghampiri Allen yang jatuh terlentang dengan nafas terengah.
"Allen tenang." Vano menepuk saku celana adiknya,mencari obat namun tidak ada.
"Obat lo mana?" Allen hanya memejam,mencoba tenang agar rasa sesak tak semakin mencekiknya.Vano tau kalau Allen tidak boleh kelelahan,tapi Allen takak mengindahkan ucapanya. Allen tersenyum tipis,raut khawatir ia tangkap dari wajah Vano.
"G-gue gak papa." Desisnya.
"Ke Rumah Sakit ya,biar diperiksa Papa."
"Gue gak mau." Tolaknya,perlahan Allen bangkit dan berjalan pergi dengan diikuti Vano."Kantin kuy,gue laper."
"Mama Nila bawain lo bekal." Allen berdecak sebal.
"Pas banget,gue belum makan dari kemarin."
"Abai banget sih,kesehatan lo itu penting Dek,jangan sampai lo drop lagi."
"Lo ada masalah?" Allen hanya diam saja.Sesampainya kelas Vano segera memberikan kotak makan pada adiknya.
"Nih buat Allenzo Alexandra."
"Thanks,bilang Mama kalau Allen suka." Vano mengangguk,mereka lalu segera makan.
"Kalau ada waktu main,Mama kangen lo dan Clareta." Senyum sendu terukir di bibir Allen."Andai Mama bisa menerima gue sebagaimana mestinya tanpa memandang keadaan gue sekarang."
"Andai mereka bisa seperti Mama Nila,gue pasti bahagia." Vano mengusap punggung Allen, ia tau betul apa yang terjadi pada kehidupan adiknya.Dimana Allen dan Reta mendapatkan perlakuan yang berbeda dari Orang tuanya. Reta sangat disayang dan dimanja sedangkan Allen begitu dibenci, mereka tak segan akan memarahi ataupun menghukum Allen meski sekecil apapun kesalahanya.
Pernah Vano memergoki Allen tengah memangis sembari memukuli tubuhnya saat di Sekolah. Karena hal itu juga sikap Allen sering berubah dan sangat mudah marah.
"Kakak?"
"I-iya Kenapa?" Allen mengembalikan kotak makan itu sembari tersenyum tipis."Jangan mikirin gue. Thanks udah peduli." Desisnya sembari menelungkupkan kepala.
"Lo harus kuat,gue yakin Papa Andre dan Mama Fransisca akan sayang sama lo lagi." Vano mengusap punggung adiknya,dapat ia rasakan Allen mulai terisak dalam diamnya."Semuai ini takdir,bukan keinginan gue. Tapi kenapa mereka benci sama gue,apa salah gue?" Lirihnya.
"Lo gak sendiri, gue selalu ada buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love ✔
Ficção Adolescente⚠️Plagiat? Gue hapus ⚠️17+ Kekerasan fisik ⚠️Dengan Follow, Vote, Komen, Share kalian sebagai Readers ngehargain gue sebagai penulis ⚠️Up setiap +50 readers ⚠️ Yang sudah di Revisi cuman part Prolog-18 ~Allenzo Alexandra Nathaniel William~ Cowok be...