8| Zia Khawatir

411 39 54
                                    

Pukul 05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 05.20 Allen sudah berada di kamar Reta, senyum mengembang di wajahnya saat melihat sosok anak kecil yang masih terlelap dengan memeluk boneka berukuran besar. Allen mendudukan diri di tepi tempat tidur lalu mengusap surai adiknya.

"Princess bangun sayang." Anak itu menggeliat kecil sedikit menggerakkan tubuhnya untuk tidur diatas pangkuan kakaknya.
"Adek masih ngantuk Kak." Allen menarik Reta agar bersandar pada tubuhnya membuat anak itu tertawa pelan lalu mengecup pipi kakanya.

"Selamat pagi Kakak."
"Pagi sayang. Sekarang bersiap untuk ke Sekolah." Anak itu menggembungkan pipinya lalu berjalan gontai menuju toilet. Allen tertawa pelan ia segera beranjak untuk bersiap ke sekolah.

Namun baru beberapa langkah saja pandangan Allen kabur dan kepalanya terasa sangat sakit.
"Arghh.." Allen mencengkram kepalanya dengan kuat sebisa mungkin ia menahan rasa sakitnya yang semakin menjadi.

Allen menelungkupkan kepalanya diatas meja makan sembari menunggui adiknya yang tengah sarapan, sungguh rasa pening di kepalanya tidak tertahankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Allen menelungkupkan kepalanya diatas meja makan sembari menunggui adiknya yang tengah sarapan, sungguh rasa pening di kepalanya tidak tertahankan. Tangan Reta tergerak menyentuh jemari kakaknya.

"Kakak sakit ya?" Allen mengangkat kepalanya sembari tersenyum, ia tak mau adiknya khawatir. Menyadari ada yang aneh dari anak majikanya bi Sinta segera menghampiri Allen.
"Aden, ada yang sakit?"
"Allen gak papa Bi, cuman pusing dikit."

"Aden nggak udah masuk. Udah minum obat?" Allen menganguk pelan sembari tersenyum tipis, tak lama ponselnya berdering nama Vano tertera disana.
"Ngapain Kakak telfon gue sepagi ini."

"Iya Kak?"

"Lo udah di Sekolah? Jangan lupa hari ini pertandingan."

"Gue gak lupa. Tapi Kak gue lagi gak enak badan." Terdengar helaan nafas pelan dari sebrang telfon.

"Maaf bukan maksud Kakak maksa, tapi kali ini lo harus ada. Lo tau kan Rival kita Davit dan Devan."

"Gue akan datang." Allen menutup telfon, matanya terpejam saat rasa sakit di kepalanya semakin menjadi. Tak pikir panjang cowok itu bangkit lalu mengecup pipi adiknya dan segera melangkah pergi.

Silent Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang