24|Tidak Ada Celah

170 17 0
                                    

"Lihat itu kak Reza,gemes banget".
"Kak Allen paling ganteng". Zia tak mendengarkan para seniornya yang tengah ribut saat menonton basket.
"Zi,lenpa hari ini lo lemes gitu?".heran almaira.
"Gue ngantuk,gue kamarin nonton Drakor sampai pagi,karena gak bisa tidur".zia menyandarkan kepalanya dibahu almaira.
"Uu..gemes.tidur aja".zia tertawa pelan.
"Bisa jadi bahan bully kalau gue tidur di tribune".
"Liat kak allen main itu,pasti lo gak akan ngantuk,gue jamin". Almaira mencoba membuat zia terjaga.

Pandangan zia terkunci pada cowok yang tengah bersemangat bermain basket.

"Aaaaaa!!!!"

"Ganteng!!!!"

Para siswi memekik kala allen mengusap keringatnya dan menyisir rambugnya dengan tangan ,terlihat sangat tampan.

"Gue mau usapin len!!!".

"Allen!!!!"

Dengan tatapan dingin allen melirik barisan siswi di tribune.ia tersenyum smrik karena itu.

"Aaaaa!!!"

"Allen!!!"

"Tidak ada celah untuk cinta,dihati gue".desisnya lalu kembali bermain basket.

"Lihat itu,kak allen ganteng banget" .zia menatap allen,jantungnya berdetak cepat.allen menatap cewek cantik yang tengah menatapnya,tersenyum hangat kearahnya.allen terpana karena itu.
"Kakak,awas!!". Allen menghindari bola yang nyaris mengenai kepalanya.ia menatap tajam kearah vano.
"Salah sendiri diberi bola gak diterima".ucap vano.
"Ngelamun aja lo".ceano merangkul allen.
"Siapa yang ngelamun?". Sangkalnya.
"Cie!! Suka sama junior..allenzo!!".heboh reza.
"Apaan sih!".
"Hem!.nanti sore latihan ya?".
"Siap kapten!". Mereka lalu menyudahi permainan.

"Kak ini,buat kakak".seorang siswi dengan kacamata bulat menghampiri allen dan memberikan sebotol air mineral padanya.
"Makasih ya".siswi itu mengangguk malu lalu pergi. Allen menatap tirbune yang sudah sepi.
"Dia udah pergi".batinya,dalam diamnya allen berharap hal kecil dari zia,cewek itu tersenyum sembari melambaikan tangan padanya.tapi itu tak mungkin.
"Allen,ngapain lo masih disini?".ceano mendekati allen.
"Ini buat lo".
"Dari siap". Allen mengajak ceano duduk ditepi lapangan.
"Dari cewek,tapi gue gak kenal.junior sepertinya".jelasnya.

"Kalau lo gak mau,kenapa gak lo tolak atau dibuang".allen tersenyum tipis.
"Lo gak tau ya,kalau membuang pemberian orang itu namanya tidak menghargai?".
"I know".
"Apapun itu gue selalu terima,karena gue tau mungkin kalau gue nolak orang itu akan merasa kecewa.ya kalau setelahnya mau gue apain itu beda cerita.setidaknya gue udah ngehargai pemberian orang itu".jelas allen.
"Thanks ya,tau aja gue haus".ceano meminumnya,sembari melirik allen.
"Ngelamun mulu lo,mikirin apaan sih?".allen menggeleng pelan,mereka lalu pergi.

"Kak vano sama yang lain kemana?".
"Gue gak tau,kantin mungkin".mereka berjalan menuju kantin.
"Dek,sini".cenao dan allen menghampiri vano.
"Dua jomblo kita udah datang!".arkan memukul reza.
"Bacot lo!".sewot reza.
"Pesan sana,kakak yang bayar".ucap vano.
"Gue juga ya no!!".arkan dan reza berteriak bersamaan.
"Gak!.cuman allen!".
"Kita kan sahabat,bestie!".vano merasa mual melihat ekspresi reza dan arkan.

"Allen gak laper".tangan allen bergerak nalal mengambil minuman dingin milik kakaknya,lalu meminumnya.
"Gak laper,tapi haus".kebiasaan allen yang suka menggangu kakaknya makan dari dulu tak bisa hilang.
"Ce,cobain deh enak".allen memberikanya ke ceano,mereka menghabiskanya.
"Bisa mati keselek si Vano,minumnya lo habisin".ucap arkan.
"Adek nyebelin".vano pergi membeli minum.allen mengambil mangkuk berisi mie kesukaanya,namun baru saja ia hendak makan vano datang.
"Adek..".allen hanya menatap polos kakanya.
"Nih,lo makan jangan ganggu kakak.dan ini minumnya". Vano menyerahkan makanan dan minum pada allen.
"Makasih kak".

Silent Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang