Chapter 32 ~

668 53 9
                                    

Author's POV
.
.
.

Setelah mengunjungi kampung halaman bundanya Kenzie, Rey tidak memiliki persiapan apa pun untuk ujian tengah semester.

Kenzie yang sudah belajar jauh-jauh hari pun terlihat tenang.

Geng preman pun kondisinya tak jauh beda dari Reynand. Kecuali si Satria yang emang agak pinter.

Satu minggu yang bagiankan neraka pun terlewat. Semua siswa pun merasa senang tapi tidak dengan tim basket yang harus terus berjuang melanjutkan turnamen.

Intinya sama saja tidak ada kata santai bagi geng preman.

Singkat cerita kak Sean yang kakinya cidera bisa kembali ke lapangan dalam waktu 2 minggu setelah perawatan.

Kombinasi permainan para senior tim basket memang sungguh menakutkan. Apalagi duo mama papa tim basket. Yah kak Evan dan kak Sean, yang berhasil membantai lawan.

Tak lupa dengan ahli strategi si kak Bima lalu kak Rakha yang powerful. Dan tentunya geng preman juga ikut andil.

Maklum sih para senior sangat berjuang untuk meraih kemenangan karena ini turnamen terakhir untuk Evan dan Sean.

Kelas 3 semester 2 sudah tidak boleh mengikuti ekstrakulikuler apapun karena wajib fokus pada ujian.

Kerja keras mereka selama ini memang tidak sia-sia.

Hingga akhirnya, mereka memenangkan kejuaraan nasional. Piala bergilir yang sangat besar pun terpampang di lobi utama.

Terdapat juga banner yang bertuliskan selamat pada tim basket. Hal ini membuat tingkat kepopuleran tim basket meningkat di sekolah.

Semuanya pun ikut bersuka cita dan bahagia mendapatkan kemenangan.

Tapi mereka lupa kalau setelah ujian terbitlah pembagian raport. Setiap wali dari siswa wajib hadir mengambil rapot dan melakukan konsultasi.

"Maaa plisslahh, dateng tanggal 10 besok. Plissss",ucap Rey yang saat ini sedang menelfon di balkon kamarnya.

"Ehhh.. mama kan juga ada acara tamasya tahunan di sekolahnya Hyorin. Kamu kan bisa minta tolong pamanmu si Ardan. Lagian tiap tahun yang ambil raport mu kan Ardan.",ucap Hyeri, mamanya Rey lewat sebrang telfon.

"Plisslah ma, kali ini aja.",mohon Rey.

"Terus yang nemenin adek kamu siapa?? Jangan bilang kamu takut sama Ardan kalau nilaimu jelek? Ya kan?",yah dugaan Hyeri benar.

"Eumm....",Rey tidak tau mau menjawab apa.

Selama ini Hyeri tidak pernah menekan Rey untuk belajar atau mendapatkan nilai bagus. Dia memang seorang mama yang cuek di saat itu.

Ardan lah yang memperhatikan pendidikan Rey, dan akan marah jika nilai Rey jatuh. Ardan adalah adik kandung dari ayahnya Rey. Tapi umur Ardan dan Rey tidak terpaut jauh sehingga mereka lebih terlihat seperti kakak adik daripada paman dan keponakan.

Ardan seorang yang cerdas dan mendapatkan beasiswa kedokteran. Kebetulan Ardan juga alumni SMA SH. Dia juga sangat senang melihat Rey bisa diterima di sekolah ini.

Rey bisa masuk SMA SH bukan hanya prestasi di bidang sport saja, tapi karena nilai tesnya bagus. Itu karena ajaran ganas dari sang paman.

Tapi dia belum tau kalau nilai Rey saat ini sedang hancur.

Setelah mengakhiri telfon dengan mamanya, Rey pun turun ke bawah dan melihat Kenzie sedang duduk santai di sofa ruang tengah sambil membaca sebuah buku.

Rey dengan wajah yang muram pun mendekati Kenzie dan duduk di sampingnya. Awalnya Kenzie hanya cuek dan tetep fokus membaca buku yang ada di pangkuannya.

My Dearest Boy [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang