Chapter 4~

4K 355 10
                                    

Kenzie's POV

.

.

Tadi pagi aku masih tidak menyangka sudah berciuman dengan Rey, aku menampar pelan pipiku dengan kedua tangan dan memastikan kalau ini semua bukan mimpi. Ini baru pertama kalinya aku berciuman dengan seseorang dan ini malah kulakukan dengan Rey yang sesama cowok. Rasanya memang aneh dan menggelitik, tapi entah kenapa rasanya jantungku berdetak kencang.

Aku tidak tau lagi harus memasang wajah yang seperti apa di depan Rey. Bahkan sampai larut malam aku masih merasa canggung, jantungku masih berdetak kencang, dan mukaku memerah saat teringat kejadian itu. Aku mencoba melupakanya dan menganggap hal itu tidak terjadi. Tapi ini sangat msutahil.

Kalau dipikir-pikir Rey memberikanku banyak perhatian dan dia sangat bisa diandalkan, siapapun pasti akan luluh dengan sikapnya yang seperti itu. Aku tidak pernah mendapatkan perhatian setulus itu semenjak bundaku tiada. Setelah itu, yang ada hanya para pelayan yang melayaniku karena uang.

"Dia terlihat sangat panik saat aku terluka padahal ini hanya luka kecil."

Ucapku pelan sambil memandang jariku yang sudah di plester rapih. Seketika aku teringat kejadian saat Rey menjilat jariku. Aku langsung membenamkan mukaku ke selimut dan berdecak kesal dengan wajah yang semerah tomat.

"SIALLL!!"

Kalau diingat-ingat wajahnya tampan, matanya tajam menusuk. Oiiii aku kenapa? Aada yang tidak beres dengan otakku.

TOK! TOK! TOK!!!

"Ken lu enggak makan?" tanya Rey dari balik pintu kamarku.

Mungkin sudah lebih dari sepuluh kali dia bolak-balik mengetuk kamarku sejak aku mengurung diri di dalam kamar. Seraya orang yang sedang kawatir dia terus mengajakku makan.

Kenapa dia bisa bersikap biasa saja, seakan tidak terjadi apa-apa. Entah kenapa hal ini membuatku kesal. Jujur dari siang aku belum makan, setelah berciuman dengan Rey tadi pagi aku langsung mengurung diri di dalam kamar seharian. Aku tidak berani keluar dan menatap wajahnya.

Aku hanya berbaring di kasur dengan meluk gulingku, dan menutupi basanku dengan selimut. Saat ini, aku benar-benar merasa kelaparan, aku jadi ingin memakan masakanya Rey yang enaknya luar biasa.

Tapi kalau dipikir-pikir ini kan rumahku, kenapa aku yang takut cobak?

Aku tidak menjawab apa-apa, sampai suaranya Rey tidak terdengar lagi dari balik pintu. Aku rasa dia sudah pergi ke bawah atau masuk kamar. Aku pun bangun dan mendektakkan telinga ke pintu, kurasa dia sudah tidak ada di depan kamarku. Seketika aku lega, rencananya aku menunggu malam saat Rey sudah tidur untuk keluar kamar dan makan, sungguh aku sangat lapar sekarang.

TOKK!!!TOKKK!!

Ada suara ketuk-ketuk dari jendela balkon kamar yang sektika mengaggetkanku dan membuatku begidik ketakutan. Sumpahhh ini sangat menyeramkan. Kenapa ayahku harus memilih apartemen berhantu seperti ini. Aku harus pindah secepatnya.

Aku ingin membuka pintu kamarku lalu berlari keluar dengan secepat tenaga. Tapi di luar ada Rey, aku masih belum sanggup bertemu dia. Keringat dingin mulai mengalir di wajahku, jantungku berdegup tidak karuan. Saat ini aku dihadapkan dengan dua hal yang menyerangkan, yang pertama adalah hantu di balkon dan kedua adalah Rey yang ada di balik pintu ini.

TOKKK!!TOKKKK

Suara ketokkan itu masih belum berhenti, aku mulai komat-kamit mengucapkan mantra agar setan itu menghilang. Tapi hantu sialan itu tidak kunjung pergi, hal itu membuatku benar-benar ketakutan dan membuat tubuhku merinding.

My Dearest Boy [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang