Chapter : 02. Disappeared in freedom.

9 3 0
                                    

Sudah beberapa hari Misha tinggal di rumahnya ini, dia bangun dari tidurnya melirik jam yang menunjukkan pukul enam pagi. Misha yang bangun tanpa alarm ini mengingat kalau hari ini adalah hari pertama homeschoolingnya. Cakra sudah mendaftarkan homeschooling untuknya dan gurunya akan datang sekitar jam 8 atau 9 nanti. Misha yang bangun terlalu pagi ini memutuskan untuk tetap melakukan aktivitas pertamanya untuk mengawali hari.

Dia pergi menuju kamar mandi yang masih berada di dalam kamarnya ini selama beberapa saat Misha mandi dan membuat tubuhnya segar. Dia keluar dari sana dengan pakaian santainya. Karena tidak ada pantangan untuk homeschooling, dia tidak perlu memakai seragam seperti sekolah pada umumnya.

Hanya memakai kaus sedikit oversize dan celana pendek. Benar-benar santai, Misha yang tidak tau harus melakukan apa itu memutuskan untuk pergi ke meja belajarnya. Mempersiapkan buku-buku pelajarannya agar saat gurunya sudah datang dia sudah langsung bisa turun.

Setelah beberapa saat Misha membereskan peralatan belajarnya, Misha memutuskan untuk keluar dari kamarnya untuk pergi sarapan di lantai dasar. Menuruni tangga, Misha sudah melihat dua orang lelaki yang tampak sedang duduk di meja makan dengan seorang wanita paruh baya yang sedang membawa piring dan menaruhnya di atas meja di depan mereka.

Itu adalah orang yang Cakra minta menyiapkan makanan, berbeda dengan orang yang Garath bayar untuk membersihkan rumah. Karena makanan Misha harus ada sesuai jadwalnya, Cakra tak pernah terlambat perihal kesehatan dan kemanjuan keadaan Misha.

Misha yang datang itu duduk bergabung dengan kakak dan pamannya untuk sarapan. Sementara wanita paruh baya yang menjadi tukang masak di rumah ini biasa dipanggil Bi Yuni. Yuni pun juga langsung mempersiapkan piring untuk Misha.

"Misha, alat belajar lo udah siap?" Tanya Cakra.

"Udah." Jawab Misha.

"Gurunya datang jam 9 nanti, ada tiga pelajaran hari ini." Terang Carka.

"Iya kak." Gadis ini kembali menjawab.

Sementara lelaki di sampingnya itu sama sekali tidak melirik ke arah adiknya. Semenjak hari itu, Garath seperti enggan berbicara atau sekedar menatap Misha. Lelaki itu masih belum terlihat memiliki perasaan lembut untuk adiknya yang telah mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya itu.

Selama sarapan berlangsung, tidak ada yang bersuara di antara tiga orang di meja makan ini. Yuni sebagai orang yang beberapa kali melewati mereka untuk mengambil alat yang dia pakai untuk memasak dan akan dia cuci di belakang itu merasa aneh dengan tiga orang yang tampak fokus pada makanan yang dia buat tanpa ada pembicaraan.

Tak mau terlalu memikirkannya karena merasa tidak pantas, Yuni pergi untuk melakukan pekerjaannya yang semestinya.

Beberapa saat kemudian, Garath telah selesai lebih dulu menghabiskan sarapan. Dia mengambil kunci mobil yang ada di samping piringnya dan bangkit dari tempat duduknya.

"Gue selesai, gue berangkat." Pamitnya lalu pergi dari area tempat makan tersebut tanpa melihat ke arah adiknya sama sekali.

Cakra yang hanya bisa melihat keponakannya itu pergi tidak berbicara apa-apa, dia juga melirik ke arah Misha yang juga hanya bisa terdiam dan bergelut dengan pikirannya sendiri menilai kakaknya yang masih belum mau berinteraksi dengannya.

"Garath pergi ke kantor, hari ini lo homeschooling. Gue gak akan pergi hari ini." Ujar Cakra pada Misha.

Gadis ini mengangguk tanpa membalas dengan suaranya.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang