Chapter : 14. Hope you understand.

3 2 0
                                    

Setelah berkeliling Mall dengan Seliah dan membawa pulang banyak tas belanjaan berisi berbagai pakaian berbagai model. Misha melihat semua belanjaan itu berada kamarnya, sementara gadis yang membelikan semua itu sudah pulang karena urusan yang harus memanggilnya.

Menghela nafasnya, Misha satu persatu membuka tas belanjaan tersebut. Mengeluarkan semua baju dan mengumpulkannya. Dia harus mencuci semuanya sebelum masuk ke dalam walk in closetnyanya. Memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor, Misha tidak melupakan untuk membereskan semua tas belanjaan yang terdiri dari paper bag dengan segala macam merk terkenal.

Di tengah kesibukannya, Misha melirik ponselnya yang bergetar di atas meja belajarnya. Berjalan mengambil ponselnya, Misha melihat nama Brenda yang membuat panggilan suara.

"Hal—"

"Help me! I'm stabbed!"

"Brenda? Kamu di mana?"

"I don't know! Check my GPS!"

"Please hurry—"

"Brenda, halo? Brenda!"

Telepon tiba-tiba terputus, Misha langsung mengecek Gps keberadaan ponsel Brenda. Sebuah tempat yang berada di sebuah bangunan yang terlihat di sekitarnya tidak ada bangunan lain. Misha sedikit panik dan mengkhawatirkan wanita itu. Dia segera menelpon yang lainnya, yang pertama dia telepon adalah Milos.

Tapi tidak ada jawaban dari lelaki itu. Misha tidak punya waktu banyak, Misha melanjutkan langkahnya.

Pergi mengambil jaketnya, Misha mengambil kunci mobil yang dia sembunyikan di dalam tempat yang tidak akan terjamah oleh siapapun selain dirinya. Misha berlari keluar dari kamarnya, dia mengecek keadaan. Terakhir kali Misha lihat, Raigha dan Garath berada di ruang kerja.

Itu menjadi kesempatan Misha untuk pergi lewat pintu depan, tanpa harus melompat dari belakang rumah. Misha melangkah dengan cepat keluar dari rumah. Namun langkahnya terhenti, ketika mengingat kalau Aston menjaga pintu depan.

Terhenti di pintu depan, Misha perlahan melangkah menuju pos keberadaan Pria itu. Aston yang langsung menyadari Misha menghampirinya itu keluar dari Pos.

"Non Misha mau kemana? Udah malem Non." Tanya Aston.

"Nggak kemana-mana Pak, tadi kayaknya saya denger suara Bi Yuni manggil Pas Aston." Balas Misha.

"Memangnya ada apa Non?" Aston kembali bertanya.

"Gak tau Pak, Pak Aston Cek aja." Ucap Misha.

"Oh yaudah Non, saya ke sana dulu. Non masuk, dingin." Ujar Aston.

"Nanti pak saya lagi tunggu delivery makanan, nanti saya ke kamar lagi kalau makanan saya datang. Ini udah di depan." Ucap Misha dengan keadaan tenang. Aston yang percaya saja itu mengangguk lalu pergi masuk ke dalam rumah.

Menunggu pria itu benar-benar masuk ke dalam rumahnya, Misha membuka Gerbang lalu segera pergi ke rumah di sebelah rumahnya. Dia meminta penjaga rumahnya yang satunya lagi itu untuk membukakan gerbang, dan setelah terbuka Misha langsung pergi menuju mobilnya. Dia melajukan mobilnya dengan cepat keluar dari pekarangan rumah.

Menandai titik keberadaan, Brenda sebelum hilang sinyal. Misha beralih menelepon Alder yang ternyata tidak lama kemudian di jawab olehnya.

"Alder! I told Brenda she was stabbed. I'll send her the Gps, you're there too. Tell the others." Ucap Misha kepada Alder.

Mendapatkan jawaban langsung, lelaki itu mematikan teleponnya. Dan Misha mengirimkan Gps keberadaan Brenda. Mobilnya melaju dengan cepat di atas jalanan yang sepi karena waktu yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam itu.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang