"Lo kecelakaan karena apa?" Lontar Garath pada seorang wanita yang berada di atas kursi rodanya.
Ya itu Brenda, dia datang di antar oleh Milos. Lelaki itu hanya membantu Brenda masuk ke dalam ruangan ini lau pergi menunggu keluar. Saat ini hanya ada dua orang sakit itu, memang sedikit aneh. Orang sakit menjenguk orang sakit.
Brenda semakin merasakan keadaan yang mulai buruk, hal seperti ini saja sudah cukup parah. Ledakan itu bisa saja membunuh Garath, dan tusukan yang terjadi pada Brenda juga sudah parah. Padahal mereka bisa dengan mudah membunuh mereka, tapi saat ini mereka dibuat tetap hidup. Pasti memiliki tujuan.
"Dirampok terus gue ditusuk." Sahut Brenda.
"Ohh"
Berdecak pelan karena balasan singkat lelaki ini, Brenda menghela nafasnya dan melirik ke seisi ruangan ini. "Lo mikir gak sih kenapa kita bisa barengan gitu sialnya." Tutur Brenda.
"Nggak tuh." Balas Garath kembali dengan acuh.
Melihat lelaki dengan keadaan yang lebih terlihat cukup parah itu, Brenda berpikir dia memang tidak bisa berubah walau sudah terkena Bom sekalipun. "Dangkal banget ya otak lo." Ujar Brenda.
Sorot mata Garath menajam dengan alis yang sedikit menukik. "Gak jelas banget sih lo." Sembur Garath.
"Soalnya lo bahkan gak mikir kenapa ada Bom yang meledak tiba-tiba di tempat yang lagi di isi sama orang yang bukan dari kalangan biasa." Tutur Brenda. Dia berharap lelaki ini mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi ini.
Sebelah alis Garath sedikit bergerak naik.
Belum mendapat respon dari lelaki ini, Brenda lalu kembali berkata. "Lo orang kaya baru atau gimana sih? Lo gak mikir apa kejadian itu mungkin punya pengaruh sama apa yang lo punya?"
Mendengar perkataan wanita ini, Garath dibuat berpikir. Memang masuk akal, karena Garath tidak terlalu peduli dengan apa yang baru saja terjadi padanya itu. Kejadian itu memang mencurigakan tapi, bagaimana lagi Garath masih baru ada di dunia perbisnisan ini.
"Perusahaan gue?" Sahut Garath.
"Iya Tuan Garath, lo kalo mati di sana menurut lo aset bakal gimana?" Balas Brenda.
"Maksud lo mungkin ada yang mau hancurin Maximilian's?"
"Memang ada!" Sahut Brenda dalam hatinya.
"Kalau gue jadi lo, gue udah curiga." Balas Brenda datar.
Memikirkan hal itu lebih jauh, Garath mulai memikirkan hal yang mungkin mendukungnya untuk curiga. Karena selama ini dia hanya bekerja-bekerja dan bekerja. Tidak terlalu berpikir negatif perihal tantangan memiliki perusahaan besar.
Dua orang yang sedang berbicara tentang status sama antara mereka itu teralihkan oleh pintu kamar Garath yang dibuka oleh seseorang yang terlihat masuk bersama dengan satu orang gadis lainnya.
Mereka adalah Seliah dan Misha, baru kembali lagi setelah pulang mengambil sebuah laptop dan IPad yang diminta Garath untuk bekerja. Seliah yang mengantarkan sahabatnya ini mengambil barang yang diminta Garath itu ikut kembali ke tempat ini.
Melihat Brenda berada di sini bersama dengan kakaknya itu, kembali membuatnya harus berakting. Misha harus terlihat seakan tidak mengenalnya. Namun Brenda yang melihat keberadaan Seliah ini langsung memasang Mimik terkejut.
"Oh Seliah?" Brenda berkata melihat gadis bermantel putih itu.
"Brenda? Lo kenapa?" Sahut Seliah yang juga mengenalinya, dia melihat wanita ini yang berada di kursi roda. Misha dibuat terkejut, ternyata Brenda mengenali sahabatnya ini. Begitu pun juga dengan Garath.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINERVA : Not an Illusion |Completed|
General FictionSelamat dari kecelakaan pesawat adalah hal terburuk bagi Misha. Yang lebih buruk lagi, penderitaannya tidak terhenti sampai dia memulai hidup barunya. Trauma dan rasa bersalahnya meninggalkan semua orang dalam pesawat itu, membuat Misha harus mengun...