Chapter : 21. Got you in the Party

3 2 0
                                    

Di dalam sebuah ruangan tidak terlalu besar itu terdapat seorang gadis yang berada di depan cermin yang memperlihatkan sebagai pantulan dirinya yang memakai pakaian rumah sakit. Pakaian itu dibuat agar mudah dibuka bagian depannya.

Bergerak membukanya, melihat sebagian tubuhnya itu terbalut perban dibagian pinggangnya. Menyentuh bagian itu, dia sudah tidak merasakan rasa sesakit itu lagi. Menghela nafasnya, Misha membuka bajunya itu. Dia bergerak membelakangi cermin melihat bagian punggungnya yang terhias tattoo yang cantik. Bagian tubuh Misha yang tidak sempurna itu tertutupi oleh tattoo cantik.

Terkadang dia membenci dirinya saat melihat tattoo itu, maka karena itu Misha jarang sekali melihat cermin yang membuatnya melihat tattoo tersebut. Namun kali ini Misha ingin melihatnya, satu luka baru ada di tubuhnya. Satu hal yang dia benci adalah bekas luka yang sudah terlalu banyak di tubuhnya.

Menghembuskan nafasnya menenangkan dirinya, Misha bergerak menghadap cermin kembali. Melihat pantulan dirinya dengan perban yang melilit pinggangnya. Karena pemasangan perban itu ada satu Nurse yang mengetahui tentang apa yang dia miliki di tubuhnya. Misha sudah meminta untuk cukup tahu saja, karena Nurse itu sebenarnya juga cukup terkejut.

Melihat gadis dengan wajah polos seperti Misha memiliki tattoo sebanyak itu. Entah sesakit apa pembuatan tattoo itu, Misha sudah pernah merasa hal yang lebih sakit.

Memakai baju rumah sakit yang baru, Misha hanya mengganti pakaiannya setelah itu keluar dari kamar mandi yang masih berada di kamar di mana tempat dia dirawat itu. Misha masih berjalan kembali menuju Brankarnya, duduk di sana untuk dipasangkan kembali infusnya.

Nurse yang memasang kembali infusnya itu langsung keluar setelah selesai. Misha kembali naik ke atas tempat tidurnya, karena membutuhkan cairan ini. Misha harus berada di sini lebih lama, padahal lukanya sudah tidak sesakit itu. Mau bagaimana lagi, Misha tetap menuruti apa yang akan membuatnya kembali sehat.

Melirik jam dinding yang ada di salah satu sisi, Misha melihat waktu yang sudah hampir gelap. Pemandangan di luar jendela di sana pun sudah memperlihatkan langit sunset yang hampir menghilang. Menikmati pemandangan yang paling Misha suka sendiri, karena tidak ada siapa pun di kamarnya saat ini.

Misha tau Kakaknya sedang sangat sibuk dan Seliah yang sudah datang tadi pagi, gadis itu pasti sedang sibuk juga dengan kuliah serta pekerjaannya. Sementara Raigha, lelaki itu sedang pergi keluar untuk makan setelah tau Misha akan di temani Nurse yang sudah melakukan beberapa hal tadi.

Saat ini sudah selesai, tali lelaki itu masih belum kembali juga. Misha menarik selimutnya, masih melihat pemandangan jendela yang ada di sebelahnya kanannya. Perlahan Misha mulai menutup matanya setelah rasa kantuk perlahan menghampirinya. Bersamaan dengan langit yang sudah menggelap.

Dari arah pintu, Raigha sudah kembali. Melihat Misha tertidur di atas Brankarnya. Berjalan mengitari tempat tidur tersebut, Raigha mengambil sisi lain yang dihadapi oleh gadis ini. Raighs menarik senyumnya, bergerak menyentuh pipi yang terasa lembut milik gadis ini.

Merendahkan posisinya, Raigha menatap Misha lebih dekat mencium harum gadis ini. Sentuhan tangan Raigha menurun mengenai bibir Misha, menahan helaan nafasnya. Raigha melepas sentuhannya menjernihkan pikirannya. Tidak lama kemudian Raighs mendengar ketukan pintu yang diiringi pintu tersebut terbuka.

Memperlihatkan seorang gadis yang masuk ke dalam ruangan ini dan tersenyum ke arah Raigha.

"Kak Raigha," Freya tersenyum menyapa lelaki itu.

Dalam hatinya Freya sangat senang melihat Raigha ada di dalam kamar Misha yang dia ingin jenguk itu. Melihat kedatangan seorang penjenguk, Raigha mengacungkan jari telunjuknya untuk menjadi tanda tidak boleh berisik.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang