Setelah hasil tes tersebut keluar, Cakra benar-benar tidak percaya. Lembar kertas yang dia lihat itu adalah soal dan jawaban yang Misha kerjakan 3 jam lalu. Kini dia sedang berhadapan depan petinggi Vebbern University. Seperti apa yang sudah dia janjikan, Cakra akan membuat pihak kampus diam atas kelulusan Misha dalam tes ini.
Sudah hampir 10 menit dia berbincang dengan wanita yang ada di hadapannya ini. Reaksi pertamanya saat Cakra meminta Misha untuk berkuliah di sini seperti mahasiswa yang lainnya.
"Mahasiswa yang telah lulus dalam tes ini sudah memiliki jadwal kegiatan tersendiri untuk kampus. Di luar kegiatan kelas yang dia ambil." Ujar Wanita tersebut.
"Saya mau kegiatan untuk kampus itu ditiadakan, sebagai gantinya saya akan membayar biaya pendidikannya hingga lulus." Balas Cakra. Wanita itu menggeleng.
"Semua yang diberikan untuk mahasiswa yang telah lulus sudah diperhitungkan, mereka akan dapat banyak keuntungan. Hanya mengikuti kegiatan yang kampus minta saja itu sudah cukup, terutama Misha adalah orang memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Semua kegiatan itu akan dia jalani dengan mudah, dan dia juga akan pembelajaran tambahan." Jelas Wanita ini kepada Cakra.
Cakra berpikir seketika. "Saya tidak mau nama Misha terekspos dipublik. Misha tidak boleh berada di ruang publik yang ramai."
"Itu yang anda inginkan? Tapi kedepannya Misha akan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengharumkan nama Vebbern. Tentu saja namanya akan terekspos pada publik." Balas Wanita ini sedikit menaikan alisnya.
"Cari Mahasiswa lain, sebagai gantinya saya yang akan menanggung semua fasilitas mahasiswa itu." Ucap Cakra dengan santainya.
Wanita ini benar-benar langsung dibuat terkejut. Satu sisi itu adalah suatu keuntungan bagi kampus, satu sisi lain Misha adalah mahasiswa yang sudah sangat diharapkan kehadirannya. Dia adalah orang genius yang ditemukan sepanjang tes ini dilakukan.
"Sangat disayangkan, anda tidak menerimanya. Kami akan mencari mahasiswa lain."
Mendengar ucapan itu, Cakra tersenyum dia berhasil.
Sementara keberadaan Misha yang tengah bersama dengan Seliah itu tengah berada di area kafetaria kampus. Mereka sedang menikmati minuman hangat mereka saat di luar hujan cukup lebat. Keadaan kampus yang cukup sepi ini dikarena libur semester, semua mahasiswa yang datang ke kampus hanya karena ada kepentingan saja.
"Gak nyangka, kita beneran satu kampus!" Seliah memekik senang masih tidak percaya Misha bisa melewatkan tes yang terkenal keramat karena saking sulitnya ditaklukkan.
Senyum tipis Misha terukir, dia juga sangat senang. Tapi bukan karena dia akan melanjutkan pendidikannya, namun karena waktu yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya datang. Misha akan memulai penyelidikannya, dia tidak pernah percaya akan hasil yang dinyatakan pihak penerbangan atas kecelakaannya.
Kecelakaan itu hanya ada dibayangannya saat ini, tidak ada korban lain yang masih hidup sebagai saksi mata. Bahkan pelakunya pun sudah mati.
"Lo ambil Jurusan apa?" Tanya Seliah.
"Physics." Jawab Misha.
"Ahh, gedungnya jauh banget sama gedung Arsitektur." Ujar Seliah yang sedikit kecewa.
"Tapi gapapa, gue bakal samperin lo terus!" Seliah berucap dengan tekadnya. Misha hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya ini.
Banyak sekali perbincangan mereka mengenai Vebbern, hingga seorang lelaki datang menghampiri mereka. "Cakra mana?" Tanya Raigha kepada dua gadis ini.
"Tadi sih bilang mau ketemu orang dari pihak kampus, tapi gak tau kemana." Jawab Seliah yang melirik lorong kampus jalan keluar masuknya kafetaria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINERVA : Not an Illusion |Completed|
General FictionSelamat dari kecelakaan pesawat adalah hal terburuk bagi Misha. Yang lebih buruk lagi, penderitaannya tidak terhenti sampai dia memulai hidup barunya. Trauma dan rasa bersalahnya meninggalkan semua orang dalam pesawat itu, membuat Misha harus mengun...