Chapter : 04. He's Near You

7 3 0
                                    

02.13

Dress hitam yang sudah tergeletak di lantai itu tak membuatnya digantikan oleh pakaian lain. Gadis yang memakai dress itu kini tidak menutupi tubuhnya selain branya. Dia sedang menahan dirinya pada wastafel dengan bagian sisinya berlapiskan marmer dengan aksen warna hitam.

Rambut panjang yang sudah serapi sebelumnya itu menyisakan beberapa helai rambut yang menempel pada pipinya. Air mata yang mengalir deras itu membuat pipinya begitu basah, suaranya yang dia tahan itu membuat kesesakan semakin berasa. Tangannya mencengkram sisi wastafel, menggigit bibirnya Misha benar-benar berusaha mengendalikan dirinya.

Rasa sesak, bayangan yang terjadi saat kecelakaan itu kini benar-benar sedang menghantuinya. Misha menutup matanya, berharap semua itu hilang. Dadanya sudah naik turun, semua ini adalah ledakan dari seorang Misha yang selalu terlihat tenang dan terkendali. Bohong jika Misha adalah orang yang sangat kuat menerima begitu banyak trauma tanpa air mata.

Mereka belum pernah melihat Misha yang menahan dirinya untuk tidak teriak ketika bayangan traumanya muncul. Rasa sesaknya terlalu terasa, kecelakaan itu benar-benar ingin membuat Misha ingin mengakhiri semuanya. Tapi mereka selalu mendorong Misha untuk mengikhlaskan, setelah semua yang dia lihat. Rasa kehilangan dan penderitaan orang lain yang dia lihat, mereka hanya bisa menyuruhnya untuk ikhlas.

Misha bisa ikhlas jika dia mau, tapi semua trauma yang dia dapatkan adalah hal tersulit untuk dihilangkan. Dia sudah ikhlas atas perginya kedua orangtuanya, tapi rasa trauma ini belum bisa hilang.

Cengkramannya semakin kuat, kepala Misha benar-benar terasa sakit. Menahan air mata, dan kesesakannya benar-benar membuatnya tersiksa. Kepalanya mulai terasa memanas, Misha yang melepaskan tangannya dari wastafel itu pergi ke bawah shower dan menyalakannya. Membuat air yang begitu dingin menyentuh kepalanya serta tubuhnya.

Merasakan kepalanya yang mulai mendingin, Misha berhenti menggigit bibirnya. Dia menyingkirkan rambut-rambut yang ada di wajahnya dan membiarkan air dingin ini mengalir di wajahnya.

Menghembuskan nafasnya panjang, Misha menyandarkan punggungnya pada dinding kaca buram sebagai bilik bagian shower ini. Kepalanya yang sakit mulai mendingin, Misha mulai menenang. Bayangan yang berbutar perlahan mulai menghilang. Misha mengusap wajahnya yang basah sebagai tanda berakhir penderitaannya malam ini.

Untuk malam ini.

Keesokannya, Misha duduk di depan meja riasnya. Wajahnya cantiknya ini benar-benar terlihat dalam kondisi buruk, benar-benar tidak terlihat bergairah. Menghela nafasnya, Misha mengambil lipbalm dan memoleskannya pada bibir pink yang sedikit pucat. Tidak membuatnya kembali terlihat segar seperti sebelumnya. Misha menatap dirinya yang terpantul pada cermin di depannya ini.

Dia menarik senyumnya, yang membuat ujung bibirnya menaik bersama dengan bagian pipinya yang juga ikut menaik. Menghembuskan nafasnya panjang, Misha beranjak dari meja rias tersebut beralih kepada meja belajar yang terlihat buku-bukunya yang sudah siap. Karena hari ini Cakra sudah berkata kalau dia akan melanjutkan belajarnya.

Membawa buku-bukunya tersebut, Misha keluar dari kamarnya. Waktu sarapan sudah terlewat, Misha bangun lebih lambat dari biasanya. Cakra serta kakaknya pasti sudah sarapan lebih dulu, Misha yang telah turun dari lantai dua itu melihat meja makan hanya terlihat makanan yang tersedia dan telah ditutup.

"Non Misha udah bangun, ayo sarapan Non. Tuan Cakra sama Tuan Garath udah berangkat ke kantor. Tuan Cakra pesan buat Non Misha gak lupa sarapan." Ucap Yuni, wanita yang memasak semua yang ada di atas meja saat ini.

"Kak Cakra ke kantor?" Bantin Misha. Dia tersenyum kepada wanita paruh baya yang tengah tersenyum ramah padanya ini.

"Iya bi." Jawabnya lalu berjalan menuju meja makan, buku-buku yang dia bawa diminta Yuni untuk dia simpan di meja tempat Misha biasanya belajar. Misha yang duduk di meja makan itu mulai membuka penutup dari piring sarapannya yang sudah tersedia.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang