Chapter : 06. Become a Part.

22 5 0
                                    

Menutup mulutnya rapat, Misha menyalakan Shower. Setelah mengetahui Seliah datang dan masuk ke dalam kamarnya. Sebelum gadis itu melihat dirinya, Misha berlari menuju kamar mandi dan menyalakan Showernya. Air mata Misha kembali mengalir, dengan suara gadis yang memanggil-manggilnya di luar pintu kamar mandinya.

Misha yang merasa sesak itu, menahan dirinya pada wastafel. Nafasnya menderu menahan kesesakannya, beginilah dia saat traumanya kembali menghantuinya. Ingatan Misha berputar melihat bagaimana orang-orang di dalam pesawat ketakutan sebelum akhirnya melihat pesawat meledak. Tidak ada korban yang selamat setelah itu, setelah meledak pesawat itu hancur setelah jatuh di tepi pegunungan.

"Mish? Lo lagi mandi?" Teriak Seliah dari balik pintu.

Misha yang menarik nafasnya itu berusaha untuk membuat suaranya tidak terdengar bergetar. "Iya!" Balasnya. Misha terduduk menutup mulutnya, jika tidak tangisnya akan terdengar bersamaan dengan tubuhnya yang gemetar.

"Okey! Abis lo mandi, gue mau aja lo sarapan di luar." Terang Seliah. Membuat Misha semakin berusaha untuk menenangkan dirinya. Seliah juga tidak boleh melihat keadaanya seperti ini.

"Iya Sel!" Misha kembali menyahut dengan suaranya yang dia buat terdengar tidak bergetar. Namun tetap saja suaranya berbeda dari biasanya.

Sementara Seliah yang mendengar jawaban Misha dengan suara shower yang menyala. Seliah melihat ke arah pintu dengan perasaan aneh, dia merasa ada yang aneh dengan Misha. Namun keanehan itu Seliah tepis, dia pergi menuju meja dengan Monitor yang menyalakan. Seliah melihat satu aplikasi yang tampak baru saja dibuka.

Bergerak menuju Mouse pengendali layar tersebut, Seliah penasaran dengan apa yang baru saja Misha buka.

"Seliah," panggil seseorang dari pintu. Membuat perhatian Seliah teralihkan, dia belum sempat membuka aplikasi tersebut.

"Misha mana? Katanya mau pergi." Cakra bertanya melihat tidak ada siapapun di kamar ini selain Seliah seorang.

"Dia masih mandi." Jawab Seliah.

"Ohh, gue sama Garath mau pergi ke kantor. Lo bisa sampe temenin Misha sampe gue pulang kan?" Lontar Cakra.

Seliah mengangguk. "Bisa." Jawabnya.

"Okey, lo jagain dia ya." Ujar Cakra lalu pergi keluar dari kamar tersebut. Seliah yang hanya mengangguk itu melihat lelaki itu sudah pergi, beralih berjalan menuju kasur. Seliah merebahkan dirinya di sana lalu menyalakan ponselnya dan menggulir layarnya dalam aplikasi sosial medianya.

Tanpa dia sadari, Seliah lupa dengan apa yang hendak dilakukan tadi.

Beberapa lama Seliah menunggu, pintu kamar mandi pun dibuka. Seorang gadis dengan rambut basah itu keluar dari sana dengan hoodie dan hotpants yang tidak terlihat karena hoodie yang cukup panjang. Wajah Misha yang tampak lebih baik itu, karena dia mencuci mukanya agar lebih segar. Tak hanya itu, Misha pun mengendalikan ekspresinya dengan sangat pandai.

"Udah selesai lo?" Tanya Seliah. Misha mengangguk, rambut Misha yang sudah kering itu karena dia mengulur waktu agar lebih dalam di dalam kamar mandi.

"Kak Cakra sama Garath udah berangkat ngantor, kita langsung berangkat aja yuk!" Ajak Seliah.

Disetujui Misha, Seliah beranjak dari tempat tidur tersebut. Seliah berjalan keluar dari kamar, sementara Misha yang melirik monitornya yang masih menyala itu. Berjalan mematikannya, berharap Seliah tidak membuka isi komputernya. Misha sedikit takut, Seliah akan mencurigainya.

Setelah itu Misha pun pergi menyusul, Seliah yang menunggunya di luar kamar.

"Kita mau makan apa?" Tanya Misha.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang