Bangun dari tidurnya, lelaki yang kancing kemejanya terbuka hingga tiga bagian itu memegangi kepalanya yang terasa begitu pusing. Membuka matanya melihat dirinya masih memakai pakaian kerjanya, Garath mencoba mengingat kenapa dia tidak mengganti pakaiannya ini.
Namun sebelum itu, Garath merasa terkejut dia ternyata tidak berada di dalam kamarnya. Melihat ke sekelilingnya, dia benar-benar tidak tau berada di nama. Pintu yang ada di depan sana tiba-tiba terbuka, seorang wanita berpiyama itu masuk ke dalam kamar ini memeriksa Garath yang ternyata sudah bangun.
"Lo?" Garath terkejut melihat Brenda muncul dari pintu tersebut.
Brenda tersenyum. "Gimana? Kepala lo sakit?" Tanyanya.
Ditanyai hal tersebut, Garath mencoba mengingat kejadian semalam yang hampir seluruhnya dan lupakan karena setelah dia sedikit masuk. Garath meneguk segelas minuman lagi yang membuatnya semakin dibuat mabuk. Namun ada satu hal yang dia ingat, dia bersama dengan Brenda di dalam kamar ini.
"Sialan!" Umpatnya. Garath merasa sudah dijebak. Dia bergerak turun dari tempat tidur tersebut.
"Apa yang udah lakuin ke gue hah?!" Kesal Garath yang menghampiri Brenda. Wanita ini masih berdiri di tempatnya melipat tangannya dan menatap Garath yang ada di depannya dengan wajah kesalnya itu.
"Ternyata lo gak inget, padahal gue udah nunjukin siapa gue sebenernya." Ucap Brenda lalu berjalan menuju tempat tidur melewati Garath yang masih merasa kesal itu.
"Damn it." Garath keluar dari kamar tersebut, berada di ruangan lain Garath melihat jasnya tergeletak di atas sofa. Melihat ke arah dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan yang ada di luar. Dia rasa ini adalah Apartement dengan lantai cukup tinggi.
Brenda keluar dari kamarnya, berdiri melihat ke arah Garath. Brenda berkata. "After remembering, don't forget to thank me. See you at the meeting this afternoon."
Garath menghela nafasnya lalu pergi dari sana keluar dari Apartement tersebut.
Dia benar-benar tidak menyangka akan berada di rumah wanita yang baru dia temui kemarin untuk pertama kalinya. Garath tidak henti-hentinya berdecak kesal, karena ada perempuan yang berhasil menggodanya.
Sesampainya di rumah, Garath bertemu dengan tiga orang yang tengah berada di meja makan. Mereka sedang bersarapan, dan tentunya langsung menanyainya kenapa tidak pulang.
"Jangan kerja terlalu keras Garath." Ucap Cakra melihat keponakannya itu baru saja pulang. Dia hanya meliriknya dan berlanjut pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
Misha dan Seliah hanya melihat Garath pergi dengan keadaan yang entalah, berantakan. Misha yang tau apa yang baru saja terjadi pada kakaknya itu hanya bisa diam, sangat tidak mungkin dia membicarakannya pada Cakra.
Setelah berhasil pulang, Misha tidak mendapatkan kabar dari Brenda tentang kakaknya. Misha juga tidak menyangka, demi membuat dirinya tidak ketahuan. Brenda berani membawa Garath hingga pagi ini. Misha tau, Brenda pasti terpaksa melakukannya, tapi walau begitu dia melakukan hal demi kedamaian.
Entah apa yang sudah mereka berdua lakukan, Misha tidak mau terlalu memikirkannya. Yang penting dia sudah selamat, tanpa ketahuan.
"Eh Mish, hari ini kita ke kampus yuk!" Ajak Seliah.
Sementara di sisi lain, Garath sedang frustasi menyesali apa yang sudah masuk ke dalam jebakan dari wanita yang baru dia temui satu kali dan untuk kedua kalinya dia sudah tidur di rumahnya. Benar-benar hal gila, bodohnya dia sudah menanda tangani kontrak dengan perusahaannya. Mungkin Garath akan bertemu dengannya lagi.
Dan nanti sore, sekretarisnya pasti menghubunginya untuk sebuah meeting bersamanya.
Mendesah frustasi, Garath meremas rambutnya. Dia ingin mengingat apa yang terjadi. Dan akhirnya membutuhkan waktu beberapa saat, Garath bisa mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINERVA : Not an Illusion |Completed|
Fiksi UmumSelamat dari kecelakaan pesawat adalah hal terburuk bagi Misha. Yang lebih buruk lagi, penderitaannya tidak terhenti sampai dia memulai hidup barunya. Trauma dan rasa bersalahnya meninggalkan semua orang dalam pesawat itu, membuat Misha harus mengun...