Chapter : 20. Want to know you.

7 2 0
                                    

Sudah beberapa hari lamanya Misha dirawat di rumah sakit ini, kini Misha sudah bisa bangun dari posisi tidurnya. Dia sudah mulai bisa berjalan tanpa merasakan sakit yang berlebih. Namun cairan infus itu harus tetap masuk ke dalam tubuhnya untuk mengobati luka bagian dalamnya. Dia juga sudah mendengar kalau kakaknya dan Brenda sudah keluar dari perawatan mereka.

Tidak di hari yang sama, tapi mereka sudah tidak perlu dirawat inap di sini. Tersisa Misha yang masih harus mendapatkan perawatan dengan infusnya yang tidak boleh terlepas dari tubuhnya.

Duduk di atas sofa panjang yang ada di kamar inapnya, Misha sedang mengerjakan tugasnya yang tetap masih berdatangan walau dia tidak masuk kelas sekalipun. Karena pembelajaran masih bisa di lakukan secara online.

Jari lentik Misha ini menari di atas keyboardnya, dia masih selalu bisa mendapatkan kefokusannya untuk mengerjakan tugas. Terutama dirinya yang sedang sendiri di ruangan ini, kakaknya sedang berada di kantor, sahabatnya sedang ada kelas di kampus dan Raigha yang selalu menemaninya itu tengah keluar membeli makanan.

Misha sendiri bisa makan apa saja, karena lukanya tidak mempengaruhi pencernaannya. Namun tetap saja, dia harus banyak makan makanan bergizi tentunya untuk meningkatkan stamina tubuhnya.

Kepergian Raigha dimulai saat Misha baru memulai mengerjakan tugasnya, kini tugasnya yang sudah mencapai setengahnya itu beberapa saat kemudian memperlihatkan Raigha yang sudah kembali memasuki ruangan. Dia membawa kantung plastik berisi makanan yang Misha inginkan.

Duduk di samping Misha, Raigha menaruh bungkusan berisi makanan itu ke atas meja. "Kali ini aja lo makan Pizza." Cetus Raigha.

"Ini Pizza Nanas Kak, jadi masih ada vitaminnya sama kandungan lain yang baiknya." Balas Misha yang bergerak menaruh laptop ke sampingnya.

"Biar gue bukain." Raigha bergerak membuka bungkus tersebut.

"Makasih Kak Rai." Misha yang tersenyum itu memperlihatkan ekspresi bahagianya karena akan memakan makanan kesukaannya.

"Sama-sama." Raigha menyahut dan selesai membuka pelindung Pizza dengan toping Nanas yang begitu segar di mata Misha.

Padahal sebagian orang berkata Pizza bertoping Nanas itu disebut sebagai menistaan makanan, karena nanas dianggap terlalu tajam. Tapi menurut Misha yang merasa Nanas sebagai toping itu dianggap penyegar dan rasa unik yang pas di lidahnya.

Mengambil sepotong Pizza tersebut, Misha lalu melirik ke arah lelaki di sebelahnya. "Kak Rai mau?" Tanya gadis ini.

Tentu saja Raigha menggeleng, dia adalah salah satu orang yang menganggap Nanas sebagai toping pizza adalah hal aneh. "Lo aja makan." Balasnya.

Misha memasukkan satu gigitan Pizza Nanas itu ke dalam mulutnya lalu mengangguk. "Kak Rai udah makan?" Tanya Misha yang melihat selama lelaki ini bersamanya sedari pagi, dia belum terlihat memakan sesuatu.

Benar saja, Raigha tidak menjawab. Membuat Misha menghela nafasnya. "Kak Rai makan dulu,"

"Gapapa Misha, gue belum lapar. Lo aja makan." Balas Raigha.

"Kak Rai gak suka pizza ini ya?" Misha menyeru dan masih memegang Pizza itu di tangannya.

"Gue gak lapar Misha."

"Berarti Kak Rai suka, makan aja Kak. Aku juga gak terlalu lapar." Balas Misha kembali. Raigha tersenyum tipis melihat gadis yang pipinya sedikit menggembung oleh makanan yang sedang dia makan.

"Makannya dari mulut lo gue pasti jadi suka." Gumam Raigha yang masih terdengar oleh gadis ini. Raigha yang melihat bibir merah muda yang alami itu menyentuh Pizza tersebut.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang