Chapter : 23. Cold in warmth.

2 1 0
                                    

Sebuah benda kecil yang sedang ada di tangan Misha itu adalah sebuah kamera kecil yang memang dibuat untuk di sembunyikan. Mengamati kamera tersebut, Misha teringat kepada gadis yang dia dengan memberikan keranjang buah yang menyertai kamera yang ada pada Misha ini.

Berpikir kenapa Freya menggunakan kamera ini, Misha teringat bagaimana tatapan gadis itu melihat ke arah Raigha. Dia menyadarinya sejak awal, tatapan Freya memang terlihat tertarik dengan lelaki yang masih dia ketahui sebagai kakak Misha itu. Namun sudah sampai benda yang melanggar privasi ini, sudah terlalu kelewatan untuk seseorang yang menyukai seseorang.

Baru menemukan ini, Misha berpikir mendiamkannya lebih dulu. Ini baru bukti pertama yang ditemukan, jika dia memiliki maksud yang semakin menjadi-jadi. Misha baru akan menanganinya. Menaruh benda kecil itu dalam lacinya, Misha sudah memastikan kalau benda itu sudah mati.

Beranjak dari tempatnya, Misha membawa tiang infusnya untuk pergi mengikutinya menuju tempat tidurnya. Naik ke atas tempat tidur itu, Misha menarik selimutnya bersiap untuk tidur.

Berbeda dengan Misha yang sudah tenang dan beristirahat, orang-orang yang dia tinggalkan dengan perasaan tidak enak itu masih berada dalam pembicaraan. Ya mereka adalah Garath dan Seliah, setelah mengatakan kalau pertengkaran mereka yang terlihat dikarenakan Misha. Misha langsung pergi ke kamarnya tanpa berbicara atau mendengar mereka berbicara.

Garath dan Seliah masih berada di area makan, tepatnya di meja makan yang sama yang kini sudah dibersihkan oleh Yuni yang membersihkannya dengan penuh kesopanan di depan Garath tentunya.

Menanyakan kemana perginya, Raigha lelaki itu sudah pulang karena setelah lamanya dia menemani Misha. Karena sudah dipastikan Misha akan aman, Raigha bisa pulang. Meninggalkan Garath dan Seliah di meja makan.

Sebelah alis Garath menaik. Mereka berada di posisi yang sama, melipat tangan mereka dan Seliah yang menyilangkan kakinya.

"Sekarang apa?" Lontar Seliah.

"Menurut lo? Lo bilang sekarang, alasan lo suka bikin keributan. Apa lo bener-bener buat nutu—?"

"Gue mabuk, jadi stop klaim gue punya perasaan apalah itu ke lo. Gue bikin keributan murni karena gue gak suka sama lo. Benci. Semua yang lo lakuin, gue gak suka. Terutama lo ke Misha. Bahkan Raigha lebih punya perhatian dari pada lo."

"Da lo yang gak bisa tebak seberapa bahaya keadaan sekarang." Imbuh Seliah dengan wajah seriusnya. Dia menatap lurus ke arah Garath yang mendengarkannya dengan tatapan yang tertuju ke arahnya. Tidak membuat rasa apapun, Seliah hanya melihat tatapan Garath seperti itu.

"Akting lo bagus, tapi lo gak pernah bisa akting pas lo mabuk." Ujar Garath.

"Lo berharap banget kalau gue bener-bener punya perasaan sama lo, memangnya apa yang bakal lakuin huh?" Lontar Seliah kepada lelaki yang juga berada dalam keadaan serius.

Mengalihkan pandangannya sesaat, Garath berpikir selama beberapa saat dan kembali melihat ke arah gadis di depannya ini dengsn jawabannya yang sudah ada di dalam pikirannya. "Gue gak mau Misha terus merasa bersalah sama gue atau lo. Gue gak tau buat diri gue bener di depan lo, tapi setelah liat lo tanpa kendali lo yang artinya asli dari lo gue rasa punya celah buat gak bikin Misha gak merasa bersalah lagi."

"Jadi tunjukin aja yang sebenarnya, gue juga gak mau ribut terus sama lo." Timpal Garath.

Dibuat terdiam, Seliah bergelut dengan pikirannya sendiri. Selama ini dia sendiri yang membuat beban pikiran untuk sahabatnya yang selalu dia ingin jaga itu. Tapi nyatanya semua itu karena pandangan Seliah yang tidak pernah baik pada sosok kakak. Garath tidak tau bagaimana hubungannya dengan kakaknya, Mace.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang