Bangun dengan kepala sakit, Seliah bergerak bangun sembari memegangi kepalanya. Matanya yang berusaha untuk kembali fokus itu melihat ke sekitarnya. Terkejut melihat seorang lelaki yang duduk di atas sebuah single sofa dan menatap ke arahnya.
Seliah menutup matanya karena masih merasa pusing itu, dia ingin kembali memfokuskan penglihatannya. Seketika dia dikejutkan oleh sosok lelaki itu. Dia adalah Garath yang menatapnya lurus, Seliah bergerak menyibak selimut yang menutupi tubuhnya itu. Merasakan dingin, dia baru saja dia hanya memakai dalamnya saja. Segera menarik selimut kembali, Seliah menutupi tubuhnya kembali.
Menoleh kuat ke arah Garath, Seliah melihat lelaki itu menaikan alisnya. Seliah yang belum mengingat apa-apa itu membuat pikirannya tertuju kepada lelaki yang tengah duduk dengan kaki dan tangannya yang terlipat.
Seliah menggunakan selimut itu untuk menutupi tubuhnya lalu berjalan menghampiri Garath yang memang dirinya yang asli. Mungkin saja Seliah berhalusinasi, karena bisa-bisa dia melihat lelaki itu berada di dalam kamar ini bersamanya.
"Lo ngapain—?"
"Damn drunk, lo gak inget." Sela Garath yang melihat Seliah yang jelas-jelas tidak mengerti dengan keadaan saat ini
Seliah menoleh melihat tempat tidur yang sudah berantakan itu, menatapnya lama Seliah berusaha mengingat-ingat kenapa dia berada di tempat ini. Tiba-tiba saja pikirannya menemukan satu hal yang berputar.
Membanting Garath ke atas tempat tidur, menaikinya dan menciumnya dengan panas. Seliah benar-benar gila menemukan ingatan itu dalam pikirannya, dia terdiam sesaat. Perlahan menoleh ke arah lelaki yang masih menatapnya itu, Garath kembali menaikkan kedua alisnya..
"Gue mabuk, terus—" Seliah tidak melanjutkan perkataannya dia menarik nafasnya dalam-dalam. Apa dia kehilangan akalnya saat mabuk? Itu sepertinya sudah terbukti.
"Kita—?" Seliah menatap Garath.
"Kita gak lakuin itu." Jelas Garath.
Menghela nafasnya lega, Seliah lalu duduk di atas tempat tidur di belakangnya. "Apa yang gue lakuin?" Lontar Seliah. Seketika Garath menarik pakaiannya memperlihatkan dadanya yang terlihat bertebaran bercak merah.
Mata Seliah sedikit melebar melihatnya. "Kok gue bisa ya?" Bingungnya, dia tidak pernah melakukan adegan panas sebelumnya.
Memutar bola matanya malas, Garath melanjutkan apa yang ingim dia katakan pada Seliah. "Jadi lo mendam semua itu, you like me?" Lontarnya.
Seliah yang masih berada di dalam selimut itu hanya memunculkan kepalanya. Dia mengangkat kedua alisnya mendengar pertanyaan lelaki ini. "Huh?" Sahutnya tidak mengerti.
"Memangnya apa alasan lo ngelakuin itu ke gue? Selain kalau lo itu suka sama gue." Tutur Garath memperjelas perkataannya.
Masih dengan wajah tidak mengertinya, Seliah kembali membalas. "Ah?"
"Gak usah sok sembunyi gitu, lo bisa ngomong sekarang. Lo tau, lo bener-bener gila semalam." Papar Garath yang lebih memberi tekanan pada kalimatnya.
Pupil Seliah melebar, dia bahkan jika kejadian seperti itu akan terjadi. Dan sekarang membuat lelaki itu mengklaim dirinya menyukainya. Pikirannya seakan melambat membuatnya harus lebih lama berpikir sebelum berucap.
"Gue—? Gue kenapa suka sama lo? Gimana?" Pikirannya tidak sinkron dengan keadaan sekarang.
Garath menghela nafasnya. "Lo masih mabuk?"
Seliah menggeleng.
"Bilang sekarang, lo punya perasaan ke gue?" Tekan Garath melihat Seliah yang menurutnya masih ingin menyembunyikannya itu. Dia lihat jelas betul bagaimana gadis itu seperti meluapkan perasaannya kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINERVA : Not an Illusion |Completed|
General FictionSelamat dari kecelakaan pesawat adalah hal terburuk bagi Misha. Yang lebih buruk lagi, penderitaannya tidak terhenti sampai dia memulai hidup barunya. Trauma dan rasa bersalahnya meninggalkan semua orang dalam pesawat itu, membuat Misha harus mengun...