Chapter : 32. Still not finished.

13 3 0
                                    

Langkah Misha di bawa menuju sebuah ruangan yang seketika tertutup. Misha bergabung dengan Milos dan Giichi yang sudah berada di dalam ruangan ini, mereka kebingungan kenapa orang yang mereka menghilang begitu saja ketika memasuki ruangan ini. Ruangan kosong yang hanya satu penerangan di tengahnya.

Dan mereka bertiga ada di tengah ruangan ini, di bawah satu-satunya penerangan itu. Misha melihat ke sekelilingnya, benar-benar gelap. Dia yakin orang yang menghilang di sini bersembunyi dalam kegelapan itu.

Tetap fokus, penglihatan mereka yang terbatasi itu membuat mereka harus berhati-hati bisa saja ada serangan di tiba-tiba. Pakaian yang Misha gunakan tidak terlalu aman seperti pakaian khusus yang Milos dan Giichi kenakan. Selain anti peluru pakaian itu tahan dari api yang akan benar-benar melindungi mereka.

Pakaian tersebut juga banyak sekali menyimpan peralatan yang akan berguna di setiap misi mereka. Topeng yang mereka gunakan juga sangat berguna, Milos yang akhirnya menekan tombol di salah satu tombol di pakai tersebut. Mengaktifkan kacamata yang ada di topeng itu untuk bisa melihat dalam kegelapan.

Begitu pula dengan Giichi, dia melihat ke sekeliling hingga menemukan sesuatu di dalam sana. Giichi yang secara tiba-tiba melepaskan satu tembakan kepada seseorang yang seketika langsung terjatuh dalam kegelapan itu.

"Ada dua orang lagi." Milos berkata kepada Misha.

Misha memfokuskan pandangan, lalu menembakkan pistolnya satu arah dan Milos lihat tembakan itu mengenai seseorang di sana.

"Lo bisa lihat?" Tanya Milos.

"Mata manusia bisa menyesuaikan dalam kegelapan." Balas Misha lalu melepaskan satu tembakan lagi. Namun kali ini meleset karena seseorang itu sudah menyadari pergerakannya.

Dan membalasnya dengan satu tembakan ke arah Misha, Misha dengan sigap menghindari tembakan itu membuatnya tidak terkena tembakan tersebut. Milos dan Giichi pun mulai mengarahkan senjata mereka ke seseorang tersebut. Namun mereka tiba-tiba menurunkan senjatanya ketika melihat ada orang lain di sana. Dan orang tersebut mengancamnya dengan pistolnya yang ditempelkan ke kepala orang yang terlihat seperti perempuan tersebut.

Melepaskan sumpalan dimulut perempuan tersebut, perempuan itu menangis ketakutan. Dia memohon kepada Milos, Giichi dan Misha. Perlahan seseorang yang menodongkan pistolnya ke kepala perempuan tersebut mulai muncul ke area yang lebih membuat mereka lebih terlihat.

"Stephanie?" Misha melihat wanita dengan Dress terbuka sehingga membuat tubuhnya penuh luka lebam itu terlihat jelas.

Terlihat banyak sekali tanda merah di leher dan area sekitar dadanya. Sudah dipastikan itu adalah kekerasan dalam berhubungan, Misha ataupun Milos dan Giichi tidak mengangkat senjata mereka.

"Lepaskan dia, apa yang kamu mau?" Lontar Misha.

"Kembalikan Tuan Mace atau wanita ini mati!" Balas seseorang bertopeng itu, tapi keamanannya hanya memakai rompi anti peluru.

"Please!" Stephanie sudah benar-benar ketakutan dia benar-benar sudah berantakan.

Giichi melirik Milos, lelaki yang pernah menjadi kekasih dari wanita yang menjadi ancaman itu terlihat hanya diam. Giichi tidak bisa menebak apa yang sedang dia pikirkan. Karena seluruh tubuh Milos ini tertutup, Giichi atau Misha tidak bisa melihat wajahnya sekalipun.

Stephanie pun sama sekali tidak tau kalau yang ada di hadapannya itu adalah Milos, mantan kekasihnya. Mereka bertiga masih belum melakukan apa-apa, mereka juga tidak mau ada korban tidak bersalah di sini. Milos masih tetap harus berjaga-jaga.

"Lepaskan dia," ucap Milos lalu mengambil sesuatu dari dalam salah satu kantung pakaiannya khususnya itu.

"Atau kita semua mati bersama di sini. Wanita itu tidak terlalu penting untuk kami, Mace akan tetap mendapat hukumannya." Lanjut Milos menunjuk sebuah bom mematikan di tangannya.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang