Chapter : 30. About all this.

9 3 0
                                    

Berada di ruang Tv, Misha tengah duduk berselimut di depan Tv yang menyala. Pikirannya kini benar-benar sedang berkecamuk dengan banyak hal. Harinya yang semakin menyepi, dia juga belum dapat kabar baik mengenai penyelidikannya.

Dia malah mendapat kabar buruk kalau teka-teki dari sebuah rak buku yang dia temukan di ruangan Mace itu sudah berhasil dibuka, tapi hal itu bukan kabar baik lagi karena ketika melihat isinya. Sesuatu yang ada di dalam sana sudah tidak ada, tepatnya benda yang ada di dalam brankas tersebut.

Kini dia hanya bisa menunggu hasil penyelidikan lain yang sedang dikerjakan oleh Tim Brenda itu. Ya, Milos, Giichi dan Alder. Mereka sedang sibuk melakukan banyak cara agar mendapatkan bukti yang kuat. Misha sebagai Klien ini tiba-tiba saja dilarang untuk bergerak oleh pihak Saoirse's karena suatu alasan keamanan. Karena dia saksi yang masih hidup, Misha harus terjaga dengan baik.

Karena itu Misha menjadi bosan sekarang, menonton Tv pun dia tidak Mood. Hari-harinya tanpa sahabatnya itu ternyata tidak sebaik hari-hari bersamanya. Misha bingung tidak tau melakukan apa, tapi jika ada Seliah yang mengajaknya melakukan sesuatu dia malah malas.

Saat ini Garath masih berada di kantor, tak tau kenapa dia tiba-tiba kedatangan pekerjaan yang banyak setelah Raigha yang hanya membantu selama setengah hari. Duduk memeluk bantalnya, Misha menonton Film yang sedang terputar tanpa rasa menarik.

Ekspresi Misha yang bosan itu sangat terlihat, walau sudah malam dan hari membosankannya akan segera selesai beberapa jam lagi. Tak tau kenapa rasa bosan itu ternyata memperlambat waktu.

"Mish"

Tiba-tiba saja ada yang memanggil dari arah belakang sana, ketika Misha menengok dia melihat seseorang lelaki yang berjalan ke arahnya dengan memutari sofa tersebut terlebih dahulu. Ekspresi sedih tidak bersemangat Misha sangat terasa oleh lelaki yang kemudian duduk di sampingnya itu.

"Kak Rai gak kedengaran datangnya." Ujar Misha yang langsung mendapatkan elusan lembut di kepalanya.

Raigha tersenyum tipis. "Lo terlalu fokus kali." Balasnya. Menghela nafasnya, Misha bergerak menyandarkan kepalanya ke bahu Raigha. Dia tidak membalas lagi.

"Seliah masih gak bisa dihubungin?" Tanya Raigha masih mengelus kepala Misha. Kemudian Misha yang hanya mengangguk membalasnya itu tanpa mengeluarkan suara.

Merasakan helaan nafas Raigha, tanpa melihatnya pun Misha merasakan sesuatu darinya. Sama seperti dia dan Kakaknya, Raigha pun juga tidak mendapatkan kabar apapun dari gadis itu. Seliah benar-benar seperti menghilang ditelan bumi.

"Aku takut Seliah kenapa-napa." Tutur Misha dengan nada rendahnya. Elusan Raigha itu kini sampai ke pipinya.

"Jangan berpikir negatif, dia pasti baik-baik aja." Raigha membalas.

"Aku udah berusaha berpikir positif, tapi tetep aja gak bisa. Aku bener-bener gak ingat soal Seliah, aku gak tau lagi cari dia kemana." Papar Misha yang kembali menghela nafasnya.

"Kak Rai tau sesuatu?" Imbuhnya meraih tangan Raigha dan menggenggamnya. Dia menurunkan posisi tangan itu ke pinggangnya, Misha tidak lagi menyandar pada lelaki ini dia mengangkat kepalanya untuk menatap Raigha.

Melihat Raigha yang tampak terdiam sesaat itu, Misha melihatnya sedang berpikir sebelum akhirnya dia menjawab. "Gue gak terlalu dekat sama Seliah, gue juga gak tau apa-apa soal dia."

Mengedipkan matanya, Misha kembali memberikan pertanyaan. "Kak Rai pernah ketemu sama orangtuanya Seliah?"

Berdeham singkat, Raigha mengingat-ingat. "Kayaknya pernah, itu waktu kita masih kecil. Gue juga lupa-lupa ingat wajahnya." Terangnya. Tidak ada harapan, Misha kembali dengan wajah sedihnya.

MINERVA : Not an Illusion |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang