Suara serangga-serangga yang bersuara di tengah malam yang gelap itu menemani gadis yang berada di area sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan yang kini hanya terlihat air tenang dengan sekitarnya yang gelap. Namun jika hari sudah terang, pemandangan itu akan menakjubkan. Gadis yang berlindung dalam selimutnya itu, hanya duduk dengan tenang sembari memandang suasana dingin yang gelap di luar sana.
Hanya tubuhnya yang diam sementara dalam pikirannya dia benar-benar memikirkan banyak hal. Sudah ada satu bukti yang di dapatkan, Misha benar-benar memikirkan bagaimana akhirnya dari perjuangannya mengungkapkan semuanya. Kabar yang dia dapatkan itu, membuat yang lainnya mulai bekerja mengumpulkan bukti dan yang lainnya. Itu memang yang harus mereka kerjakan.
Namun Misha di sini hanya diam, menghangatkan tubuhnya memandangi pemandangan gelap. Sebenarnya dia sangat ingin bergerak seperti yang lainnya, mengungkapkan kasus kecelakaan yang sebenarnya. Membuat apa yang ada di ingatan bayangannya bisa terbayangkan oleh semua orang sesuai apa yang dia lihat.
Kini ke empat orang yang telah membantu untuk kembali merasakan kehidupan dan membalas perasaannya yang terpendam setelah kecelakaan itu, sedang bergerak mencari bukti-bukti. Ketika ada satu dari mereka bisa mendekati dalang dari kecelakaan itu.
Mengeratkan menarik selimutnya untuk membuatnya semakin memeluk tubuhnya, Misha menghela nafasnya. Ini bukan tentang seseorang yang menginginkan kekuasaan dan Misha ingin menghancurkan itu. Tapi ini tentang rasa kemanusiaan yang tidak dipunyai oleh seseorang itu, Misha ingin dia bisa memiliki rasa kemanusiaan dan mengingat orang-orang yang kehilangan nyawanya di kecelakaan itu.
Misha ingin tahu hal apa yang ada di balik semua itu, kenapa dia membuat Misha menjadi merasakan semua itu. Membuat Misha harus menanggung semua hal yang tak pernah dia sangka akan terjadi padanya. Apa bagi mereka, kekuasaan adalah hal yang lebih penting dari pada nyawa seseorang dan orang-orang yang kehilangannya.
Penghangat di ruangan ini tidak terlalu cukup untuk Misha yang selalu merasakan rasa dingin yang lebih dari pada orang-orang yang normal. Menghembuskan nafasnya untuk sekian kalinya, Misha menggerakkan badannya menoleh ke arah area dapur. Mengingat sesuatu yang ada di sana, Misha tau ada hal yang bisa membuat tubuhnya lebih hangat dan pikirannya lebih rileks.
Beranjak dari tempatnya, berjalan menuju dapur atau area Bar. Sudah melihat semua isi dari setiap laci di sana, Misha meraih laci kaca yang memperlihatkan susunan botol kaca. Membuka laci tersebut, Misha mengambil satu botol Tequila. Dan gelas yang menjadi tempat untuk dia meminum minuman tersebut dengan mudah.
Duduk di area Bar, Misha membuka botol yang masih tersegel itu lalu menuangkan isinya ke dalam gelasnya. Meneguk minuman tersebut Misha merasakan sensasi yang cukup membuatnya lebih tenang.
Tempat yang Misha tempati ini masih membuatnya berhadapan dengan pemandangan yang dia lihat sebelumnya. Meneguknya beberapa kali, Misha sudah menyisakan setengahnya dari yang dia tuangkan tadi.
Memangku rahangnya, Misha tidak menyesal meminum minuman ini. Pikirannya sudah lebih rileks, dia hanya membutuhkan ini sekarang. Sebentar lagi beban pikirannya akan segera pergi. Setelah semuanya terungkap.
Perhatian Misha tiba-tiba saja teralihkan oleh pintu yang dibuka oleh seseorang yang sedari tadi sudah tidak muncul karena berada di dalam kamarnya itu. Bertatapan dengan Raigha, Misha dengan perasaan tenangnya itu melihat ekspresi Raigha yang selama beberapa detik menunjukkan ekspresi terkejut itu.
"Lo ngapain? Minum malem-malem." Raigha yang berjalan menghampiri Misha itu duduk di depan Misha menutupi pemandangan yang Misha lihat sebelumnya.
"Terlalu dingin, aku gak bisa tidur." Balas Misha.
Menghela nafasnya, Raigha melirik botol minuman yang ada di depannya itu. Tequila, minuman itu bisa sangat memabukkan. "Jangan minum banyak-banyak." Peringatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINERVA : Not an Illusion |Completed|
Ficção GeralSelamat dari kecelakaan pesawat adalah hal terburuk bagi Misha. Yang lebih buruk lagi, penderitaannya tidak terhenti sampai dia memulai hidup barunya. Trauma dan rasa bersalahnya meninggalkan semua orang dalam pesawat itu, membuat Misha harus mengun...