Part 3

52.4K 3.6K 71
                                    

"Apa benal papa akan memacak?" tanya gadis kembar yang dipanggil Lia itu.

Kakak kembar tertua menjawab tak acuh. "Tak tau."

"Pacti olang itu mau melacuni kita!" Kakak kembar kedua menyerukan pikiran buruknya.

Lia merasa sedikit tak nyaman melihat kakaknya berprasangka buruk pada sang papa. "Ish, kak Nio! Ndak bole gitu!"

Para triplets masih sibuk memperdebatkan kebenaran perubahan papa mereka. Kedua anak kembar laki-laki itu mempertahankan mosi tak percaya bahwa papanya akan berubah baik. Sedang sang adik perempuan masih menaruh harapan besar untuk percaya.

"Anak-anak! Ayo waktunya makan!" panggil Angga melihat mereka masih belum beranjak dari pojok ruang.

"Ayo, akak! Kita makan!" seru Lia hendak beranjak dari tempatnya.

Namun sayang, tubuh kecilnya ditahan Nio-kakak keduanya.

"Lia, jangan!"

Lia mengernyit tak mengerti. "Kenapa?"

"Ya, jangan makan makanan buatan olang jahat itu."

"Tapi, dia papa kita!"

Angga menghela nafas mendengar percakapan mereka. "Makan dulu. Papa tak menaruh apa-apa di makanan kalian. Apa perlu papa coba dulu? Kasihan adik kalian pasti sudah lapar bukan?"

Bujukannya berhasil. Angga dapat melihat kedua lelaki kecil itu sangat memperhatikan dan mementingkan adik perempuan mereka. Melihat Lia yang sudah pucat dan tampak kelaparan, mereka tak tega.

"Baik, tapi ... coba dulu!" kata Nio pada akhirnya.

Angga tersenyum ringan. "Iya, papa coba dulu."

Mereka akhirnya duduk di meja makan. Menyaksikan papa mereka yang mencoba dulu makanan buatannya. Angga tak memasak banyak. Hanya tersedia nasi, sayur sop, dan telur goreng. Makanan yang sangat sederhana. Tetapi entah kenapa terlihat lezat bagi mereka.

Setelah melihat papanya baik-baik saja, mereka mulai makan walau agak ragu dan takut-takut.

Si kembar tertua terus mengawasi Angga sembari menunggu adik-adiknya mengambil nasi dan lauk. Takut jika tiba-tiba papanya berubah pikiran dan berbalik memukuli mereka.

"Kak Lio, mau Lia ambilkan?" tanya si gadis kecil melihat kakaknya tak mengambil makan.

"Tidak, kakak bisa sendili." tolak Lio—kakak tertua mereka, lalu mulai mengambil makan juga. Lio ini sudah bisa huruf 'S' beda dengan adik-adiknya yang belum bisa. Tetapi untuk huruf 'R' dia belum bisa seperti kedua saudaranya.

Angga merasa terenyuh melihat kepedulian serta kedekatan ketiganya. Lagi-lagi, dia hanya bisa mengutuk pemilik tubuh asli yang bisa-bisanya jahat pada anak-anak sekecil ini.

Ketiganya makan dengan baik untuk pertama kalinya, sejak perginya ibu mereka. Walau saat ibu mereka masih ada, mereka tak selalu makan dengan baik. Tetapi setidaknya, pernah. Namun sejak ibu mereka pergi meninggalkan mereka, mereka tak pernah diberi makan ayah mereka dengan baik, kecuali jika diberi tentangga atau orang lain.

"Enwakk!" seru Lia. Kedua saudaranya setuju dalam hati. Namun gengsi untuk mengakui.

"Apakah papa akan memacak untuk kita lagi nanti?"

Sebelum Nio maupun Lio menegurnya, Angga sudah menjawab dulu. "Iya, papa akan memasak untuk kalian lagi nanti."

"Yeaayy!" seru Lia senang.

Kedua saudaranya hanya diam. Walau dalam hati juga ikut berharap. Lagipula mereka masih sangat kecil. Bergantung pada orang tua itu wajar.

"Apakah kalian mau keluar bermain setelah ini? Papa akan bersih-bersih rumah dulu."

Our Awesome Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang