Part 40

18.3K 1.8K 76
                                    

“Mas, kamu dengerin nggak sih apa yang aku ceritain tadi?!” jengkel Rosmala yang melihat suaminya sama sekali tak menanggapi usai dirinya bercerita masalah percintaan Jovita alias adik suaminya itu.

“Iya aku dengerin kok! Jovita jadian sama seorang duda anak tiga, bukan?” ulang Damar tegas, agak kesal dengan sikap Rosmala yang suka mengatur itu. Lelaki itu menutup laptop kerjanya lalu menghadap istrinya.

“Aku juga kurang setuju awalnya jika si duda itu adalah orang miskin karena itu juga akan menyulitkan kehidupan Jovita. Tetapi kata kamu dia termasuk pengusaha muda sukses, bukan?! Jadi ya biarlah saja Jovita memilih sesuai pilihannya karena dia yang akan menjalani kehidupan.” Lanjutnya menyatakan pendapatnya.

Rosmala berdecih tak suka. “Pengusaha muda sukses itu kata Jovita. Aku nggak tahu apakah dia sukses beneran atau hanya sukses kecil saja! Palingan dia hanya sedikit sukses tapi sombongnya sudah luar biasa, berpikir bisa disandingkan dengan kalangan kita.”

“Terus kenapa kalau dia hanya sedikit sukses? Setidaknya dia sudah punya usaha itu lebih baik bukan dari pada hanya buruh ataupun pengangguran,” ujar Damar tentu memihak adiknya.

“Aku hanya merasa nggak enaklah sama temen dan kolega kita, mau taruh dimana muka kita jika tahu kalau adik kamu hanya menikah dengan orang biasa,” celetuk Rosmala tak bisa menahan rasa kesalnya.

“Rosmala, orang yang akan menjalani kehidupan itu Jovita, bukan kamu. Jadi pertimbangkan perasaannya bukannya malah banyak diatur," tegas Damar pada akhirnya.

Rosmala terdiam. Hendak menyangkal perkataan suaminya tapi bingung ingin mengatakan apa.

Mereka terdiam sementara Damar membuka ponselnya, memgecek apakah ada pesan atau email penting yang masuk. Ternyata ada pesan dari orang yang dibicarakan mereka, Jovita. Setelah membacanya, Damar mematikan ponselnya lalu menatap istrinya. "Aku dapat pesan dari Jovita kalau dia mau bawa kekasihnya menemui kita, dia nanya kita kapan ada waktu luangnya."

Rosmala tentu terkejut, dengan ekspresi tak menyenangkan. "APA?!"

Wanita itu langsung menyatakan penolakannya. "Gak bisa langsung begitu dong! Kita aja belum menyatakan persetujuan, dia mau main bawa pacarnya kesini saja!"

"Ya, seharusnya lebih baik dibawa menemui kita agar kita tahu seperti apa dia, bagaimana karakternya juga."

Rosmala yang terlalu kesal akhirnya menyerah dan berkata dengan ekspresi marah, "Terserahlah!"

****

Ting Tong!

Pintu terbuka, menampilkan pembantu rumah tangga yang bertanya sopan pada seseorang yang datang tersebut. "Siapa yang dicari ya?"

"Maaf bibi, saya Elyana teman kelasnya Vin. Sebelumnya kata tante Rosmala, Elyana boleh main ke rumah Vin jadi ketika Elyana kebetulan lewat dekat kompleks ini jadi memutuskan mampir kesini. Apa tante Ros sama Vin-nya ada bibi?" Yap, dia Elyana yang bertamu dengan nada sopan. Alasannya juga kelihatan tidak dibuat-buat.

"Oh, begitu. Nyonya sama Aden Vincen-nya ada kok, Non. Kalau begitu silakan masuk dulu."

Setelah duduk dan menunggu beberapa saat. Elyana akhirnya melihat Rosmala, tetapi Vin masih belum kelihatan.

"Tante!" sapanya pada Rosmala, sopan dan lembut.

"Ahh, Nak Elyana! Tante sudah menunggu kamu main kesini lho! Tante belum sempat mentraktir kamu sebagai ucapan terima kasih karena membantu tante sebelumnya." ujar Rosmala tersenyum menyambut Elyana.

Tiba-tiba dia teringat perkataan Jovita kalau gadis kecil di depannya ini pikirannya agak dalam. Melihat lagi tampilannya, tampak seperti anak baik, polos dan tak berbahaya. Rosmala agak ragu apakah ada sifat tersembunyi yang begitu dalam seperti kata Jovita?

Our Awesome Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang